Tak terasa kita telah berada di tahun 1440 H, 14 abad lebih telah dilalui nampaknya kehidupan Umat Islam hari ini makin terpuruk saja. Hak kehidupannya terancam, hak bersuara terbungkam, hak terbebas dari rasa takut terabaikan. Sangat jauh jika dibandingkan dengan kegemilangan peradaban Islam di masa silam.
Rosulullah dan para sahabat melakukan hijrah dari Makkah ke Madinah membangun peradaban dengan didasarkan pada Syariat Islam secara sempurna. Menanamkan kecintaan kepada Allah, Rosulullah Saw, Syariat Islam, juga persatuan menjadi pondasi cikal bakal kokohnya negara Madinah.
Peradaban gemilang di Madinah mengantarkan pada derajat kemuliaan manusia yang tiada banding. Kehadirannya dinantikan oleh manusia - manusia lemah. Keberaniannya menakutkan manusia congkak semacam Mutsailamah Al kadzdzab. Keagungannya disegani musuh dimanapun berada. Hingga wilayah Islam menjamah Eropa oleh semangat baja Muhammad Al fatih.
Peradaban manusia kini mengalami keterpurukan. Jahiliyah modern mengulang kembali tradisi nista. Pembunuhan bayi atas nama aborsi, perzinahan atas nama lokalisasi, kecurangan atas nama swastanisasi, pembohongan atas nama pencitraan, dan lain sebagainya.
Hidup Untuk Apa ?
Kehidupan bagi manusia bukan sekedar terpenuhinya kebutuhan biologis. Sebagai makhluk sosial yang hidup dalam komunitas serta terbatasi oleh ruang dan waktu, haruslah memenuhi 4 nilai.
Pertama, nilai spiritual. Segala aktivitas manusia sebagai bentuk kesadaran akan penghambaan dirinya kepada Allah SWT. Beberapa bentuk aktivitas itu adalah sholat fardhu 5 waktu, puasa Ramadhan, sholat - sholat sunnah, melaksanakan haji, dan lain sebagainya.
Kosongnya jiwa dari nilai spiritual berpotensi pada rusaknya peradaban manusia. Hidup yang ditujukan hanya untuk memenuhi kebutuhan biologis saja, sama seperti kehidupan hewan - hewan di hutan belantara. Yang kuat memangsa yang lemah, kerakusan terhadap kekayaan hingga nafsu dipertuhankan.
Kedua, Nilai moral. Perbuatan manusia yang menunjukkan akhlak mulia, seperti berkasih sayang kepada saudara, hormat kepada orang tua dan guru, membantu orang - orang yang membutuhkan, dan segala akhlak baik yang sesuai dengan ajaran Islam.
Jika manusia mengabaikan keterikatan dengan hukum Allah SWT , maka bujuk rayu setan akan menguasai jiwanya. Ujaran kebencian, pembunuhan karakter bahkan pembunuhan jiwa sekalipun, tak segan - segan dilakukan demi meraih ambisi dan harga diri.
Ketiga, nilai kemanusiaan. Bermakna kepeduliaan kepada sesama manusia tanpa melihat suku, ras, ataupun agama. Misalnya ketika seseorang menjadi kepala negara ia akan menerapkan hukum Islam dan berlaku adil kepada siapa saja tanpa memandang apa bangsanya, agamanya, kekayaanya. Fakta hukum tajam kebawah dan tumpul keatas tak pernah ada dalam tradisi Islam.
Ketiadaan nilai kemanusiaan membuat manusia hilang rasa. Menelantarkan korban bencana alam, memenjarakan ulama, memenjarakan pencuri miskin, menjadi rentenir, menarik pajak hingga mencekik, dan bentuk kedzaliman lainnya.
Keempat, nilai materi. Yakni segala upaya manusia yang bertujuan untuk memperoleh kebahagiaan yang bersifat material, seperti uang, pakaian, rumah yang indah dan sehat, makanan yang lezat, mobil yang bagus, dan bentuk - bentuk materi lainnya.
Jiwa manusia yang kosong dari nilai materi adalah seperti yang dialami oleh orang - orang yang kini tinggal di rumah sakit jiwa. Pikiran dan hatinya kosong, jemu terhadap segala keinginan yang bersifat duniawi.
Oleh karena itu hijrah di era kekinian adalah hijrah menuju Islam kaffah untuk membangun peradaban mulia. Dengan cara melakujan perubahan pemikiran, perasaan, dan aturan hingga disesuaikan dengan hukum - hukum Islam. Dari tingkat individu, masyarakat, hingga negara. Mengkaji Islam, melaksanakan dalam kehidupan, mendakwahkan dengan cara amar ma'ruf dan nahi mungkar adalah sesuatu yang urgen untuk dilakukan hari ini. Dengan hijrah menuju Islam kaffah hidup manusia tak lagi sia - sia, tentu akan sarat makna hingga berujung kebahagiaan di Surga.
Penulis : Aulia Rahmah, Gresik - Jatim
Member KNB AD, Kelas Nulis Buku Al KhaNza Demolisher