Oleh: Winda Yusmiati, S.Pd
(Revowriter Purwakarta)
Lagi, pemerintah Arab Saudi mengeksekusi mati Tenaga Kerja Indonesia (TKI) . Kini menimpa Tuti Tursilawati, PRT migran asal Majalengka, Jawa Barat yang dihukum mati, pada Senin, 29 Oktober 2018 di Kota Thaif. Tuti adalah TKI kelima yang dihukum mati di Arab Saudi tanpa notifikasi terlebih dahulu kepada Kedutaan Besar Republik Indonesia (Www.bbc.com).
Kasus hukum mati TKI di Arab Saudi terus berulang. Meskipun pemerintah Indonesia tidak tinggal diam tapi kasus ini terus terjadi. Perempuan di Indonesia terus mengalami penderitaan. Salah satu penderitaan perempuan Indonesia terjadi pada pekerja rumah tangga (PRT) di luar negeri.
Bukan pertama kali, Tenaga kerja Indonesia mengalami hal yang menyedihkan di luar negeri. Bentuknya bermacam-macam. Ada yang ditipu, tidak dibayar oleh majikan, disiksa sampai dihukum mati. Ini bukan hanya terjadi di Arab Saudi. Kejadian yang mirip pernah menimpa Tenaga Kerja Wanita di Malaysia, Singapura dan beberapa negara lainnya.
Apa yang Salah?
Melihat sekelumit penderitaan perempuan Indonesia yang tak kunjung berhenti, timbul pertanyaan: Mengapa hal ini terus terjadi berulang kali? Apa yang salah dengan makhluk yang lembut ini?
Letak kesalahannya bukanlah semata pada diri perempuan, tetapi lebih pada penerapan sistem kapitalisme liberal yang membelenggu manusia, termasuk perempuan di dalamnya. Sistem kapitalismelah yang terbukti rusak dan merusak manusia dan telah mengancam perempuan ke jurang penderitaan yang tak henti.
Maraknya buruh migran perempuan bermasalah di luar negeri tak akan pernah muncul jika ada jaminan kesejahteraan dari negara di dalam negeri.
Pemerintah gagal menjamin kesejahteraan karena menerapkan sistem hidup yang salah dan tak sesuai fitrah. Sistem kapitalisme memang tidak bisa diharapkan mampu mewujudkan kesejahteraan karena tegak di atas asas dan pilar yg batil. Kapitalisme justru melahirkan eksploitasi, kemiskinan dan gap sosial.
Tragedi tuti dan korban-korban sebelumnya menjadi cerminan bahwa sistem buatan manusia tidak mampu menyelesaikan problematika hidup.
Islam sebagai Solusi
Menghilangkan penderitaan perempuan hanya bisa ditempuh dengan menghilangkan penyebab penderitaan tersebut. Artinya, kapitalisme sebagai biang keladi dari semua penderitaan perempuan (bahkan seluruh manusia) harus segera dihilangkan dan dibuang jauh-jauh dari kancah kehidupan. Satu-satunya sistem yang layak menggantikan sistem yang rusak ini adalah sistem Islam.
Hanya sistem Islam yang telah terbukti mampu menjamin kesejahteraan kaum perempuan dan rakyat secara keseluruhan, dengan mekanisme yang sempurna baik melalui pendekatan kolektif (oleh negara) maupun pendekatan individual (sistem penafkahan) serta penegakkan hukum secara konsisten oleh negara.
Hanya Islam dengan syariah dan Khilafahnya yang akan menyelamatkan perempuan dan bangsa ini dari keterpurukan. Oleh karena itu, kewajiban kita saat ini adalah mendakwahkan Islam, menyampaikan kepada umat untuk menjadikan Islam sebagai solusi untuk menyelesaikan seluruh permasalahan umat yang di dalamnya ada perempuan. Karena itu, perempuan mulia hanya dengan Islam. Wallahu a'lam.