Oleh: SW. Retnani
Pilpres 2019 telah diujung mata. Beritanya selalu menjadi topik utama di berbagai kalangan dan media.
Saat ini KPU telah menetapkan 2 pasangan calon presiden dan wakil presiden.
Pasangan pertama diduduki oleh Jokowi dan Ma'ruf Amin. Pasangan kedua diduduki oleh Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno.
Kedua pasangan ini mulai gencar mencari pendukung.
Mulai dari kalangan atas, menengah sampai bawah. Tak terkecuali para perempuan yang saat ini tengah menjadi rebutan 2 kubu.
Kubu Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno memikat para perempuan dengan jargon "The power of Emak-emak".
Seperti yang sering Sandiaga Uno tuliskan ditwiternya.
Semisal tulisan Sandi pada tanggal 11 Agustus 2018.
" Kami ingin suara Emak-emak ini didengar".
Tak ingin terkalahkan dari kubu lawan, Jokowi dan Ma'ruf Amin pun memikat para perempuan dengan jargon "Ibu Bangsa".
Maka tak jauh beda dengan cuitan Sandi ditwiternya, Jokowi pun menulis " Jadilah ibu Bangsa wahai perempuan Indonesia ".
Rayuan demi rayuan ke-2 kubu ini terus digulirkan demi mendapatkan perolehan suara dari para perempuan Indonesia, yang memang jauh lebih mendominasi dari pada perolehan suara laki-laki.
Maka kemanakah suara perempuan Indonesia akan berlabuh?
Meningkatnya kesadaran perpolitikan para perempuan Indonesia timbul dari perasaan jenuh dan muak melihat kondisi negeri yang semakin merosot dalam berbagai lini kehidupan.
Maka perempuan mulai bangkit dari ketimpangan hidup yang mereka rasakan.
Mereka ingin mendapatkan perubahan yang lebih baik dari segala aspek kehidupan. Terutama aspek sosial dan ekonomi yang semakin menghimpit para perempuan.
Nasib perempuan di alam demokrasi memang rentan dengan exploitasi.
Perempuan sering dijadikan pendulang pundi-pundi kesuksesan individu dan kelompok.
Perempuan dijadikan komoditas yang terus digaungkan oleh para kapitalis.
Keadaan ini sangat jauh berbeda ketika para perempuan hidup didalam sistem Islam.
Aturan-aturan Islam sangat menjaga, melindungi, menghormati dan memuliakan kaum perempuan.
Keberadaan perempuan dijaga dari segala aspek kehidupannya.
Misalnya penjagaan perempuan atas kehidupan sosialnya.
Islam menjaga pandangan dan aurat perempuan, sebagaimana yang tertulis didalam Al Qur'an surat An-nur ayat 31 yang artinya:
"Katakanlah kepada wanita yang beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya dan kemaluannya dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang biasa nampak daripadanya.
Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya".
Para perempuan negeri Islam terjaga dalam aspek perekonomian, budaya, hukum, pendidikan, kesehatan, keamanan dari segala hal yang akan merugikan dunia dan akhiratnya.
Islam memandang kedudukan perempuan sangatlah mulia.
Hal ini bisa kita pahami melalui sabda Rasululloh saw ketika ditanya oleh seorang sahabat tentang siapakah orang yang pertama kali harus dihormati.
Rasululloh saw pun menjawab, ibumu.
Hal ini beliau tekankan sampai 3kali. Ibumu, ibumu, ibumu.
Di dalam hadist yang lain, diriwayatkan oleh Abdullah bin Amr ra. Sesungguhnya Rasululloh saw bersabda: " Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita yang shalehah".
Inilah keistimewaan perempuan, dimana ia sebagai pemegang posisi strategis dalam keluarga dan masyarakat.
Ia adalah kunci penyelesaian semua masalah keluarga. Seperti sosok ibunda Khadijah ra. Beliau yang senantiasa memberi kekuatan lahir dan batin kepada Rasululloh saw. Sehingga Islam dapat menyebar keseluruh pelosok bumi.
Islam memandang perempuan sebagai jantung sebuah bangsa, penjaga negeri dan penjaga generasi.
Islam adalah rahmatan lil alamin.
Tentu bagi perempuan yang cerdas, peka dan bijaksana sistim Islami adalah satu-satunya tempat berlabuhnya segala harapan, tujuan dan cita-cita kehidupan yang mulia.
Untuk inilah diperlukan negara yang seluruh aturan dan kebijakannya hanya berlandaskan Islam.
Sebagaimana negara yang didirikan Rasululloh saw dan negeri- negeri yang dipimpin oleh para khalifah terdahulu.
Semoga dengan mengetahui dan menyadari arti pentingnya Khilafah, umat Islam akan bersatu dan berjuang untuk mewujudkannya.
Wallahu a'lam bish showab.