Tragedi Likuifaksi Terekam Kalam Ilahi

Oleh : Eva Irma Kusmayanti

 

Kata likuifaksi menjadi booming belakangan ini. Didapati makna bahwa pencairan tanah atau likuifaksi tanah (bahasa Inggris: soil liquefaction) adalah fenomena yang terjadi ketika tanah yang jenuh atau agak jenuh kehilangan kekuatan dan kekakuan akibat adanya tegangan, misalnya getaran gempa bumi atau perubahan ketegangan lain secara mendadak, sehingga tanah yang padat berubah wujud menjadi cairan atau air berat. 

Wikipedia.com


Penjelasan tentang fenomena ini disampaikan mantan Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI), Rovicky Dwi Putrohari dan praktisi geologi Lesto Prabhancana. 


Dalam perbincangan dengan Tribunjogja.com, Kamis (4/10/2018), Lesto langsung menyodorkan foto satelit dan peta gempa serta peta sesar di Palu.

Daerah Petobo dan Balaroa ternyata persis berada di atas garis merah sesar Palu-Koro.

Gempa dahsyat yang menyulut tsunami berpusat di Donggala, ujung dari sesar Palu-Koro yang membelah Kota Palu.

Karena berada tepat di sesar itulah, guncangan kuat gempa mengubah daratan yang di atasnya padat permukiman, seketika jadi lunak dan bergerak. 


"Ketika terguncang, lapisan tanah seperti teraduk dan otomatis merusak lapisan kedap air di bawahnya. Ketika lapisan kedap air atas terkoyak, maka air tanah akan terbuka dan bercampur tanah yang teraduk oleh guncangan gempa," kata Lesto. 

"Nah, lapisan padat yang teraduk dan bercampur air itu berada di atas bidang gelincir miring. Ketika sudah lunak, otomatis akan bergerak mengikuti bidang gelincirnya. Itulah mengapa terlihat daratan bergerak dan bergeser seperti sungai," jelasnya. 

Dari pemotretan satelit Digital Globe terbaru di wilayah Petobo, sekaligus dibandingkan sebelum dan sesudah gempa 28 September 2018, dampaknya memang sangat mengerikan. Separo wilayah Petobo bergerak, berubah, dan dihempas likuifaksi. 

Dari posisinya, wilayah ini berada di jalur padat penduduk karena terletak di sepanjang Jalan HM Soeharto, jalan raya dari Kota Palu menuju bumi perkemahan Ngata Baru, pasar dan terminal Bulili di Palu Selatan. 

Pergerakannya dari timur ke barat yang dipengaruhi kontur Petobo yang menurun ke arah barat di lembah Palu. Menurut Rovicky, jenis litologi sedimen lembah Palu ini berupa pasir lempung. 

"Jika dilihat dari foto satelit, ini tipe likuifaksi siklik di daerah bermorfologi landai," kata geolog lulusan UGM ini. Tribunjogja.com

Wilayah Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah diguncang gempa besar berkekuatan magnitude 7,4 Skala Richter pada pukul 17.02 WIB, Sabtu (28/9/2018) kemarin. Berdasarkan rilis Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), pusat gempa berada di kedalaman 10 kilometer pada 27 kilometer timur laut Donggala.

Gempa tersebut menyebabkan tsunami di beberapa wilayah di Palu dan Donggala serta membuat kerusakan infrastruktur, terputusnya aliran listrik, hingga jatuhnya korban jiwa. Salah satu video yang viral beredar memperlihatkan rumah, pepohonan, dan bangunan lainnya tampak bergerak amblas dan terseret tanah yang berubah menjadi seperti lumpur hidup.

Video tersebut mendapat tanggapan dari Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB. Dalam akun resmi Twitter-nya, ia mengatakan bahwa kemunculan lumpur di permukaan tanah adalah fenomena likuifaksi. tirto.id


Akibat dari Likuifaksi

Fenomena Likuifaksi menjadi hal yang mengerikan untuk wilayah rawan bencana di Indonesia. Terutama bencana gempa, karena akan menimbulkan efek bencana lain akibat pergerakkan lempengan bumi. Seperti, tsunami, longsor, dan likuifaksi. Kata likuifaksi mungkin terbilang bencana baru oleh sebagian masyarakat indonesia.

Likuifaski salah satu pembunuh massal yang menakutkan. Karena dampak yang ditimbulkan tidak hanya menghancurkan. Tetapi segera menguburkan semua yang ada diatas bumi kedalam tanah. Baik itu harta benda, manusia dan alam semesta.

Tanah menjadi bubur menyeret bangunan yang ada diatasnya, bahkan tanah bisa terbelah langsung menelan apapun kedalamnya dan seketika menutup kembali seperti sedia kala. 

Anggota keluarga terpisah bahkan kehilangan tanpa jejak, karena tak menemukan dimana keberadaannya. Rumah mewah, kendaraan yang banyak, emas perhiasan, serta investasi ikut terbenam didalam tanah. Apa yang bisa diselamatkan jika Allah mengijinkan bencana itu terjadi.

Likuifaksi Terekam Al-Quran

Al Quran dan Hadits menyebut likuifaksi, wallahu a’lam, dengan sebutan _Al-Khasf_. 

Jenis bencana ini disebut Allah Ta'ala sebagai azab. 

Yaitu, azab yang pernah timpakan terhadap Qarun, salah seorang kroni Fir'aun  yang sangat ingkar kepada Allah SWT.

Allah mengisahkan peristiwa itu dalam Surah Al-Qashshash ayat 81. 

فَخَسَفْنَا بِهِ وَبِدَارِهِ الْأَرْضَ فَمَا كَانَ لَهُ مِنْ فِئَةٍ يَنْصُرُونَهُ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَمَا كَانَ مِنَ الْمُنْتَصِرِينَ

"Maka Kami benamkan dia (Qarun) bersama rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya satu golongan pun yang akan menolongnya selain Allah, dan dia tidak termasuk orang-orang yang dapat membela diri." 

Jadi, fenomena sejenis likuifaksi ini pernah terjadi dalam sejarah umat manusia. 

Dan Allah, menyebut itu sebagai azab untuk seorang bernama Qarun. Orang kaya sombong ini Allah tenggelamkan dalam tanah beserta seluruh kekayaan yang ia miliki.

Ummu Salamah pernah bertanya kepada Nabi SAW., “Apakah bumi akan ditenggelamkan sementara di dalamnya ada orang-orang shalih?” Rasulullah SAW. menjawab, “Jika penduduknya sudah banyak melakukan kefasikan dan kekejian .”  (HR. At-Thabrani).

Infrasturktur Syariah

Islam mempunyai solusi tuntas terhadap berbagai bencana alam. Karena bencana bisa timbul dari akhlak buruk manusia apalagi bila kemaksiatan sudah menjadi kebiasaan masyarakat, akan segera mengundang azab Allah lebih cepat. Terlepas ada orang shalih yang ikut terkena bencana.

Sejarah umat Islam yang dibangun pertama kali adalah infrastruktur lunak. Yaitu, keyakinan didalam diri setiap manusia bahwa hidup dan mati adalah sebuah ujian dari Allah. Menjadi pribadi yang bermanfaat ditengah umat, sehingga merahmati seluruh alam.

Akidah yang utama ditancapkan didalam diri agar terkoneksi langsung dengan Sang Khalik. Selanjutnya yang dibangun adalah ukuwah (solidaritas di tengah umat). Kemudian daulah (negara) yang melayani seluruh urusan rakyat dengan menerapkan Syariah (hukum Allah). 

Daulah ini yang setelah nabi wafat dilanjutkan oleh para khalifah. Serta diperluas dengan dakwah dan jihad ke seluruh dunia untuk merahmati seluruh alam. Keyakinan untuk menjadi yang terbaik membuat umat Islam generasi salaf menjadi generasi pembelajar dan sabar. (Prof Dr Ing Fahmi Amhar, Media Umat)

Untuk menjadi sabar dalam berbagai cobaan dan ujian. Pun setelah meraih kesuksesan tak lantas menjadi jumawa dan takabur. Lupa beribadah kepada Allah, berbuat syirik (menduakan Allah) serta bebas melakukan kemaksiatan. Sehingga Allah timpakan azab seperti Qorun. Tetapi umat islam generasi terbaik, on the track di jalan Islam maka keberkahan dari Allah merahmati seluruh alam. [] 

Wallahu a'llam bishowab

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak