Oleh : Uthie Siti Solihah
Sahabat, pernah tidak satu waktu kita ingat dengan kematian? Jawabannya pasti pernah. Apalagi setelah melihat berita pesawat jatuh dan tidak ada korban yang selamat. Atau ada keluarga dan teman yang duluan dipanggil Allah. Nah, baru kita ingat kalau ajal itu pasti.
Dari kabar duka ini kita jadi rajin ibadah dan memperbaiki diri karena takut mati. Itu tidak salah, malah harus dipertahankan dan luruskan niat karena Allah. Yang tidak boleh, jika sudah lama kabar duka berlalu kita kembali kepada kebiasaan lama yang "santai" dalam beribadah. Tidak peduli atas perilaku kita yang belum sesuai dengan apa yang dicontohkan Rasulullah shalallahu alaihi wasallam.
Sahabat, mau sampai kapan kita diingatkan kematian hanya dengan jika mendengar kabar kematian orang lain? Padahal mati itu pasti. Kita ibarat ada di dalam antrian untuk menaiki kendaraan terakhir. Hanya tinggal menunggu waktu.
Allah SWT berfirman yang artinya :
"Setiap yang bernyawa akan merasakan mati kemudian hanya kepada Kami kamu dikembalikan" (Q.S Al ankabut : 57)
Rasa takut mati pasti ada di setiap insan itu wajar. Namun jika takut mati karena belum siap meninggalkan kenikmatan dunia ini mari segera bertaubat. Jangan simpan dunia dalam hati. Karena kenikmatan yang abadi adanya di surga nanti.
Berbeda dengan orang-orang yang justru mempersiapkan akhirat. Mereka berjuang mengumpulkan amal sholeh sebagai bekalnya kelak. Waktu di dunia dipenuhi dengan kebaikan. Hidupnya terikat dengan hukum syara. Bekerja, berdagang, belajar, sekolah, bertetangga, serta bersikap pada orang tua semua memakai standar agamanya. Karena Islam adalah agama yang mengatur hubungan dengan Khalik (pencipta) dengan sesama manusia dan dengan dirinya sendiri.
Bagi yang belum menjemput hidayah dalam hidupnya untuk memakai aturan Islam sebagai panduan. Serta Menjalankan perintah dan larangaNya. Ayo kita jadikan detik ini juga sebagai awal untuk bersegera menuju syariatNya.
Bagi yang sudah hijrah, sudah menjemput hidayah dan sedang belajar di jalan ketaatan pada Allah. Semoga istiqomah. Karena jika sudah memilih Islam sebagai panduan hidupnya. Tidak lantas merdeka. Namun saatnya ujian keimanan datang. Ujian kelapangan atau kesempitan akan senantiasa membuatnya goyah dan berpikir untuk kembali "santai" melewati hidup ini.
Mari sama-sama kita berjuang semoga istiqomah. Semoga Allah senantiasa menguatkan kita untuk memegang teguh agama ini. Kita pun terus mengingat kematian supaya bertahan dalam ketaatan.
Dari Ibnu ‘Umar, ia berkata, “Aku pernah bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu seorang Anshor mendatangi beliau, ia memberi salam dan bertanya, “Wahai Rasulullah, mukmin manakah yang paling baik?” Beliau bersabda, “Yang paling baik akhlaknya.” “Lalu mukmin manakah yang paling cerdas?”, ia kembali bertanya. Beliau bersabda, “Yang paling banyak mengingat kematian dan yang paling baik dalam mempersiapkan diri untuk alam berikutnya, itulah mereka yang paling cerdas.” (HR. Ibnu Majah no. 4259. Hasan kata Syaikh Al Albani)
Sudahkah hidayah itu datang padamu? Ingat, menjemput datangnya hidayah lebih nikmat dibanding menunggu hidayah itu dengan sendirinya datang padamu. Atau hidayah itu sudah datang melewati kita? Namun kita sering menghiraukan sinyal sinyal yang sebenarnya Allah sudah kasih di sepanjang usia kita.
.
Wallahua'lam Bishowab