Komika Menista (Lagi); Dimana Peran Negara?

Oleh: Sa’adah (Aktivis Dakwah dan Praktisi Pendidikan)


Masih hangat rasanya hingga menjadi buah bibir seantero Indonesia, komika yang berulah kembali dengan vlog-an lawaknya yangmenuai kontroversi. Sebut saja Tretan Muslim (muslim) dan Coki Pardede  (non muslim). Dua komika yang belum banyak terdengar namanya ini mendadak viral setelah mengunggah video tutorial memasak mereka yang isinya memasak daging babi dengan sari kurma di channel YouTube. 

Di awal video, Tretan menjelaskan kontennya bertajuk Last Hope Kitchen, isinya memasak suka-suka dengan campuran bahan apapun tanpa dicicipi olehnya langsung. "Untuk pertama kalinya dalam hidup saya melihat daging babi. Nggak bau ya (pas cium daging babi). Coba kita dengarkan, neraka, neraka, api neraka, babi ini neraka. Saya akan memasak daging babi. Ini kerenya seorang chef memasak tanpa dicicipi, "ujar Tretan Muslim saat dikutip detik HOT, Sabtu (20/10/2018). "Kalau orang Islam bagian terbaik dari babi, dibuang. Tidak ada yang terbaik dari alharamin. Karena daging babi haram kita akan campurin unsur-unsur Arab, kurma dan madu. Sangat Arab, sangatTimur Tengah sekali. Kurma itu buat takjil di bulan puasa. Kira-kira apa yang terjadi makanan haram babi ini dicampur dengan makanan barokah dari kurma dan madu, " lanjutnya yang belum memasak. "Jadi bagaimana ceritanya kalau sari-sari kurma masuk kedalam pori-pori, apakah cacing pitanya akan mualaf? Kita tidak tahu dong. Dalam ini kan ada cacing pita, " timpal Coki. (detik.com)

Komika Tretan Muslim dan Coki Pardede akhirnya dipolisikan atas dugaan ujaran kebencian dan penistaan agama. Laporan polisi ini dibuat di Subdit V Siber Ditreskrimsus Polda Jawa Timur  atas nama Agus Fachruddin. Dalam Surat Keterangan Penerimaan Pengaduan yang diterima Kiblat.net padaSenin (22/10/2018). Pelapor menekankan bahwa Coki Pardede dan Tretan Muslim menyinggung kata “neraka” dan “cacing pita menjadi mualaf setelah daging babi disiram dengan kurma”.  (Gelora.co)

Sejak awal video itu beredar, umat Islam sudah mulai geram, kenapa tidak? Unsur lawakan yang isinya kental dengan ‘penistaan agama Islam’ini terulang kembali. Setelah sebelumnya Ge Pamungkas, lalu Uus, hingga Joshua Suherman yang berulah, kini giliran Trestan dan Ciko. Kenapa bisa? Apakah pelaporan kepada pihak berwajib tak membuat para komika itu berpikir dan menjadikannya pelajaran? 

Jika kita perhatikan dengan seksama, disini tak ada peran langsung dari negara yang bisa membuat mereka jera hingga tidak mengulangi kesalahan yang sama dari para pelaku sebelumnya. Negara yang ada bersikap acuh seolah membiarkan aksi para pelaku, hingga kini dari waktu ke waktu mereka semakin berani dalam ‘bertingkah’.  Ya, tentu saja semuanya atasn ama HAM. 

Tak bisa dipungkiri bahwa kesalahan menakar standar perbuatan dalam sekulerisme menghasilkan perbuatan yang bathil menjadi haq dan yang haq menjadi bathil. Dibalik kedok ‘stand up comedy’ para kapitalis menjadikan para generasi muda sebagai sasaran untuk dirusak; pemikiran dan akhlaknya, sekaligus mereka menyebarkan virus framing bahwa Islam itu serius, kaku sehingga tidak menyenangkan untuk generasi muda, padahal dalam Islam pun ada yang namanya ‘guyonan’ namun tetap pada jalurnya.

Sudah saatnya kita kembalikan standar perbuatan kita hanya pada syariat Islam saja, yang mampu mengurusi umat pun mengadili para pelaku kejahatan secara adil, karena Islam adalah rahmatan lil alamiin, rahmat bagi seluruh Alam. Saat aturannya diterapkan di muka bumi dalam bingkai Daulah Khilafah Islamiyah.

Wallahu’alam bi shawab

1 Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak