Virus HIV/AIDS Memapar, Anak anak Terkapar


Oleh: Zulfa Husna Ma'ab

(Pelajar Kelas X SMAN 1 Rancaekek)


Sungguh miris mendengar banyak anak-anak di negeri tercinta Indonesia, yang kini terpapar penyakit HIV/Aids. Bagaimana tidak, anak-anak yang seharusnya tumbuh ceria,menghabiskan masa kanak-kanaknya dengan hal-hal yang positif, mereka justru harus kasakitan bertahan hidup akibat tubuh mereka di gerogoti virus HIV/Aids.


Dilansir oleh TRIBUN-MEDAN.com -Tiga orang anak pengidap HIV di Desa Nainggolan, Kabupaten Samosir, dilarang bersekolah karena masyarakat takut akan tertular penyakit serupa. Ketiganya juga terancam diusir dari Kabupaten Samosir.


Berdasarkan data yang dihimpun dari Kementerian Kesehatan, Sumut menempati posisi 7 di Indonesia yang terbanyak mengalami kasus HIV/AIDS. Sementara berdasarkan data yang telah terpublikasi, angka prevalensi HIV/AIDS di Sumut mencapai 28,97 per 100.000 penduduk. Artinya, setiap 100.000 penduduk di Sumut terdapat 29 orang mengidap HIV/AIDS sehingga semua pihak perlu aktif dan peduli menanggulanginya.


Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah bersama lembaga swadaya masyarakat,namun upaya tersebut belum membuahkan hasil yang cukup signifikan, bahkan selalu muncul kasus baru, seperti yang terjadi di Kabupaten Samosir dimana virus HIV/AIDS memapar anak anak usia sekolah dasar.


Sejatinya HIV/AIDS bukan sekedar masalah medis, penyakit ini merupakan dampak sosial yang ditimbulkan oleh gaya hidup yang salah seperti seks bebas dikalangan remaja, perilaku seks menyimpang (LGBT), penyalah gunaan norkoba dll. 


Karenanya harus diformulasikan solusi yang mampu menyelesaikan akar masalah dan bersifat komprehensif serta terintegrasi multisektor. Karena HIV/AIDS adalah penyakit yang hingga saat ini tidak ada obatnya, maka metode penanggulangan yang diterapkan haruslah solusi yang tuntas sampai ke akarnya.


Sebuah strategi yang diderivasi dari keyakinan dan hukum-hukum Islam yang memang diturunkan oleh Sang Pencipta manusia, untuk menyelesaikan problematika apapun yang dihadapi manusia.


Secara singkat, gambaran strategi tersebut adalah:

Prinsip pertama, mencegah kemunculan perilaku beresiko dilakukan dengan melakukan pendidikan dan pembinaan kepribadian Islam, menciptakan lingkungan yang kondusif, dan memberantas lingkungan yang tidak kondusif.


Prinsip kedua, memberantas perilaku beresiko penyebab (seks bebas dan penyalah gunaan NAZA) dengan menutup ’pintu-pintu’ terjadinya perzinahan seperti prostitusi; menutup ’pintu-pintu’ terjadinya penyalahgunaan obat; memberikan sanksi tegas pada pelaku perzinahan, seks menyimpang, penyalahguna NAZA, konsumen khamr, beserta pihak-pihak yang terkait, yang mampu memberikan efek jera. Atau dengan kata lain menegakkan sistem hukum dan sistem persanksian Islam.


Prinsip ketiga, pencegahan penularan kepada orang sehat dilakukan dengan mengkarantina pasien terinfeksi (terutama stadium AIDS) untuk memastikan tidak terbukanya peluang penularan; melakukan pendidikan yang benar tentang HIV/AIDS kepada semua kalangan disertai sosialisasi sikap yang diharapkan dari masing-masing pihak (komunitas ODHA/OHIDA, komunitas risiko tinggi, komunitas rentan); pendidikan disertai aktivitas penegakan hukum kepada ODHA yang melakukan tindakan yang ’membahayakan’; pembinaan rohani, pemberdayaan ODHA sesuai kapasitas, dan memastikan kebijakan penanganan yang tepat tanpa melakukan kedloliman/diskriminasi).


Dan yang juga harus dilakukan adalah menciptakan sistem integral yang kondusif. Mulai dari penerapan sistem pendidikan perspektif Islam untuk mewujudkan kepribadian Islam individual dan kesalehan sosial; Sistem ekonomi Islam dalam mengatasi kemiskinan dan mewujudkan kesejahteraan; solusi Islam dalam mengatasi ketenagakerjaan/ perburuhan; solusi Islam dalam mengatasi masalah kriminalitas; solusi Islam dalam mewujudkan pemerintahan yang baik dan bersih; dan sekilas tentang pendanaan program penanggulangan HIV/AIDS perspektif Islam.


Singkat kata, Solusi tuntas HIV/AIDS adalah terapkan sistem Islam dengan kaaffah (menyeluruh). 


Allaahu a'lam bi ash-shawab

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak