Oleh : Neng RSN
Sahabat muslimah, tau dong kalo tgl. 17 April 2019 nanti negeri kita akan menggelar pemilihan umum..??!! Penyelenggaraan Pemilihan Umum 2019 akan berlangsung serentak untuk memilih calon presiden dan legislatif . Meski tinggal beberapa bulan lagi, tapi hiruk-pikuk pesta demokrasi sudah sangat menggema di tengah masyarakat. Partai politik yang akan mengikuti pemilu 2019 berjumlah 20 partai.Demam Pileg dan Pilpres telah menyebar hampir merata di berbagai kota, kabupaten ataupun provinsi, tensi politik menjadi memanas, suhu politik mulai mendidih menyebabkan pertarungan membangun citra kian hingar-bingar seiring berbagai publisitas yang dimainkan oleh media.
By the way, diperkirakan bahwa dalam setiap Pemilu 30% dari total jumlah pemilih adalah pemilih muda (usia 17-30 tahun). Demografi ini tentunya sangat signifikan dan partisipasi kaum muda (laki-laki ato wanita) akan sangat berpengaruh dalam menentukan hasil pemilu. Bahkan untuk mendorong kaum muda ikut serta dalam Pemilu, pemerintah merubah aturan tentang batas minimal usia pencalonan. Syarat minimal pencalonan untuk jabatan publik di Indonesia diatur di dalam UU No. 7 Tahun 2017 tentang Pemilu. Di dalam UU tersebut dijelaskan bahwa syarat minimal pencalonan untuk kamar legislatif di Indonesia berada di usia 21 tahun. Peraturan minimal usia 21 tahun tersebut belaku untuk calon anggota legislatif di seluruh jenjang, mulai dari DPRD Kabupaten/Kota, Provinsi, hingga DPR pusat. Hal serupa berlaku untuk kamar kedua, yaitu DPD yang mensyaratkan usia minimal 21 tahun untuk menjadi senator.
Nah..,timbul pertanyaan, sudahkah kaum muda Islam di Indonesia paham politik?
Mmm..., sayangnya, makna politik Islam sudah sangat jauh dipahami oleh umat. Pemikiran politik umat mulai terkontaminasi dengan konsep pemikiran politik Barat yang dibangun diatas ideologi kapitalisme sekuler. Umat mulai dijejali dengan konsep-konsep berfikir yang keliru dan menyesatkan. Kaum kapitalis sekuler menggambarkan kepada umat Islam bahwa politik tidak sejalan dengan agama. Politik itu pragmatis. Mustahil untuk mengubah kondisi yang sudah ada. Politik itu kotor.
Kebebasan berpendapat, berperilaku, memiliki, dan berakidah yang menjadi asas demokrasi justru akan mengokohkan kerusakan yang terjadi di negeri ini. Maka, dengan semakin besarnya peran pemuda dalam politik praktis demokrasi akan semakin mudah Kapitalisme menguatkan hegemoninya di negeri ini.
Politik saat ini tidak lepas dari perebutan kekuasaan dan perlombaan untuk menjadi pemimpin di pemilihan umum, baik sekala kota/kabupaten, propinsi, ataupun negara. Kemudian berlomba untuk duduk di kursi legislatif, kementerian atau lembaga tinggi negara yang lain. Partai politik, elite politik, simpatisan, dan calon legislatif sudah tentu berlomba mati-matian untuk meraih kemenangan dengan berbagai strategi dan manuver. Dan tak jarang saling menjatuhkan dan saling mencela dengan melemparkan kata-kata yang tidak pantas seperti planga-plongo, genderuwo, sontoloyo, dsb. Dan mencari kesalahan pihak lain dan sibuk mempromosikan dan memuja calon yang dijagokannya. Mencela hal yang belum ada dan menampakkan aib jadi trend, begitupula memuji yang berlebihan dan memuja hal yang tidak ada. manusia sangat mudah berubah, apalagi dengan sistem yang dianut saat ini. Tahun lalu masih berpasangan tahun depan sudah saling mencela. Kemarin masih gandengan sekarang sudah musuhan. Yap, inilah potret politik busuk ala demokrasi yang cara berpikirnya rendah yaitu hanya untuk pemenangan saja. Hingga tak heran menghalalkan berbagai cara, biar bisa membeli suara umat demi kemenangan dalam pemilu.
Sahabat muslimah, paling awal yang harus disadari dan dipahami setiap diri kita bila telah baligh, maka telah sempurnalah akalnya, hingga wajib dari kita untuk selalu terikat pada hukum Syara’ disetiap aktivitas termasuk aktivitas berfikir dalam mengambil keputusan.
Politik didalam bahasa Arab dikenal dengan istilah siyasah. Menurut Syaikh Taqiyudin An Nabhani, Politik adalah pengaturan urusan umat di dalam dan luar negeri. Definisi politik ini juga diambil dari hadits-hadits yang menunjukkan aktivitas penguasa, kewajiban untuk mengoreksinya, serta pentingnya mengurus kepentingan kaum muslimin.
Rasulullah saw bersabda "Seseorang yang ditetapkan Allah (dalam kedudukan) mengurus kepentingan umat, dan dia tidak memberikan nasihat kepada mereka (umat), dia tidak akan mencium bau surga" (HR. Bukhari )
Sehingga politik dapat dimaknai mengatur urusan umat, baik dalam maupun luar negeri dengan hukum tertentu yakni syariat Islam. Dan negara sebagai institusi yang mengatur urusan tersebut secara praktis. Sedangkan umat mengoreksi, yakni melakukan muhasabah terhadap penguasa dalam melakukan tugasnya.
Dalam Islam “siapa yang memimpin” tidak lebih penting dibanding “dengan apa dia memimpin”. Karena benar dan salahnya pemimpin tergantung “dengan apa dia memimpin”. Bila dia memimpin dengan menerapkan Al-Qur’an dan As-Sunnah maka dia benar dan mulia. Maka taat kepada pemimpin yang menerapkan Kitabullah ini menjadi suatu kewajiban, walaupun dia secara pribadi bermaksiat dan berbuat dosa. Dari Ummul Hushain, bahwa ia mendengar Rasulullah saw bersabda dalam khutbah haji Wada’,
“Sekalipun yang memerintah kalian adalah seorang budak (sementara) ia memimpin kalian dengan Kitabullah. Maka dengar dan taatlah kepadanya” (HR Muslim)
So., tugas umat Islam tak terkecuali kaum muda, tidak selesai hanya pada memilih pemimpin, tapi juga harus memilih pemimpin yang menjamin penerapan Kitabullah dan Sunnah sebagai pertanda iman dan perlindungan terhadap iman.
Disinilah pentingnya para ulama dan kelompok dakwah politik yang mampu membina dan mencerdaskan umat untuk membentuk pemikiran politik berdasarkan aqiqah Islam. Pun ditambah dengan membaca tsaqofah Islam tentang hukum-hukum dan pemikiran politik Islam. Sampai umat paham pada makna dan pemikiran politik Islam lalu muncullah kesadaran politik sejak dini. Dengan begitu umat akan siap dan mampu tuk turut berkontribusi positif pada perkembangan umat dan negera di masa yang akan datang.
Dan semoga kita semua yang berjuang mencari ridha Allah SWT, sanggup menahan diri dari menghina dan mencela sesama muslim karena itu salah dan dosa. Semoga Allah segera karuniakan persatuan dan ukhuwah bagi ummat Muslim di seluruh dunia, dan mengaruniakan pemimpin yang tidak hanya siap mati demi bangsa dan rakyat, tapi siap mati dalam ketaatannya kepada Allah dan Rasul-Nya. Mengembalikan kemuliaan dan kejayaan Islam yang menebarkan Rahmat keseluruhan alam. Wallâhu a’lam bi shawab