Oleh: Prima Atika, S.P., (Ibu Rumah Tangga, Pemerhati Generasi Muslim)
Di Indonesia canda adalah salah satu cara untuk meringankan pembicaraan agar diterima oleh masyarakat. Apalagi dengan kultur masyarakat Indonesia yang ramah, sangat menyukai sesuatu yang sifatnya candaan. Begitu pun di dalam Islam, bercanda itu tidak dilarang, dengan bercanda juga merupakan salah satu cara untuk mendakwahkan Islam. Para ulama terdahulu ketika sedang berkumpul, sering juga melontarkan candaan antara satu dengan yang lain, tetapi tanpa menyakiti orang lain. Oleh karenanya Islam tidak pernah menganggap candaan sebagai suatu bentuk keharaman.
Lantas bagaimana bercanda yang tidak boleh yaitu bercanda yang membuat dosa, seperti berdusta atau menjadikan agama sebagai bahan olokan. Santer belakangan ini video yang diunggah di laman youtube.com berdurasi 20 menit yang dilakonkan oleh dua komika Indonesia yang tergabung dalam Majelis Lucu Indonesia yaitu TM dan CP. Mereka sedang mencoba memasak daging babi dicampur kurma tanpa dicicipi, kemudian mereka mencoba pura-pura mendengarkan suara yang muncul dari daging teraebut sambil berteriak "neraka.. neraka..".Ternyata tidak hanya mereka, komika lainnya juga kerap menuai kontroversi yang serupa karena dinilai melakukan pelecehan terhadap Islam, sebut saja GEP, JH, US dan masih banyak lagi.
Andai tidak bawa agama, kita bicara posisi kita sebagai manusia, maka sungguh tidak etis ketika kita bercanda menjelek-jelekkan orang atau keyakinan yg dianut orang lain. Dengan bercanda atau berbohong sudah tentu orang-orang tersebut tidak lagi bisa dipercaya perkataannya. Mereka berdalih melakukan hal demikian untuk berkreasi atas nama seni seolah membuat mereka merasa bebas melakukan apa saja termasuk membawa konten agama, menyinggung istilah-istilah khusus dalam syariat seolah suatu yang biasa sebagai bahan candaan. Inilah buah dari kebebasan berekspresi yang dihasilkan oleh sistem sekuler hari ini. Adalah hal yang lumrah didalam sistem sekuler yang memisahkan agama dari kehidupan ini, tingkah laku seseorang tidak terikat dengan aturan apapun. Jika tidak terikat aturan dalam berbuat maka setiap perbuatan benar berpotensi menjadi salah dan perbuatan salah menjadi benar. Masing-masing dari mereka membenarkan tindakan yang mereka buat seolah olah yang mereka perbuat adalah suatu yang dapat dimaklumi karena masuk dalam konten candaan.
Pantas saja acara hiburan semacam “stand up” komedi menjadi banyak sekali peminatnya terutama kalangan generasi muda, bahkan tidak hanya menjadikan mereka sebagai penonton tapi banyak acara ajang pencarian bakat untuk menjadi komika pun digelar di stasiun televisi tanah air. Generasi muda seolah digiring menjadi generasi yang doyan hura-hura dan bercanda, padahal sejatinya ditangan generasi muda lah perubahan peradaban itu bermula.
Islam juga tidak pernah membatasi ruang gerak manusia selama tidak bertentangan dengan syariatNya. Pun dalam berkreasi atas nama seni. Sindiran-sindiran terhadap Islam baik dari sisi aturan nya hingga penganutnya yang selama ini ada dalam bentuk komedi candaan sudah berupaya untuk menggiring opini bahwa islam itu kaku dan tidak fleksibel. Banyak mempengaruhi sebagian generasi muda muslim untuk abai dalam urusan agamanya ketika dihina.
Membawa jargon universal untuk pembenarannya. Inilah yang sungguh dikhawatirkan akan membuat generasi muda muslim jauh dari nilai Islam itu sendiri.
Islam diturunkan secara sempurna oleh Allah SWT dan disampaikan dengan paripurna oleh Rasulullah SAW. Apapun permasalahan hidup dapat diselesaikan dengan Islam, terkadang kita sebagai manusia yang minim ilmu suka mencari celah apakah syariat itu bisa ditarik ulur seperti yang kita mau atau tidak. Nyatanya hawa nafsu lah yang harus tunduk terhadap apa yang diturunkan oleh Allah dalam bentuk syariatNya kepada manusia.
Didalam Islam hukum dasar bercanda (bergurau, senda-gurau, humor, melawak) adalah mubah atau boleh (Imam An-Nawawi, Al-Adzkar).
Bercanda itu boleh dilakukan sebagaimana Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bercanda. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam sering mengajak istri, dan para sahabatnya bercanda dan bersenda gurau, untuk mengambil hati, dan membuat mereka gembira. Namun canda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak berlebih-lebihan, tetap ada batasannya. Bila tertawa, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak melampaui batas tetapi hanya tersenyum. Begitu pula, meski dalam keadaan bercanda, beliau tidak berkata kecuali yang benar.
Dituturkan ‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha:
مَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّه صلىاللّه عليه وسلم مُستَجْمِعًا قَطُّ ضَا حِكًا حَتَّى تُرَى مِنْهُ لَهَوَاتُهُ إِنَمَا كَانَ يَتَبَسَّمُ
Aku belum pernah melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tertawa terbahak-bahak hingga kelihatan lidahnya, namun beliau hanya tersenyum.
Selain itu tertawa berlebih lebihan sampai terpingkal-pingkal ketika bercanda juga bertentangan dengan sunnah. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengingatkan agar tidak banyak tertawa, beliau bersabda :
وَيْلٌ للَّذِي يُحَدِّ ثُ فَيَكْذِبُ لِيُضْخِكَ بِهِ الْقَوْمَ ويْلٌ لَهُ وَيْلٌ لَهُ
“Janganlah kalian banyak tertawa. Sesungguhnya banyak tertawa dapat mematikan hati.”
Seperti yang telah dijelaskan di atas dari ‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha. Banyak tertawa dapat mengeraskan hati dan mematikannya, bahkan bisa menjadikan kita tidak oeka terhadap masalah yang ada disekitar kita.
Demikianlah juga yang dilakukan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau tetap berkata jujur meskipun sedang bercanda. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنِّي لأَمْزَحُ وَلاَ أَقُوْلُ إِلاَّ حَقًا
Sesungguhnya aku juga bercanda, namun aku tidak mengatakan kecuali yang benar.
Oleh karena itu, tidak boleh berdusta ketika bercanda. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memberikan ancaman terhadap orang yang berdusta untuk membuat orang lain tertawa dengan sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
وَيْلٌ للَّذِي يُحَدِّ ثُ فَيَكْذِبُ لِيُضْخِكَ بِهِ الْقَوْمَ ويْلٌ لَهُ وَيْلٌ لَهُ
Celakalah seseorang yang berbicara dusta untuk membuat orang tertawa, celakalah ia, celakalah ia.
Tidak boleh bagi seorang muslim menjadikan agama sebagai bahan lawakan atau lelucon karena dapat menggolongkan kita sebagai orang yang munafik. Firman Allâh Azza wa Jalla :
لَئِنْ لَمْ يَنْتَهِ الْمُنَافِقُونَ وَالَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ وَالْمُرْجِفُونَ فِي الْمَدِينَةِ لَنُغْرِيَنَّكَ بِهِمْ ثُمَّ لَا يُجَاوِرُونَكَ فِيهَا إِلَّا قَلِيلًا ﴿٦٠﴾ مَلْعُونِينَ ۖ أَيْنَمَا ثُقِفُوا أُخِذُوا وَقُتِّلُوا تَقْتِيلًا ﴿٦١﴾ سُنَّةَ اللَّهِ فِي الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلُ ۖ وَلَنْ تَجِدَ لِسُنَّةِ اللَّهِ تَبْدِيلًا
Sesungguhnya jika tidak berhenti orang-orang munafik, orang-orang yang berpenyakit dalam hatinya dan orang-orang yang menyebarkan kabar bohong di Madinah (dari menyakitimu), niscaya Kami perintahkan kamu (untuk memerangi) mereka, kemudian mereka tidak menjadi tetanggamu (di Madinah) melainkan dalam waktu yang sebentar, dalam keadaan terla’nat. Di mana saja mereka dijumpai, mereka ditangkap dan dibunuh dengan sehebat-hebatnya. Sebagai sunnah Allâh Azza wa Jalla yang berlaku atas orang-orang yang telah terdahulu sebelum(mu), dan kamu sekali-kali tiada akan mendapati perubahan pada sunnah Allah. [Al-Ahzâb/33:60-62]
Dalam ayat ini Allâh Azza wa Jalla menjelaskan bahwa orang-orang munafik akan terusir dimanapun mereka berada. Dimana saja mereka dijumpai, mereka akan ditangkap dan dibunuh dengan sebab kekufuran mereka.
Sudah saat nya kaum muslimin cerdas dalam bersikap. Termasuk dalam menyikapi fenomena candaan yang berbuah dosa ini. Janganlah kita turut serta bersikap penghinaan ini hanya bentuk candaan semata. Saatnya kita bisa tegas membedakan mana candaan mana penghinaan. Mau bercanda silahkan tapi jangan mengganggu keyakinan orang lain dalam beragama. Syariat bukanlah suatu hal yang layak dipermainkan, tapi syariat adalah sesuatu yang harus diperjuangkan dan diterapkan secara menyeluruh dalam kehidupan.
Wallahu'alam bish shawab