Oleh: Heni Nuraeni
Di era serba canggih saat ini, nge-game bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja. Kalau bernostalgia ke zaman dulu, nge-game masih jarang sekali dilakukan kecuali oleh kalangan atas. Karena game saat itu hanya ada pada Play Station (PS). Untuk membelinya harus merogoh kocek dalam-dalam. Itu pun tak mudah dibawa dan dimainkan di sembarang tempat.
Nah, kalau sekarang? Duh, tak usah ditanya lagi. Rental PS bermunculan untuk memfasilitasi para gamer maniak. PS versi portable pun sudah ada. Bahkan Nintendo lebih mudah untuk dimainkan di mana saja dan kapan saja. Apalagi game online yang bisa diakses pada gawai alias gadget maupun di laptop. Itu sih, sangatlah memudahkan. Bahkan bisa dimainkan di mana saja, kapan saja, dan pastinya oleh siapa saja. Tinggal instal game online di android. Nggak bayar alias bisa cuma-cuma didapat dari google playstore. Walau ada yang berbayar, tapi nggak seberapa banyak ketimbang yang gratisan.
Sebenarnya, apa yang diharapkan dari sebuah game? Refreshing? Boleh aja, asal nggak berlebihan. Seperlunya aja, lah. Kecerdasan? Emang game satu-satunya solusi? Kenapa nggak main puzzle atau rubik aja. Uang? Emang nggak haram? Haruskah mengorbankan hidup demi uang? Kalau otak atau matanya rusak, ujung-ujungnya menghamburkan uang juga untuk berobat.
Emangnya kalian nggak mikirin masa depan? Hidup kalian penuh tanggung jawab. Kalau nge-game terus, kapan waktu untuk kehidupan sosialmu? Kapan cari ilmu buat bekal masa depan di akhirat? Ingat kematian, lho. Kalian udah nyiapin? Dengan nge-game, seberapa pahala yang bisa kalian dapat? Poin yang didapatkan dalam game bukanlah poin yang menjamin kalian bisa masuk surga, loh. Emangnya nggak mau masuk surga? So, jangan teperdaya! Tertipu! Hadeuh, nggak enak banget tertipu game. Jangan sampe, deh!
Orang yang kecanduan game bisa dilihat dari intensitas atau frekuensi bermain mereka. Semakin sering nge-game, maka candu itu akan semakin kuat. Bahkan sampai ada kasus gamer yang meninggal di warnet karena selama sepuluh hari berturut-turut bermain game tanpa henti. Nah, kalau gini, meninggalnya husnul khotimah atau su’ul khotimah, guys? Nau’udzubillah min dzalik.
Padahal, kita kudu mentadabburi Alquran surat adz-Dzariyat ayat 56 yang artinya, “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.”
Candu game memang tak mengenal status. Siapapun bisa terkena wabahnya. Tak peduli santri, anak rohis, atau remaja masjid sekalipun. Kalau pondasi iman tidak kuat, candu itu akan meruntuhkan pondasi yang lemah itu. Lalu melalaikan dari beribadah dan taat kepada Allah. Inget, bahwa syaitan itu memiliki seribu satu cara untuk menjerumuskan
manusia ke dalam neraka Jahannam. Termasuk game yang awalnya mubah. Karena digeber abis-abisan sampe lupa segalanya, terutama kewajiban ibadah. Waspadalah!
Wahai remaja muslim yang masih doyan nge-game, sadarlah mulai sekarang! Pelajari Islam dengan semangat. Jangan lupa senantiasa berdoa agar Allah menguatkan iman dan menjaga kita dari akibat buruk nge-game. Terutama lalai dalam menjalankan perintah-Nya. Agar kita tak termasuk remaja yang teperdaya game.
Wallahu 'Alam .