Ngeri, HIV AIDS Memapari Generasi Lebih Dini

Oleh Ulfah Husniyah, S.Pd. (Praktisi Pendidikan tinggal di Rancaekek Kab. Bandung)

Tiga orang anak pengidap HIV di Desa Nainggolan, Kabupaten Samosir, dilarang bersekolah karena masyarakat takut akan tertular penyakit serupa. Ketiganya juga terancam diusir dari Kabupaten Samosir. Sekretaris Eksekutif Komite AIDS Huria Kristen Batak Protestan (HKBP), Berlina Sibagariang, mengatakan kepada VOA, masyarakat di Desa Nainggolan khawatir anak-anak mereka tertular penyakit HIV yang diidap ketiga anak tersebut. Walhasil masyarakat meminta ketiganya agar ketiganya dikeluarkan dari sekolah. Komite AIDS HKBP saat ini masih melakukan mediasi dengan pemerintah dan masyarakat agar hal itu tidak terjadi. Hasil mediasi itu menyarankan agar ketiga anak itu dipindahkan dari sekolah dan menjalani “home-schooling” atau menjalani pendidikan sekolah di rumah. Namun Komite AIDS HKBP menolak saran tersebut karena “home-schooling” dinilai akan membuat ketiganya semakin merasa terisolasi. Sementara itu, Bupati Samosir, Rapidin Simbolon mengatakan pihaknya sudah menyampaikan solusi yaitu dengan mengadakan kelas khusus secara terpisah bagi ketiga anak tersebut.

Berdasarkan data yang dihimpun dari Kementerian Kesehatan, Sumut menempati posisi 7 di Indonesia yang terbanyak mengalami kasus HIV/AIDS. Sementara berdasarkan data yang telah terpublikasi, angka prevalensi HIV/AIDS di Sumut mencapai 28,97 per 100.000 penduduk. Artinya, setiap 100.000 penduduk di Sumut terdapat 29 orang mengidap HIV/AIDS sehingga semua pihak perlu aktif dan peduli menanggulanginya. Penyebab HIV pada anak kebanyakan adalah karena diturunkan melalui ibu ke anak selama kehamilan, persalinan, dan menyusui. Selain itu, penularan HIV bisa melalui transfusi darah yang terinfeksi atau suntikan dengan jarum suntik yang tidak steril.  

Sangat mengkhawatirkan anak tak berdosa bisa mengidap penyakit berbahaya yang dapat menggerogoti sistem kekebalan tubuhnya. Banyak kasus yang kita temui istri tertular HIV dari suaminya lalu menularkan pada anaknya. Hal tersebut terjadi tidak lain karena budaya hidup bebas yang di impor barat pada masyarakat kita. Hal tersebut menyebabkan standar perbuatan bukanlah halal dan haram melainkan kesenangan pribadi, rasa takut pada sang pencipta pun lambat laun terkikis karena arus lingkungan bebas yang begitu kuat. Pemakaian alat kontrasepsi dan terapi ARV sebagai pencegah HIV bukanlah solusi tuntas melainkan hanya sementara. Penyebab utama datangnya penyakit ini karena tidak adanya rasa takut bermaksiat pada sang pencipta, maka solusinya yaitu harus dimunculkan rasa takut bermaksiat pada sang pencipta. Sayangnya dalam hukum kita saat ini, kemaksiatan malah di fasilitasi, sehingga bagaimana kita bisa menghindari perbuatan maksiat. Maka dari itu solusi tuntasnya adalah penerapan aturan sang pencipta yaitu Allah Swt.dalam setiap aspek kehidupan, niscaya hidup kita akan lebih tentram karena mengikuti aturan pencipta kita yang sudah pasti sangat mengetahui apa saja kebutuhan dan yang terbaik bagi kita sebagai manusia.

Wallahu'alam bishowab

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak