Waspadai Tren Baru Penularan HIV/AIDS


Oleh Tuti (Muslimah Revowriter 7)


Tiga anak pengidap HIV di Desa Nainggolan, Kabupaten Samosir, Sumut, didesak keluar dari sekolah. Masyarakat tidak setuju bocah-bocah malang itu digabungkan dengan siswa yang lain dan khawatir anak-anak mereka ikut tertular HIV. Tak hanya itu, masyarakat mengultimatum agar ketiganya diusir dari Kabupaten Samosir. (cnnindonesia.com, 22/10/2018). 


Pro kontra muncul. Ada yang mengecam dengan alasan diskriminasi. Namun, tak mau menanggung resiko juga bila pada faktanya nanti ada yang tertular. Ada yang pro kebijakan ini karena mengkhawatirkan potensi menularnya. Dalam hal ini, dibutuhkan kejernihan memandang sebuah masalah.


Melihat pada akar permasalahan akan mengantarkan kepada diagnosa tepat dan akhirnya terapi (solusi) tepat. Persoalannya bukan pada ada atau tidaknya diskriminasi pada pasien dengan HIV positif. Ini pandangan yang pragmatis, belum menyentuh akar masalah. Tetapi perlu menilik lebih dalam lagi, mengapa bisa muncul anak-anak dengan positif HIV.


Inilah babak baru penularan HIV/AIDS. Dulu penularan banyak terjadi di luar rumah. Namun sekarang penularan justru terjadi di dalam rumah. Data PBB menunjukkan sekitar 3200 anak di Indonesia terjangkit HIV dengan penularan dari ibu. Penularan yang paling banyak adalah adalah para isteri pengguna narkoba dengan suntik, para pengguna jasa pekerja seks komersial, isteri para pria gay dan pria gay. (bbc.com, 22/10/2018). 


Catatan di sini adalah tingginya penularan di kalangan ibu rumah tangga (isteri) beresiko, yakni isteri dari para pelaku beresiko tinggi. Bukan sekedar ibu rumah tangga biasa. Populasi anak dan ibu rumah tangga dalam rantai penularan HIV, sebenarnya termasuk rantai penularan sekunder. 


Pada awalnya populasi ini bukanlah kelompok beresiko tinggi tertular. Merebaknya infeksi HIV yang berujung pada AIDS bermula dari penyimpangan perilaku. Yakni seks bebas, homoseksual dan narkoba. Inilah rantai utama (primer). Penanganan tak tuntas (zero transmission) di populasi rantai primer, membawa dampak meluas ke populasi normal (ibu-ibu rumah tangga, anak, tenaga medis, dll). 


/Islam Tuntaskan HIV/AIDS/


Problem kesehatan sesungguhnya tidak bisa berdiri sendiri. Sehingga upaya komprehensif dan lintas sektoral dibutuhkan untuk sama-sama membendung diri dari ancaman penyakit mematikan ini. Menghentikan total sejak di populasi primer (yakni perilaku menyimpang) akan jauh lebih efektif dalam upaya mencegah penyebaran penyakit ini. 


Mengingat jumlah populasi normal yang terkena juga semakin meningkat. Harapannya tidak jatuh korban lagi dari mereka yang tidak bersalah. Dalam kasus penderita HIV/AIDS, Islam membedakan penderita tergantung perilaku yang menyertainya. Karena dalam Islam berlaku standar halal-haram, taat-maksiat, semata untuk hidup berkah dengan ridhoNya. 


Bila para penderita HIV/AIDS ini melakukan kemaksiatan, baik pengguna narkoba, seks bebas atau homoseksual, maka diberlakukan sanksi sesuai syariat Islam. 


“Rasulullah SAW melarang dari segala yang memabukkan dan mufattir (yang membuat lemah)” (HR. Abu Daud no. 3686 dan Ahmad 6: 309). Narkoba termasuk mufattir, dan karenanya dilarang.


Rasulullah SAW juga bersabda: "Terimalah dariku! Terimalah dariku! Sungguh Allah telah memberi jalan kepada mereka. Bujangan yang berzina dengan gadis dijilid seratus kali dan diasingkan selama satu tahun. Dan orang yang telah kawin yang berzina didera seratus kali dan dirajam." Ini sebagai dasar penetapan sanksi bagi pelaku zina (seks bebas).


Namun, bila penderita HIV/AIDS ini tidak melakukan kemaksiatan, misal tenaga medis, isteri dari pelaku maksiat, anak-anak, maka mereka berhak mendapatkan pengobatan selayaknya dari negara. Tanpa biaya. Karena kesehatan adalah tanggung jawab negara. 


Rasulullah SAW bersabda: "Siapa pun yang mengepalai salah satu urusan kaum muslimin dan tetap menjauhkan diri dari mereka dan tidak membayar dengan perhatian pada kebutuhan dan kemiskinan mereka, Allah akan tetap jauh dari dirinya pada hari kiamat…. "[Abu Dawud, Ibnu Majah, Al-Hakim]


Inilah solusi tuntas dari Allah SWT yang pastinya menuai berkah dan menghindarkan dari azab, baik di dunia maupun akhirat.

Wallahu a'lam

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak