Oleh: Yanti Mursidah L
Ibu Rumah Tangga
Baru baru ini Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Yambuse menghadiri acara Temu Nasional Kongres Wanita Indonesia ke 90 dan sidang umum Internasional Council Of Women (ICW) ke-35 di Yogyakarta. Acara tersebut diikuti 150 perempuan dari organisasi di Indonesia, mereka menginginkan adanya upaya Pemberdayaan Perempuan dan Anak didunia khususnya di Indonesia. Terdorong kondisi perempuan dan anak di Indonesia saat ini yang cukup memperihatinkan.
Menurut Menteri Yohana, Perempuan dan anak seringkali mengalami berbagai kekerasan baik fisik, psikis dan seksual serta menjadi korban stereotype, marginalisasi, subordinasi dan beban ganda. Perempuan dianggap hanya melaksanakan pekerjaan yang berkaitan dengan urusan rumah tangga sedangkan laki laki dianggap sebagai pencari nafkah utama, ini menyebabkan pandangan terhadap perempuan hanya sebagai pelengkap saja. Kemudian menurutnya juga bahwa perempuan juga mengalami proses peminggiran yang berdampak pada kemiskinan.
Masih menurut Menteri Yohana, perempuan berpotensi besar untuk membangun bangsa. Oleh karena itu sangat perlu memberikan akses bagi perempuan untuk berpartisipasi disegala bidang pembangunan, dan perempuan harus diberikan kesempatan untuk melakukan kontrol terhadap proses pembangunan. Dengan kata lain kesetaraan antara Perempuan dan Laki laki dapat terwujud begitu juga dengan aspek pembangunan.
Jika dicermati, ada paham liberalisme dan kesetaraan gender berpengaruh di dalamnya, ini mendorong setiap individu bebas bertingkah laku sesukanya. Kebebasan dan kesetaraan ini bak penyelamat bagi aktivis Feminis, seolah-olah ketika perempuan tercipta dengan peran yang berbeda dengan laki laki, ini adalah sebuah ketidakadilan. Karenanya perempuan harus merdeka. Dan dianggap merdeka jika diatur dengan aturan yang lahir dari keinginan mereka sendiri, tanpa campur tangan negara atah siapapun.
Selain memperjuangkan kesetaraan gender, mereka juga ingin membidik muslimah, mereka ingin agar Islam menjadi negative karena banyak aturan-aturannya yang dituduh mendiskriminasi perempuan. Diantara stigma negatif yang dialamatkan oleh barat terhadap Ajaran Islam adalah bahwa islam tidak menghargai kedudukan wanita, memasung kebebasannya, tidak adil dan menjadikannya sebagai manusia kelas dua yang terkungkung dalam penguasaan laki laki. Wanita muslim pun dikatakan sebagai wanita terbelakang dan tersisih dari dinamika kehidupan dan tak punya peran nyata dimasyarakat. Akhirnya mereka menganggap bahwa Islam adalah hambatan utama bagi perjuangan kesetaraan gender.
Padahal jika kita jujur menelaah dengan seksama persoalan wanita yang terjadi saat ini adalah akibat dari diterapkannya sistem rusak kapitalisme. Penerapan sistem demokrasi kapitalisme menghasilkan negara dan pemerintah yang gagal melepaskan perempuan dari kemiskinan dan kelaparan, gagal memberikan keamanan dan ketenteraman perempuan, gagal memberikan jaminan pelaksanaan ketaatan agama bagi perempuan, dan gagal mewujudkan kehormatan perempuan.
Keterwakilan politik perempuan dalam wajah demokrasi selalu diiringi hancurnya institusi keluarga, tingginya angka perceraian, kerusakan moral berupa merajalelanya pornografi hingga perzinaan dan kekerasan berwujud perkosaan hingga pembunuhan terhadap perempuan. Kondisi tersebut disebabkan oleh sistem demokrasi kapitalisme yang menjunjung tinggi nilai-nilai dan ukuran materi sebagai sumber persoalan perempuan.
Dan justru sistem Islam melalui Khilafah, tidak akan membiarkan seorangpun hidup terlantar dalam kemiskinan. Khilafah akan menjamin kebutuhan seluruh warga negaranya baik laki-laki ataupun perempuan, muslim dan non muslim. Telah terjadi pada masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz dimana tidak seorangpun rakyatnya mau menerima zakat, karena semua merasa kaya.
Khilafah juga akan menghentikan Konspirasi Global Menghancurkan Bangsa melalui Perempuan. Khilafah, dengan penerapan Syariatnya tidak akan melarang kaum perempuan memberdayaakan dirinya diluar rumah menuntut ilmu dan berkarya, selama suaminya mengizinkan, tugas dan tanggung jawabnya sebagai ibu dan pengatur rumah tangga telah ditunaikan dan kehormatan nya tetap terjaga.
Dengan demikian jelas sesungguhnya hanya sistem Khilafahlah yang akan memuliakan perempuan, sistem yang telah menhantarkan perempuan pada puncak kebaikannya, yakni melahirkan generasi pemimpin yang cemerlang atau menjadi perempuan alim dan faqih yang diperhitungkan.
Wallahu’alam Bi Shawwab.