Oleh : Zai (Aktivis Mahasiswi)
Kerusakan generasi terus membayangi negeri ini, sirine peringatan itu seolah sudah terbiasa terdengar hingga mungkin tak mampu lagi untuk didengar. Beberapa waktu lalu berita anak SD yang mengidap HIV Aids kembali menyentil publik yang sudah abai dengan kerusakan generasi.
Pemerintah Kabupaten Samosir, Sumatra Utara, menyatakan akan menciptakan sistem pengajaran terpisah bagi tiga anak yang diduga mengidap HIV, Bupati Samosir Rapidin Simbolon memastikan hal ini setelah ditolaknya tiga anak sekolah dasar di Desa Nainggolan, kabaupaten Samosir, Sumatra Utara, ditolak bersekolah karena para orang tua lain khawatir anak-anak mereka dapat tertular virus HIV. (BBC News Indonesia 23/10/18)
Bukan saja permasalahan bagaimana nasib ketiga anak pengidap HIV yang telah dikucilkan oleh masyarakat. Lebih jauh lagi selayaknya akar permasalahan utama yang menyebabkan sampai tertularnya penyakit HIV/AIDs ini pada anak-anak harus diselesaikan.
Seks Bebas dan LGBT yang saat ini menjamur di masyarakat disinyalir menjadi penyebab utama penularan penyakit ini karena tidak ada hukuman tegas oleh negara. Anak-anak turut menjadi korban karena orang tua atau orang-orang di sekelilingnya melakukan seks bebas atau LGBT. Negara yang memiliki kekuatan utama untuk mencegah seks bebas dan LGBT agar tidak menyebar di masyarakat, saat ini belum melakukan perannya secara optimal. Urusan seks bebas dan LGBT telah dianggap menjadi hak individu dan tak menjadi urusan negara, padahal kenyataan akibatnya berdampak pada negara.
Sistem sekulerisme saat ini tentu saja tidak bisa menyelesaikan permasalahan ini karena didalamnya ada liberalisme yang menjamin kebebasan individu tanpa diatur negara dan agama. Sudah banyak kerusakan terjadi akibatnya pengabaian agama untuk mengatur kehidupan. Sehingga kembali kepada syariat Islam menjadi satu-satunya pilihan agar seks bebas dan LBGT tidak semakin merebak di masyarakat. Syariat Islam memiliki hukum tegas yang bisa menjadi pencegah dan pembuat jera pelaku seks bebas dan LGBT agar tidak mengulang tindakan yang bisa menghancurkan generasi. Mengkaji Islam lebih banyak menjadi PR setiap muslim agar menjadikan Islam satu-satunya pengatur kehidupan karena saat ini sistem Islam ditinggalkan.