Oleh: Maya Desmia Pamungkas, S.Pd (Pengasuh Komunitas Sahabat Nisa Rancaekek)
28 Oktober merupakan hari yang selalu diperingati sebagai sumpah pemuda. Hari Sumpah Pemuda ini sebagai tonggak awal sejarah kesatuan pemuda tepatnya pada tanggal 28 oktober 1928, dimana para pemuda telah berhasil bersatu untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, hal ini menunujukan peran penting pemuda tak dapat di ragukan lagi. Selain beberapa peristiwa lain pun tak pernah luput dari peran pemuda, contohnya: runtuhnya rezim orde lama, peristiwa Malari (Malapetaka Januari), dan penggulingan Orde Baru sekaligus lahirnya reformasi, juga dalam perjuangan rosullullahpun peran pemudasangat berkonstribusi besar bagi tumbuh kembangnya Islam. Saat Islam tersiar, banyak pemuda yang mengembannya dan memperjuangkannya. Pemuda di sini juga dekat dengan kaum intelek kita yaitu para mahasisiwa, Sehingga pantas segudang tittle yang melekat pada diri pemuda, mulai dari agent of change, stock iron, guardian of value hingga social control. Dan seperti apa yang di katakan oleh soekarno:
"Seribu orang tua hanya dapat bermimpi, satu orang pemuda dapat mengubah dunia."
Tetapi apakah potret pemuda zaman sekarang masih bisa di katakan sebagai agent of change? Kemanakah potret pemuda yang agent of change itu?,nampaknya lain dulu lain sekarang potret pemuda khususnya di Indonesia telah tergerus oleh zaman. Kehidupan pemuda telah berubah, pemuda tidak tertarik masalah politik, pragmatis telah memboncengi mereka dan daya juang merekapun pupus termakan keadaan, malah tidak sedikit juga malah menjadi salah satu dari masalah-masalah yang terjadi. Hal ini dapat terlihat seperti apa yang di beritakan oleh berbagai media. “Tiga pemuda warga Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) harus mendekam di sel tahanan Mapolres Gunungkidul. Mereka ditangkap lantaran mengeroyok Jardiyono,31, warga Saptosari, Gunungkidul. (Sindonews.com, Jum'at, 22 Juni 2018 - 17:00 WIB)
Terjadinya seperti sekarang, pastinya tidak akan bisa lahir dengan sendirinya, dengan kata lain ini adalah permasalahan yang sistemik, semua ini efek dari gaya hidup yang sekuler di kendarai oleh demokrasi yang menjungjungan akan “kebebasan”. Bebas berpendapat, bertingkah laku, yang justru membuat terjerumusnya kaum pemuda yang salah arah dalam menentukan mereka dalam berkonstribusi. Singkat kata, demokrasi telah membajak potensi pemuda.
Perlu direnungkan kembali,perubahan yang hakiki di kondisi yang karut-marut ini tidaklah cukup tanpa disertai solusi membabat habis sampai akarnya. Solusi tersebut hanyalah dengan islam. Oleh karena itu sudah waktunya pemuda sang sang agent of change, dan diharapkan menjadi tumpuan umat, semestinya bangkit dan menyadari bahwa solusi yang mereka emban seharusnya adalah Islam, bukan demokrasi?kenapa? Karena islam adlaah satu-satunya risalah sempurna yang di turunkan oleh sang pencipta kita untuk mengatur kehidupan kita dan demokrasilah yang telah menghina-dinakan manusia mengesampingkan aturan sang pencipta kita.
Wahai kaum pemuda! Sungguh Allah swt telah menganugerahkan potensi yang besar pada dirimu. Islam telah mengatur bagaimana potensi ini digunakan. Sudah waktunya kita mengambil alih garda terdepan untuk perubahan yang hakiki dan menyadarkan umat akan pentingnya penerapan syari’ah Islam disetiap lini kehidupan. Wallahu’alam bi ash-showab