Negeriku Dibakar Api Cemburu


Oleh : SW. Retnani (Ibu Rumah Tangga Pembelajar Islam Kaffah)


      Kata cemburu biasanya langsung kita kaitkan dengan hubungan percintaan. Jalinan cinta kasih pasti tak lepas dari desir-desir kecemburuan. Hal ini wajar, bahkan bisa dibilang menjadi bumbu sebuah hubungan. Namun, cemburu menjadi tak sehat tatkala salah satunya menunjukkan gelagat yang berlebihan. 


      Panasnya api cemburu tak hanya mampu membakar individu dan kelompok tapi stabilitas bangsa pun bisa terpercik api cemburu. Masih membekas dalam ingatan suasana negeri kita yang pernah mengalami cemburu berlebihan dengan negeri tetangga yakni Malaysia. Sampai-sampai hubungan politik bilateral kedua negara terganggu dan menegang. Hanya karena tersulut cemburu melihat negeri serumpun lebih melejit, padahal usianya masih di bawah negeri kita. Sehingga ketika muncul masalah kecil, amarah langsung meluap. Seakan lupa kalau kita adalah saudara seaqidah. Dan apabila ada masalah wajib diselesaikan dengan hati dingin yang didasarkan pada hukum syara.


      Tak hanya hubungan dengan negeri tetangga yang diliputi api cemburu. Bahkan di dalam negeri kita pun mengalami kecemburuan sosial sehingga rakyat merasa tidak puas atas segala kebijakan-kebijakan pemerintah. Akibatnya banyak terjadi kekacauan, demontrasi, tawuran dan yang lebih mengkhawatirkan adalah adanya ketidakpercayaan masyarakat pada penguasa, yang berujung dengan pelepasan diri dari ikatan negeri. Seperti yang pernah dialami timor-timur alias timor leste.


      Api cemburu pun membakar sebagian kalangan umat Islam. Persatuan dan kesatuan kaum muslim terkoyak. Perpecahan dan perselisihan tak bisa dihindarkan. Para ulama dikelompokan. Persekusi acara pengajian atau kajian ilmu seakan mewabah. Menghinakan sebagian ulama menjadi hal yang biasa. Bahkan bendera perjuangan Rasululloh saw menjadi sasaran kecemburuan dan rasa sentimen individu. 

Akhirnya Islam menjadi sasaran permainan kaum kafir. Dan semua dampak negatif dari hati yang terbakar api cemburu, baik yang menimpa pada individu, kelompok sampai negeri disebabkan oleh sekulerisme yang telah merasuk kedalam jiwa-jiwa kaum muslim. Sehingga kaum muslim jauh dari pemahaman agamanya dan menjadikan hukum-hukum kafir sebagai tolok ukur kehidupan.

Padahal, Alloh swt melarang umat Islam tercerai berai. Sebagaimana firman Alloh swt didalam Al Qur'an surat Ali Imron: 103 yang artinya: 

"Dan berpeganglah kamu semua kepada tali (agama) Alloh dan janganlah kamu bercerai-berai dan ingatlah akan nikmat Alloh kepadamu ketika dahulu (masa jahiliyah)bermusuh-musuhan, maka Alloh mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu (karena nikmat Alloh) orang-orang yang bersaudara".


      Perbedaan pendapat dikalangan kaum muslim pun pernah terjadi dimasa Rasululloh saw. Kecemburuan pun pernah dirasakan para istri Rasululloh saw. Inilah, mengapa kita dilarang cemburu yang berlebihan. Dimana akan berdampak menzhalimi dan merendahkan orang lain. Rasululloh saw bersabda:

" Muslim adalah saudara muslim yang lain, dia tak boleh menzhaliminya, membiarkannya (dalam kesusahan) dan merendahkannya. Takwa itu disini -beliau menunjuk dadanya tiga kali- cukuplah keburukan bagi seseorang, jika dia merendahkan saudaranya (muslim). Setiap muslim terhadap muslim yang lain haram: darahnya, hartanya dan kehormatannya. (HR. Muslim)


Bagaimanakah pandangan Islam mengenai kata cemburu?

Ternyata Islam membolehkan kita cemburu pada hal-hal positif. Contohnya: pertama, cemburu pada seseorang yang mampu menginfakkan hartanya dijalan Alloh swt.

Di masa Rasululloh saw semangat kaum muslimah dalam memperjuangkan agama Alloh swt patut untuk diteladani. Mereka mengorbankan jiwa, raga dan hartanya. Kaum muslimah menjadikan dirinya dan keluarganya sebagai pejuang-pejuang Islam. Sebagian dari mereka adalah Ibunda Khadijah binti Khuwailid ra. dan ibunda Aisyah binti Abu bakar ra. Mereka terkenal kedermawanannya. Semua harta mereka di infakkan di jalan Alloh swt demi tegaknya Islam diseluruh penjuru dunia.


Yang kedua, cemburu pada seseorang yang telah dilimpahkan Alloh swt karunia ilmu (Al Qur'an dan as sunnah ) kemudian ia mampu menunaikan dan mengajarkannya.

Masihkah ingat pada Fajar, anak usia 4,5 tahun yang cacat lumpuh otak (cerebal palsy). Kenyataannya ia mampu menghafalkan Al Qur'an 30 juz. Selain itu ada Abdur rahman farih, di usia 3 tahun hafal Al Qur'an 30 juz. Ada juga Musa, dan masih banyak anak-anak lainnya. Yang menerima keistimewaan dari Alloh swt. 

Kemudian kita coba mengingat sejarah Islam dahulu. Yangmana banyak kaum muslim mendapatkan karunia ilmu dari Alloh swt. Sebut saja Ali bin Abi Thalib, Muadz bin Jabal, Muhammad Al Fatih, Imam Syafi'i, Syech Taqiyuddin An-nabhani ,pastinya masih banyak para shahabat, tabiin, ulama-ulama lainnya.


Maka hati yang dibakar api cemburu pada hal-hal positif inilah yang akan menjadikan kita insan kamil. Karena hati dan fikiran kita akan terus fokus pada hal-hal positif. Misalnya, semakin giat menghafal Al Qur'an dan semakin rajin menambah tsaqofah Islam sehingga dampaknya adalah  berkobarnya semangat keimanan dan ketakwaan kepada Alloh azza wajalla.

Ketaatan pada Alloh secara menyeluruh (kaffah) hanya bisa terwujud didalam negara yang bersistemkan Islam.

Yakinlah, hanya dengan Khilafah  kemuliaan Islam dan kaum muslim dapat terwujud.


Wallahu'alam bishshawab.


1 Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak