Mengembalikan Pemuda pada Fitrah Kemenangan

Oleh : Vivin Indriani (Member Komunitas Revowriter)


Kehidupan remaja dekade ini kian memprihatinkan. Persoalan yang masih tabu di bicarakan 10-20 tahun lalu kini menjadi hal biasa di kalangan remaja. Bahkan masyarakat seolah tak lagi terperangah dengan banyaknya kasus kenakalan-kenakalan manusia 'setengah dewasa' ini.


Kasus pergaulan bebas, aborsi di luar nikah, hamil di luar nikah bahkan kasus perkosaan marak terjadi di kalangan remaja. Bahkan jumlah pelaku 'eljibiti' remaja hari ini juga kian banyak.


Dwi Hafsah Handayani, Direktur Perkumpulan Keluarga Berencana (PKBI) Lampung menyebutkan, 12 siswi SMP di satu sekolah di Lampung diketahui hamil. Mereka terdiri dari siswa di kelas VII, VIII, dan IX.


Dwi Hafsah Handayani mengatakan, dirinya pernah melakukan survei ke apotek di sekitaran kampus dan kosan. Dari hasil surveinya ditemukan, ternyata barang yang paling laris dibeli di apotek adalah kondom dan testpack (alat tes kehamilan).


Fakta mencengangkan lainnya diungkapkan oleh Koordinator Pencegahan HIV PKBI Lampung, Rachmat Cahya Aji.


Rachmat mengungkapkan persoalan kehamilan dini di kalangan pelajar rupanya telah terjadi secara merata di Lampung.


"Ada sekolah yang dalam lima tahun terakhir tidak ada kasus kehamilan yang tidak diinginkan. Kasus 10 siswi SMA hamil itu terjadi pada 2016, itu terjadi di satu SMA," jelasnya.


Bahkan sekarang itu, banyak pelajar SMA yang pergi ke lokalisasi. 20 persen pelanggan pekerja seks itu adalah pelajar SMA. Jadi dari 10 pelanggan seorang pekerja seks, 2 orang di antaranya adalah pelajar. Mereka itu awalnya ingin coba-coba, tahu dari teman, sampai ada yang langganan meski jarang-jarang. Bahkan ada pelajar yang pacaran sama pekerja seks," kata Rachmat seperti dilansir Tribun Lampung.


Generasi Rusak Produk Sistem Sekuler Kapitalistik


Inilah hasil dari penerapan sistem sekuler kapitalistik. Dimana remaja tumbuh dengan wawasan yang kurang, keilmuan terbatas. Bahkan kualitas hidup bergama yang serba tidak tahu. Namun tiap hari mereka di gempur dengan tayangan yang membangkitkan naluri atau insting jasadiyah. 


Remaja kini tumbuh dengan seabrek tontonan tidak mendidik baik tentang pornografi, kekerasan, moral rendah dan gaya hidup hedonis liberal. Namun mereka tak punya serangkaian penyaring yang mampu memilah informasi yang masuk setiap saat. Mereka lemah literasi dan edukasi. Bisa di pastikan jenis manusia seperti apa yang hanya memperturutkan insting semata. Hidup laksana hewan tak berperaturan.


Sekolah dan lingkungan tidak lagi menjadi tempat transfer edukasi dini bagi remaja. Mereka seolah andil dalam dinamika pragmatisme dan keberlangsungan hidup individualisnya semata. Sekolah menyajikan model pembelajaran transfer pengetahuan minim pembentukan kepribadian. Murid seolah laptop yang hanya berhak menerima copy-paste materi dari pengajar kepada siswa. Tanpa melihat dampak dan kegunaan apa yang murid akan dapatkan untuk keberlangsungan generasi di masa depan.


Tak jauh beda dengan lingkungan. Masyarakat di sibukkan dengan persaingan berebut pemenuhan individualisme. Dimana orang lain tak lagi di pandang sebagai bagian integral pembinaan komunitas. Apa yang tak mendatangkan manfaat berupa materi, maka harus siap di abaikan dalam kehidupan masyarakat kita. Apapun kesulitan atau kebutuhan yang di hadapi orang lain, selama itu tidak menyinggung diri pribadi dan keluarganya, maka mutlak hal tersebut bukanlah urusannya.


Solusi Minim Hasil


Telah berbagai macam cara di coba menyelesaikan kondisi permasalahan remaja ini. Namun kerusakan bukan kian mereda, malah persoalan baru semakin bertambah banyak. Kita masih ingat penyelesaian persoalan pergaulan bebas. Program ABCD OK yang di canangkan sebagai sistem perlindungan generasi muda dari penularan penyakit berbahaya. Sama sekali tak menyentuh akar persoalan yakni pergaulan bebas itu sendiri. Bahkan kebanyakan cara yang di tempuh justru menjadikan masalah baru. 


Kasus HIV/AIDS di Indonesia hingga kini belum juga mengalami penurunan. Data tahun 2005 hingga Desember 2015, tercatat ada 191.073 orang dengan HIV/AIDS di Indonesia. Menurut Ketua Program Yayasan AIDS Indonesia dr. Sarsanto W Sarwono, SpOG, data tersebut sebenarnya seperti fenomena gunung es. Jumlah ODHA yang tidak tercatat diperkirakan lebih dari itu. (Kompas.com, 2/12/2016)


Sesungguhnya kesalahan utama berasal dari aturan yang di terapkan. Selama sistem yang di sepakati masih menerapkan liberalisme(kebebasan) dan sekulerisme(memisahkan urusan agama dengan urusan dunia), tentu perubahan positif tidak akan pernah terwujud. Hanya seperti solusi tambal sulam. 


Islam Solusi Segala Persoalan


Selama ribuan tahun peradaban Islam berjaya, telah banyak kita saksikan bukti-bukti keagungan dan kegemilangan peradaban yang diakui bahkan oleh banyak peneliti dan penulis dari Barat sendiri. Para pemuda sebagai tonggak peradaban telah banyak di lahirkan dari sistem buatan Sang Pencipta, Allah SWT ini.


Dalam bidang kemiliteran, ada nama Sa'ad bin Abi Waqqash yang telah berislam sejak usia 17 tahun. Sa'ad adalah orang pertama yang melepaskan anak panah di jalan Allah. Ia ditunjuk menjadi panglima kaum Muslim di Irak dalam perang melawan Persia pada masa Khalifah Umar bin Khattab.(Khalid Muhammad Khalid, Biografi 60 Sahabat Rasulullah).


Usamah bin Zaid, di usia 18 tahun dipercaya Rasulullah untuk memimpin pasukan dengan anggota para sahabat ternama, seperti Abu Bakar dan Umar bin Khattab. Pasukannya berhasil dengan gemilang mengalahkan tentara Romawi. Atab bin Usaid diangkat menjadi gubernur Makkah pada usia 18 tahun. Dua ksatria yang membunuh Abu Jahal dalam perang Badar, Mu'adz bin Amr bin Jamuh dan Mu'awwidz bin 'Afra, juga masih berusia belasan tahun.


Para pemuda Muslim generasi awal berkiprah dalam spektrum luas. Rasulullah memetakan potensi tiap-tiap sahabat dengan cermat. Alquran surah at-Taubah ayat 122 menyebutkan, tidak sepatutnya mukminin terjun semua ke medan perang. Harus ada sebagian dari mereka yang tinggal untuk memperdalam ilmu pengetahuan keagamaan dan memberi peringatan pada kaumnya. Itulah yang dilakukan Rasulullah. Sahabat yang memiliki kapasitas memimpin dan bersiasat ditunjuk menjadi panglima perang sedangkan sahabat yang memiliki minat mendalami ilmu diberi tempat di masjid.


Begitu pun generasi sesudah Rasulullah. Kita mengenal banyak sosok pemuda-pemuda Islam yang tampil sebagai pembaharu-pembaharu dalam berbagai bidang. Terutama dimasa dinasti Umawiyah, Abbasiyah dan Utsmaniyyah ketika ilmu pengetahuan berkembang pesat. Lahir di sana ilmuwan-ilmuwan muda muslim dengan prestasi luar biasa.


Semua kegemilangan itu di peroleh tatkala Syariat Islam dilaksanakan dalam seluruh sendi kehidupan bernegara. Dimana Allah sebagai pembuat aturan kehidupan telah memberikan seperangkat hukum yang telah di janjikan akan membawa keberkahan hidup bagi siapa saja yang mengembannya. Dan sebaliknya siapapun dan negeri manapun yang meninggalkan aturanNya maka hanya badai dan kerusakan yang akan di tuai. 


Allah SWT berfirman :

“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan        manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (kejalan yang benar). (QS. Ar-Rum :41)


Katakanlah (Muhammad), “Bepergianlah di bumi lalu lihatlah bagaimana kesudahan  orang-orang dahulu. Kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah).” (QS. Ar-Rum : 42).


Wallahu'alam bish shawab

45Zahra

Ibu, Istri, Anak, Pribadi pembelajar yang sedang suka menulis.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak