Memuliakan Kalimat Tauhid

Oleh : Nuni


Banyak kaum Muslim geram, dadanya bergolak, darahnya mendidih, amarah membuncah. Bagaimana umat tidak marah, di tengah-tengah acara peringatan Hari Santri Nasional, 22 Oktober lalu, sekelompok oknum berseragam banser dengan sengaja dan bahkan dengan bangga membakar bendera kebanggan seluruh kaum muslim, itulah bendera bertuliskan: Laa Ilaaha illalLah Muhammad Rasulullah. Tindakan di atas tentu sulit di terima akal sehat, pasalnya banyak hadist shahih atau minimal hasan yang menjelaskan seputar al liwa dan ar rayah ini, di antaranya Rosulullah Saw bersabda: "sungguh aku akan memberikan ar rayah ini kepada seseorang yang melalui kedua tangannya di raih kemenangan, ia mencintai Allah dan RosulNya, Allah dan RasulNya pun mencintainya". (HR. Al Bukhori dan Muslim).

Keagungan kalimat tauhid dengan kalimat Laa Ilaaha IllalLah Muhammad Rosulullah merupakan alamah atau ciri keagungan Islam. Misi Islam adalah dalam rangka meninggikan kalimat Allah Swt ini. Kalimat ini pula yang tertulis dalam ar rayah dan al liwa, artinya ar rayah dan al liwa adalah simbol tauhid, keduanya merupakan syiar pemersatu, ini berbeda dengan bendera-bendera lain yang acap memecah bela.

Dan memuliakan panji Rasulullah Saw pada awalnya  ar rayah adalah panji panji perang dan al liwa adalah simbol kepemimpinan umum, namun demikian ar rayah dan al liwa berfungsi sebagai pemersatu umat Islam. Imam Abdul Hayy al Kattani menjelaskan rahasia (sirr) tertentu yang ada di balik suatu bendera. Menurut al Kattani, jika suatu kaum berhimpun di bawah satu bendera artinya bendera itu menjadi benda persamaan pendapat kaum tersebut (Ijtima' i Kalimatihim).

Karena itu liwa dan rayah Rosul saw itu harus di agungkan dan di junjung tinggi sebab keduanya merupakan syiar Islam yang malah harus menggantikan syiar syiar jahiliyah yang mencerai beraikan kaum muslim dan sekat-sekat ashabiyah. Allah Swt berfirman: "Demikianlah (perintah Allah) siapa saja yang mengagungkan syiar-syiar Allah, sungguh itu timbul dari ketakwaan kalbu". (TQS.al Hajj : 32).

Alhasil seperti dinyatakan oleh Imam Muhammad Asy Syaibani dalam as Siyar al Kabir dan oleh Imam as Sarakhsi dalam Syarh as Siyar al Kabir, Liwa kaum Muslim selayaknya berwarna putih dan arrayah berwarna hitam sebagai bentuk peneladanan kepada rosul saw umat islam juga seharusnya selalu menjujung tinggi dan menghormati liwa dan rayah Rosul saw, itu lebih dari itu mereka seharusnya berjuang bersama untuk menembalikan kemuliaan keduanya sebagai panji tauhid, identitasnya Islam dan kaum muslim sekaligus pemersatu mereka.

Wallahu a'lam.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak