Oleh: Nur Fitriyah Asri
Akademi Menulis Kreatif, Aktivis Badan Kontak Majelis Taklim.
Ulama adalah pewaris Nabi yang selalu berada di garda terdepan membela dan menjaga kemurnian Islam dan Syariat-Nya. Mendidik umat dan meluruskan yang bengkok dengan petunjuk-Nya. Berteriak lantang terhadap berbagai kedzaliman.
Rasulullah bersabda "Sesungguhnya ulama di bumi adalah seperti bintang-bintang di langit yang memberi petunjuk di dalam kegelapan bumi dan laut. Apabila dia terbenam, maka jalan akan tampak kabur" (HR Ahmad).
Dilansir oleh Republika.co.id, Jakarta- Ijtima Ulama II secara resmi menyatakan dukungan kepada pasangan bakal capres-cawapres, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, setelah ditandatangani pakta integritas oleh mantan Danjen Kopassus tersebut sekitar pukul 14.30 WIB, Ahad (16/9).
Dihadiri oleh para petinggi partai koalisi dari PAN, PKS, Partai Berkarya, Gerindra. Hadir pula ulama kondang dan kharisma Ustadz Abdul Somad dan Salim Segaf Al Jupri dan lain-lain. Dalam sambutannya atas nama Prabowo-Sandiaga mengucapkan terima kasih kepada Ijtima Ulama II dari GNPF Ulama. Dan berjanji akan berbuat yang terbaik, seluruh jiwa dan raga saya persembahkan kepada bangsa dan negara Indonesia, kata Prabowo dalam konferensi pers.
Dilansir oleh Antara.News, menyebutkan sebanyak 400 kiai dan pengasuh pondok pesantren (ponpes) yang berasal dari seluruh Indonesia menggelar silaturahmi di ponpes Asshiddiqiyah, Kedoya, Jakarta Barat. Mereka sepakat memilih Jokowi-Ma'ruf, karena ingin Indonesia dipimpin oleh ulama, bukan yang dekat dengan ulama. "Ini sebagai spirit menyatunya ulama dan umara untuk memajukan masyarakat, bangsa dan negara, "
ujar Arifin Junaidi Sekjen Majelis Silaturahmi Kiai dan Pengasuh Pondok Pesantren Indonesia (MSKP3I)
Para ulama ibarat kendaraan dipakai sebagai alat untuk mendulang suara demi pemenangannya di pesta politik pilpres tahun 2019. Banyak nada-nada sinis yang mencibir ulama yang terjun di kancah perpolitikan, karena dinilai wilayah ulama hanya sebatas lingkup keagamaan saja. Inilah gagal paham, korban dari sistem sekulerisme yang memisahkan agama dengan pengaturan kehidupan. Sebagian lagi menilai politik adalah kotor, hanya perebutan kekuasaan. Sehingga banyak ulama dan umat yang memilih diam, tidak peduli (apatis), tidak mau ikut berpolitik. Sebaliknya ada yang meyakini dengan dipimpin ulama akan terjadi perubahan.
Benarkah?
Jangan melupakan sejarah, bahwa negara tercinta ini pernah dipimpin dari berbagai kalangan: ABRI, sipil, politikus, tehnokrat dan bahkan ulama kharismatik cucu pendiri NU namun tetap saja tidak berubah menjadi baik. Fakta berbicara bahwa negeri ini semakin hari bukannya semakin membaik tapi justru semakin terpuruk. Semua itu disebabkan karena sistemnya yang bobrok, yaitu memisahkan agama dengan pengaturan kehidupan (sekulerisme). Meskipun diganti rezim sekaliber apapun kalau sistemnya tetap, tidak akan menghasilkan perubahan yang bisa mensejahterakan umat.
Karenanya ulama jangan terjebak oleh politik praktis yang memperebutkan kekuasaan dengan suara mayoritas dan segala cara dihalalkan. Ulama hanya dijadikan alat untuk menyetujui kebohongan dan mendukung kezholiman melalui fatwanya dengan menjungkirbalikkan nash-nash syariah. Karena sistem yang rusak banyak ulama terjebak, dengan lantang berani berkata menolak syariah dan khilafah, justru mengembangkan dan mensosialisasikan Islam Nusantara yang bertentangan dengan Islam, katanya demokrasi sistem yang final berasal dari Islam dan fatwa-fatwa lainnya yang semua itu membahayakan, merusak akidah umat dan menyesatkan serta mengadu domba umat dikarenakan ulama sebagai alat untuk melegitimasi kepentingan penguasa atau kelompok tertentu.
Ketika paham kufur atau kebijakan lalim, zholim penguasa dijustifikasi ulama, masyarakat awam akan terseret dalam kekufuran dan tenggelam dalam kesengsaraan. Ciri-ciri ulama Suu' (ulama jahat) adalah setan dari golongan manusia, berhasrat pada harta dan kedudukan dunia. Mereka lebih mengutamakan dunia dibandingkan akhirat. Mereka menakwilkan agama untuk kepentingan dunia. Di dunia mereka tercela dan terhina. Di akhirat mereka merugi (Al Ghazali. Ihya' Ulum ad Din, 3/265).
Rasulullah SAW bersabda "Semoga Allah SWT melindungi kamu dari pemimpin bodoh.Kaab bertanya, "Siapa pemimpin bodoh itu" Nabi SAW menjawab, "Para pemimpin yang datang setelah aku. Ia tidak memberi petunjuk dengan petunjukku dan tidak menjalankan sunnahku. Siapa saja yang membenarkan kedustaan mereka dan membantu kezholiman mereka, mereka tidak termasuk golonganku dan aku bukan golongan mereka, dan mereka tidak bisa mencapai telagaku" (HR Ahmad dan Al Bazzar).
Politik Dalam Islam
Politik menurut Islam adalah mengatur seluruh urusan-urusan rakyat dan negara, yang didasarkan kepada hukum-hukum Islam.
Yang bersumber pada Al Qur'an dan As Sunnah.
Allah berfirman "Maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang diturunkan oleh Allah SWT dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu" (TQS Al Maidah 105: 48).
Hakekat kekuasaan adalah untuk menerapkan Islam secara kaffah dan menyebarkannya keseluruh penjuru dunia.
Imam Al Ghazali mengatakan: Agama Islam adalah asas dan kekuasaan adalah penjaga. Kekuasaan tanpa asas akan binasa, sedangkan agama tanpa penjaga akan lenyap (Al Ghazali, Al Iqtishad fi al I'tiqah, 1/76).
Jadi Penguasa atau imam atau Khalifah yang berkewajiban dan bertanggung jawab untuk menerapkan syariah dalam mengatur urusan umat dan negara.
Berkaitan dengan peran ulama dalam politik, seharusnya ulama adalah:
1. Memberikan loyalitas hanya pada Islam. Hanya takut kepada Allah meskipun harus mati tersungkur karena kelaliman penguasa.
2. Mengawal kekuasaan agar tetap berjalan diatas syariah Islam.
3. Menjadi garda terdepan dalam mengoreksi penguasa zholim, " Seutama-utama jihad adalah menyampaikan kata-kata yang haq didepan penguasa yang zholim" ( HR Ahmad, Ibn Majah).
4. Membimbing umat dan penguasa, agar selalu berjalan diatas Islam. Ulama tidak menyibukkan diri pada ibadah mahdhah belaka, tetapi terjun langsung dan berinteraksi dengan masyarakat.
5. Membentengi umat dari ide-ide kufur (paham, keyakinan, dan sistem hukum yang bertentangan dengan Islam, misalnya sekulerisme, pluralisme, liberalisme, demokrasi dan lain-lain.
Ketika ulama berlaku lurus dan tegas kepada penguasa, hakikatnya ia telah mencegah sumber kerusakan. Sebaliknya, tatkala ia berlaku lemah kepada penguasa zholim, saat itulah ia menjadi pangkal segala kerusakan.
Solusinya hanya satu yaitu kembali kepada Islam. Islam adalah agama yang mengatur semua sendi kehidupan dan memberikan solusi yang tuntas.
Wallahu a'lam bish shawwab.