Oleh : Vio Ani Suwarni, S.Pd.
(Guru Sejarah SMAN 1 Rengasdengklok)
Sistem Liberalis Kapitalis (Kebebasan Berkepemilikan Modal) telah mencabut aspek kemanusiaan, mencari keuntungan di tengah bencana. Karena dasar kebebasan yang hanya mempertimbangkan untung rugi. Segala cara akan ditempuh untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya. Seperti kejadian penculikan anak yang terjadi di Kota Palu pasca bencana yang tengah terjadi beberapa waktu yang lalu. Alih-alih memperhatikan para korban, beberapa pihak justru tersibukkan untuk mencari keuntungan.
Hidayatullah.com– Dalam situasi bencana, jatuhnya korban jiwa merupakan potensi yang tak bisa dipungkiri. Termasuk anak-anak yang rentan menjadi korban perdagangan anak pasca bencana alam.
Demikian diingatkan oleh Kepala Bidang Pemantauan dan Kajian Perlindungan Anak Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Indonesia, Amsyarnedi Asnawi, Senin (26/09/2016), dalam rilisnya kepada hidayatullah.com di Jakarta.
“Otoritas keamanan harus bersiaga penuh untuk menangkal bencana kemanusiaan yang berpeluang terjadi menyusul bencana alam,” ujar Amsyarnedi.
Bahkan, ia menyebut, orang-orang yang datang dengan jubah pekerja sosial, rohaniawan, dan tim penyelamat pun tetap harus termonitor secara ketat.
Berbagai catatan, kata dia, menunjukkan, salah satu modus sindikat perdagangan orang adalah memasuki daerah bencana dengan menyaru sebagai pembawa bala bantuan lalu mengincar anak-anak.
Biasanya dengan disertai iming-iming membawa anak ke wilayah yang lebih aman plus janji memenuhi kebutuhan anak. Dimana hal itu, kata Amsyarnedi, berpotensi dengan mudah membius orang tua yang tengah menghadapi kepayahan untuk serta-merta percaya pada para “penyelamat” tersebut.
Untuk itu, LPA Indonesia mendorong semua pihak agar lebih memproteksi anak-anak yang terpisah dari orangtua atau keluarga mereka agar tidak dipindahkan, diperdagangkan, dan dieksploitasi.
“Minimal, kegiatan pendidikan bahkan sekolah perlu diaktivasi selekas mungkin. Rutinitas sekolah, apalagi dalam situasi bencana, merupakan unit yang sangat penting untuk memastikan anak-anak tetap terpantau dalam lingkungan yang relatif terkendali,” ujarnya.*
Tentu saja negara sangat bertanggungjawab penuh dalam penanganan masalah tersebut. Karena hanya negaralah yang mampu mengatasi persoalan yang sedang terjadi saat ini. Negara harus memberikan perlindungan kepada korban bencana alam, terutama anak-anak yang rawan terpisah dari orang tua dan keluarganya. Jangan sampai negara lalai memberikan perlindungan terhadap anak-anak korban bencana alam.
Wa'allahu a'lam Bishowab.