Oleh : Lilik Yani
Rasulullah saw paham kalau kafir Quraisy menggunakan pamannya, Abu Thalib sebagai mediator untuk meredam pergerakan dakwahnya yang terus menyuarakan kebenaran. Namun, kebenaran tidak akan pernah tunduk pada rintangan jenis apapun, jika penyeru dakwahnya sekokoh Rasulullah saw.
**********
Rasulullah saw telah melewati hari-harinya dengan berdakwah. Hingga semakin banyak orang yang mendukung risalah dari langit yang didakwahkannya. Kemudian, seluruh umat yang mendukung berkembangnya dakwah, beliau pimpin dengan sungguh-sungguh menuju kemuliaan yang dihiasi ilmu dan cara pandang yang cemerlang.
Maka bertambah teganglah barisan kaum kafir Quraisy. Sehingga sebagian dari mereka sempat terpikir untuk mendiskreditkan dan menghabisi Muhammad saw. Namun sebagian lain yang berfikir sehat memandang perlunya sekali mendatangi dan minta tolong kepada Abu Thalib. Untuk kali ini mereka akan menyampaikan permintaan yang lebih tegas dan keras dibanding permintaan sebelumnya.
Kalau sebelumnya mereka meminta dengan harapan, maka kali ini mereka meminta dengan ancaman. Mereka berkata kepada Abu Thalib, "Wahai Abu Thalib, sungguh engkau orang yang kami tuakan, kami muliakan, dan punya kedudukan di sisi kami. Kami telah memintamu agar menghentikan aktivitas keponakanmu, tetapi kamu tidak melakukan. Demi Allah, kami tidak akan sabar lagi jika Tuhan kami dicaci maki dan mimpi-mimpi kami dilecehkan. Untuk itu, hentikan dia atau kamu akan melihat salah satu dari dua kelompok ini ada yang binasa."
Abu Thalib khawatir akan terjadi sesuatu yang menimpa keponakan tersayang. Oleh karena itu, Abu Thalib segera menemui Rasulullah saw dan berkata,
"Wahai keponakanku, sesungguhnya kaummu mendatangiku. Mereka berkata kepadaku begini dan begini. Maka dari itu, selamatkanlah aku dan juga dirimu. Dan janganlah kamu membebani aku perkara yang tidak mampu aku pikul."
Rasulullah saw mengira bahwa pamannya akan meninggalkannya dan menyerahkannya. Pamannya sudah lemah dan tidak mampu lagi menolongnya, maka Rasulullah saw berkata,
"Wahai paman, demi Allah, kalaupun mereka menaruh matahari di tangan kananku, dan bulan di tangan kiriku, agar aku meninggalkan urusan (agama) ini, niscaya sekali-kali aku tidak akan meninggalkan dakwah ini hingga Allah memenangkan agamanya atau aku mati karena membelanya."
Kata-kata luar biasa yang keluar dari jiwa tangguh dengan keimanan kokoh tak tertandingi. Rasulullah saw tak akan melakukan bergainning terhadap agama yang diyakininya. Beliau memiliki semangat hidup karena agama Islam. Dan beliau rela mati karena membela dan memperjuangkannya.
Tujuan Rasulullah saw bukan harta, kekayaan, jabatan atau kedudukan. Namun, tujuan beliau adalah menyampaikan dakwah dan membangun negara yang akan menyebarkan prinsip-prinsip keadilan bagi manusia berdasarkan dorongan keimanan.
Sungguh, jalan dan tujuan Rasulullah saw sudah sangat jelas dan terang benderang. Ketika Rasulullah saw berpaling, maka Abu Thalib memanggilnya, lalu berkata, "Menghadap kemari, wahai keponakanku!"
Maka Rasulullah saw menghadap kepada pamannya.
Abu Thalib berkata lagi, "Wahai keponakanku, pergilah! Katakanlah apa yang ingin kamu katakan. Demi Allah, aku tidak akan menyerahkanmu kepada siapapun selamanya."
Subhanallah. Abu Thalib tak pernah tega menyerahkan keponakan tersayang kepada kaum Quraisy. Beliau siap menjadi tameng yang akan melindungi dakwah Rasulullah saw. Maka dari itu, Rasulullah saw sangat senang mendapatkan dukungan dan pembelaan luar biasa dari paman Abu Thalib.
Surabaya, 20 November 2018
#SirahNabawiyah19
#AndaiMataharidiTanganKananku