Oleh: Rheiva Putri R Sanusi (Alumni SMAN 1 Rancaekek)
Kita ketahui akhir-akhir ini di negeri kita indonesia semakin marak terjadinya penistaan agama Islam. Seperti yang kita ketahui di tahun lalu telah terjadi penistaan agama oleh Ahok yang menistakan surat Al-Ma'idah, yang memancing amarah umat muslim pada di Indonesia saat itu. Lalu baru-baru ini adanya pembakaran bendera tauhid di Garut dalam perayaan hari santri. Namun ternyata tidak berhenti sampai disitu kasus penistaan agama islam yang juga dilakukan oleh komika di negeri ini yaitu Video komika Tretan Muslim dan Coki Pardede yang memasak babi dicampur kurma. Sekilas dilihat dari judul itu terlihat biasa saja, namun ketika para kaum muslimin menonton video tersebut maka akan marah terhadap apa yang mereka katakan di video tersebut.
"Untuk pertama kalinya dalam hidup saya melihat daging babi. Nggak bau ya (pas cium daging babi). Coba kita dengarkan, neraka, neraka, api neraka, babi ini neraka. Saya akan memasak daging babi. Ini keren ya seorang chef memasak tanpa dicicipi,". "Jadi bagaimana ceritanya kalau sari-sari kurma masuk ke dalam pori-pori, apakah cacing pitanya akan mualaf? Kita tidak tahu dong. Dalam ini kan ada cacing pita,". Tadi itu beberapa kutipan kata yang dikatakan oleh kedua komika tersebut yang dianggap sebagai penistaan agama.
Sungguh miris, disaat para pengemban dakwah berjuang untuk menyampaikan Islam secara kaffah kepada umat, di sisi lain ada oknum yang malah menjadikannya sebagai alat untuk bercanda dengan cara menghina Islam. Banyak sekali para komika yang menjadikan agama sebagai materi stand up comedy. Didalam Islam kita tidak diharamkan untuk bercanda ataupun tertawa, asal tidak terlalu sering sehingga dapat mematikan hati. Dan Rasulullah dan para sahabat pun pernah sesekali bersenda gurau atau bercanda hanya saja tidak dengan menghina sesuatu apalagi agama.
Perlu kita ketahui bahwa di negeri yang diklaim sebagai asalnya stand up comedy, digunakan sebagai wadah untuk kritik sosial dan juga untuk mengurangi ketegangan. Mereka lalu menggunakan joke(gurauan) jadi semisal edukasi sosial, mengenai isu-isu yang dianggap salah lalu menawarkan yang seharusnya. Termasuk isu-isu mengenai agama, yang dimana di Amerika sana banyak orang yang tak mempercayai Tuhan dan menganggap agama membatasi dirinya, Maka tak heran jika komika di Indonesia berkiblat pada komika-komika di Amerika sana. Dan hal ini tanpa disadari memperjelas dibalik acara stand up comedy menjadikan remaja sebagai sasaran untuk memberikan opini bahwa Islam itu agama yang terlalu serius dimana segala sesuatu tidak boleh main-main dengan Allah, Islam adalah agama yang kaku segala perbuatan ada aturannya dalam Islam, sehingga menganggap Islam tidak cocok dan tidak menyenangkan khususnya bagi seorang remaja.
Terlihat sekali kebobrokan sistem kapitalis, ketika ada yang berbuat salah semuanya memiliki alibi, entah tidak sengaja, main-main aja, atau bercanda. Bercanda yang dilakukan seorang komika sebenarnya boleh saja, namun cara dan apa yang mereka sampaikan itu yang seharusnya diperhatikan. Seperti menggunakan bahasa yang baik karna tak menutup kemungkinan yang menonton ataupun yang melakukan stand up comedy adalah anak-anak. Lalu tidak menghina sesuatu, seperti yang kita ketahui dalam stand up ada sebuah teknik yang terlihat seperti menghina seseorang, dan tak jarang yang mereka hina itu adalah fisik yang dimana itu adalah ciptaan Allah SWT.
Begitulah cerminan remaja di era kapitalis saat ini dimana mereka tertawa ketika menghinakan sesuatu, tertawa ketika orang lain Tertimpa Musibah, dan tertawa ketika hawa nafsu mereka terpenuhi. Disinilah peran negara dibutuhkan dimana tugas negara lah yang seharusnya memperhatikan pergaulan di tengah masyarakat. Apalagi sudah Sampai terjadi penistaan agama, seharusnya bergerak cepat menindak lanjuti, menghukum sesuai dengan hukum Islam.
Namun hanya ketika Khilafah Islamlah yang dapat menjalankan tugas tersebut, seperti yang telah dicontohkan pada jaman dimana Islam diterapkan dengan tegas yaitu oleh Sultan Hamid II ketika ada pentas seni yang memperlihatkan penghinaan terhadap nabi dan Allah swt maka dengan tegas Sultan Hamid II mengusir mereka dan mengecam dengan tegas jika pentas tersebut terus dipentaskan maka negara mereka akan diperangi oleh daulah khilafah Utsmani pada saat itu juga, inilah gambaran bahwa Islam melindungi Aqidah dan menjauhkan kehinaan-kehinaan terhadap Agama.
Wallahualam Bi Shawwab.