Pembebas Al - Madain, Persia


Oleh : Dwi Agustina Djati, S.S

(Penulis Kisah Inspiratif)


Al-Qadisiyyah, Kadisiah atau Qadisia merupakan sebuah daerah di timur sungai Eufrat. Memiliki banyak kebun kurma dan aliran irigasi. Qadisia merupakan pintu gerbang Persia masa lampau. Saat ini terletak di barat daya Hillah & Kufah, wilayah tengah negara Irak sekarang ini.

Tahun 636 M, sebagian Syam (sekitar Syiria) sudah dibebaskan dari Romawi, sebagian Mesopotamia (Irak) dibebaskan dari Persia. Setelah pembebasan Damsyik/Damaskus dan Yordania, maka Umar lalu menargetkan ibukota Persia, Mada’in/Ctesiphon. Umar menganggap bila Mada’in, Hims, Antiokia dan seluruh Syam & Irak tidak dikuasai, maka Romawi & Persia akan terus jadi ancaman.

Pasukan Perang Qodisia

Adalah Saad Bin Abi Waqqash diangkat sebagai panglima tertinggi memimpin pasukan menuju tanah Irak. Sa’ad berangkat dengan membawa 4000 pasukan, 3000 orang dari penduduk Yaman. Bersamaan dengan mobilisasi tentara selama perjalanan hingga terkumpul 36000 prajurit yang siap melakukan pertempuran menghantam penghalang Dakwah. Sesampai di perbatasan Irak Sa’ad mengirim pasukan perintis ke Uzaib, gudang senjata Persia. Ternyata didapati sudah kosong. Pasukan pun bergerak ke Qadisia dan bertahan di sana selama 1 bulan. 

Sementara bertahan di Qadisia, Panglima Saad terus melakukan operasi militer ke daerah-daerah sekitarnya. Umar berpesan, “Janganlah kamu merasa gentar melihat banyaknya jumlah musuh dengan perlengkapannya yang sempurna. 

Sesungguhnya mereka itu adalah kaum yang banyak tipu muslihatnya. Jika kalian bersabar dan berbuat yang benar dengan niat yang tulus untuk menjalankan amanah ini, aku berharap besar kalianlah yang akan keluar sebagai pemenang. 

Utusan Diplomatik 

Untuk memulainya Saad mengirim utusan Diplomatik antara lain:  an-Nu’man bin Muqarrin, Furat bin Hayyan, Hanzhalah bin Rabi’ at-Tamimi, Atharid bin Hajib, al-Asy’ats bin Qais, al-Mughirah bin Syu’bah, Amr bin Ma’di  bin Amar dan Asin bin amar untuk melakukan perundingan dengan Kaisar Yazdigird di Istana Mada'in Ibukota Persia.

Yazdigird: “Apa yg mendorong kalian nekat datang ingin menyerang ke negeri kami ini?” Nu’man bin Muqarrin radhiyallahu’anhu menjawab bahwa Allah telah mengutus seorang Rasul dengan membawa wahyu-Nya dan mengajak Yizdigird masuk Islam.

“Jika anda memperkenankan ajakan ini, kami akan tinggalkan kepada Anda kitabullah dan kami tetapkan Anda sebagai penguasa yang berwenang menegakkan hukum-hukum yang terkandung di dalamnya lalu kami segera kembali ke negeri kami dan membiarkan anda mengurus negeri dan rakyat anda. 

Jika anda menolak, kami harus memungut jizyah dari kalian dan kalian kami lindungi. Jika kalian enggan maka akan kami perangi.” Yazdigird murka, namun masih berusaha menahan diri. Ia hanya berkata pedas, jumawa akan superioritas Persia atas Arab.

Mughirah bin Syu’bah kemudian mengambil giliran bicara. Beliau mengatakan pilihlah mana yang lebih anda sukai: membayar jizyah, pedang, atau menyerah demi keselamatan anda?"

Mendengar itu Yazdigird semakin murka: “Andai utusan itu boleh dibunuh, niscaya kubunuh kalian! Sudah! Selesai!”. “Kembalilah kepada pemimpin kalian dan katakan bahwa aku akan mengirim Rustum kepadanya yang akan mengubur kalian di parit Qodisia. Lalu menyerbu negeri kalian & menghancurkannya sehancur2 nya!!”.

Rustam mulai menyiapkan pasukannya dan menyusun formasi. Pasukan penyerang di depan sebanyak 40.000 di bawah pimpinan Jalinius, sementara sayap kanan pertahanan sebanyak 30.000 orang dipimpin oleh Hurmuzan, dan sayap kiri sebanyak 30.000 orang dipimpin oleh Mihran bin Bahram, pasukan pertahan belakang dipimpin oleh al-Bairuzan sebanyak 20.000 orang, jumlah seluruh pasukan adalah 120.000 personil ditambah dengan pasukan sejumlah 33 ekor.

Pecah Perang Qosisiyah

Pertempuran di Qadisiyah adalah pertempuran terbesar yang tidak pernah terjadi sebelumnya di Irak. Taqdir tak bisa di elakkan Panglima Saad terkena penyakit bisul-bisul, beliau mewakilkan urusan perang ini kepada Khalid bin Urfuthah, di sayap kanan dia menempatkan Jarir bin Abdillah al-Bajili, dan di sayap kiri dia mengangkat Qais bin Maksyuh. 

Pecah Perang hingga hari keempat kaum muslimin mengalami kesulitan disebabkan pasukan bergajah musuh membuat kuda-kuda Arab berlarian menghindarinya. Para Jenderal lapangan seperti Thulaihah al-Asadi, Amr bin Ma’di Karib, al-Qa’qa bin Amr, Jarir bin Abdillah al-Bajili, Dhirar bin al-Khaththab, Khalid bin Urfuthah memimpin para prajurit dengan gagah berani. 

Perang berkecamuk hingga waktu matahari tergelincir ke barat, sebagaimana yang dikatakan Saif bin Umar at-Tamimi– tiba-tiba angin berhembus sangat kencang hingga menerbangkan tenda-tenda tentara Persia dari tempatnya. Bahkan berhasil menerbangkan dan menjatuhkan singgasana Jenderal Rustum yang biasa didudukinya. Rustum segera menaiki kudanya dan melarikan diri, namun kaum muslimin mengejarny hingga Rustum terbunuh bersama dengan Jalinius. 

Tentara Islam kemudian bergerak menuju Istana Putih, tempat Istana Kisra berada. Masuklah Sa’ad ke dalam istana tersebut dengan merendah dan tunduk kepada Allah Ta’ala sambil membaca firman Allah Ta’ala:

“Betapa banyak taman-taman dan mata air-mata air yang mereka tinggalkan, juga kebun-kebun serta tempat-tempat kediaman yang indah, dan kesenangan-kesenangan yang dapat mereka nikmati disana, demikianlah, dan Kami wariskan (semua) itu kepada kaum yang lain. Maka langit dan bumi tidak menangisi mereka, dan mereka pun tidak diberi penangguhan waktu.” [QS.Ad Dukhaan 44: 25-29]

Sa’ad juga mengumandangkan adzan sebagai bukti bahwa kalimat tauhid telah ada di dalam istana itu. Dia juga memadamkan api yang telah menjadi sesembahan orang-orang majusi serta mendirikan shalat berjamaah ditempat itu.

Epilog

Panglima Sa’ad segera mengirim surat kepada Amirul Mukminin menyampaikan kabar gembira atas kemenangan mereka, lengkap dengan jumlah pasukan musuh maupun kaum muslimin yang terbunuh, surat tersebut dibawa oleh Umailah al-Fazari. Isi surat itu sebagai berikut:

“Amma ba’du, sesungguhnya Allah telah menenangkan kami atas bala tentara Persia. Ini merupakan ketetapan yang pasti akan terjadi sebagaimana orang-orang sebelum mereka yang seagama dengan mereka. Telah terjadi pertempuran yang cukup panjang dan alot. Persia telah membawa pasukan dalam jumlah sangat besar untuk menghadapi kaum muslimin. Belum pernah terlihat sebelumnya pasukan sebanyak itu. 

Namun seluruhnya tidak berguna dan sisa-sia di hadapan Allah. Kesombongan Yazdigird terjawab sudah. Istana Putih Kisra di Mada'in Persia jatuh. Islam tak lagi bisa di bendung. Saad bin Abi Waqqash telah mencatatkan dirinya dalam tinta emas peradaban sebagai panglima tangguh yang berhasil membuka pintu penyebaran Islam ke wilayah Timur hingga Asia Tengah sekarang. Wallahu'alam bi showab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak