Seiring dominasi kapitalisme global di bawah komando Amerika Serikat, dolar pun menjadi mata uang dunia yang digunakan sebagai standar nilai dan alat pembayaran dalam perdagangan internasional. Namun, sejak tahun 1970-an, sistem Bretton Woods yang menyandarkan dolar dengan emas (1ons/28,35 gram emas=35 dolar AS) berakhir. Dengan demikian, dolar AS tidak lagi ditopang dengan emas dan berlaku hanya karena kepercayaan orang pada dolar.
Namun, mantra dolar "as good as gold", sebentar lagi akan berakhir. Hal tersebut ditandai dengan munculnya keinginan kuat beberapa negara besar untuk meninggalkan dolar dalam perdagangan.
Seruan Tinggalkan Dolar Menggema
Negara besar Rusia memastikan akan "mendepak" dolar dari transaksi perdagangan negara itu. Hal tersebut disampaikan Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Ryabkov.
Langkah itu diambil Rusia, salah satunya, untuk menjawab sanksi yang dijatuhkan Washington.
Ryabkov menegaskan, keengganan Rusia memakai dolar dalam transaksi perdagangan itu juga merupakan aksi "balas dendam" atas sanksi-sanksi yang dikenakan Amerika Serikat. Bahkan, menurut Menteri Energi Rusia Aleksandr Novak, mengklaim bahwa ada beberapa negara lainnya yang juga tertarik untuk mengganti dolar sebagai alat transaksi, khususnya perdagangan minyak dunia. Menurut Novak, ada dua negara yang tertarik dengan rencana itu, yakni Turki dan Iran. Namun, untuk melancarkan rencana itu, butuh penyesuaian tertentu dalam bidang finansial, ekonomi, dan sektor perbankan.
Negara dengan ekonomi terbesar kedua dunia, China, juga mengambil langkah melawan dominasi dolar dengan meluncurkan mata uang petro-yuan untuk perdagangan minyak. China dan Iran sudah sepakat untuk berhenti menggunakan dolar dalam perdagangan global.
Sistem Islam Solusi Komprehensif
Keberanian beberapa negara besar untuk meninggalkan dolar, semata karena kepentingan ekonomi. Namun, sebagai seorang muslim, tentu perlu melihat dari cara pandang keimanan. Sungguh, Islam adalah ajaran paripurna dan juga sebuah ideologi. Di dalamnya memuat sistem kehidupan termasuk sistem ekonomi. Sepanjang penerapan syariat Islam di bawah institusi khilafah, dinar dirhamlah yang digunakan sebagai mata uang. Dinar berupa logam emas dan dirham berupa logam perak.
Penggunaan dinar dirham sebagai mata uang, dinyatakan dalam hadits:
”Ali bin Abdullah menceritakan kepada kami, Sufyan menceritakan kepada kami, Syahib bin Gharqadah menceritakan kepada kami, ia berkata : saya mendengar penduduk bercerita tentang ’Urwah, bahwa Nabi S.A.W memberikan uang satu Dinar kepadanya agar dibelikan seekor kambing untuk beliau; lalu dengan uang tersebut ia membeli dua ekor kambing, kemudian ia jual satu ekor dengan harga satu Dinar. Ia pulang membawa satu Dinar dan satu ekor kambing. Nabi S.A.W. mendoakannya dengan keberkatan dalam jual belinya. Seandainya ‘Urwah membeli debupun, ia pasti beruntung” (H.R.Bukhari)
Pada masa rosul saw, harga 1 ekor kambing senilai 1 dinar (4,25 gram emas). Misal harga emas Rp 500.000,-/gram maka 1 dinar setara dengan Rp 2.125.000,-. Dan saat inipun harga kambing tak jauh dari harga tersebut. Ini menunjukkan bahwa penggunaan emas sebagai alat tukar terbukti anti inflasi. Nilainya tidak turun walau sudah lewat belasan abad.
Walhasil, seruan tinggalkan dolar hendaknya disertai pencerdasan keimanan agar umat.juga melihat alternatif sistem buatan Ilahi yang komprehensif. Sistem ekonomi Islam yang mengadopsi dinar dirham sebagai mata uang akan menjadi alternatif adanya ketidakpercayaan banyak negara terhadap dolar.
Tentu sistem Islam yang juga ditopang dengan sistem politik yakni negara khilafah. Sebagaimana dominasi dolar yang juga ditopang negara kapitalis Amerika.
oleh: Tuti Rahmayani