Oleh : Atin Himmah
Akademi Menulis Kreatif
Di lansir dari media Liputan6.com, Jakarta pelaksanaan pemilu legislatif 2019 masih setahun lagi.
Namun, komisi pemilihan umum ( KPU ) telah menyelesaikan pendaftaran untuk calon anggota legislatif DPR, DPRD propinsi dan DPRD kabupaten/kota.
Ternyata pada pesta politik 2019 ini masih saja terselip nama selebriti Indonesia yang terdaftar menjadi bakal calon legislatif. Tercatat 54 artis nyaleg di pemilu tahun 2019. Banyak dari kalangan selebriti akan mencoba masuk dunia politik. Bermodalkan popularitas padahal bisa jadi mereka buta akan politik.
Berbagai cara mereka lakukan. Semuanya agar terlihat manis di hadapan masyarakat. Mulai dari blusukan ke pasar hingga mendadak menjadi ustadz. Yang biasa jarang pergi ke masjid mendadak rajin berjamaah hingga memberi ceramah.
Ia berusaha untuk menjadi pemimpin yang dapat mensejahterakan rakyat. Beraksi manis memberikan janji-janji agar rakyat memilih dan simpati. Ibarat mobil mogok, rakyat yang mendorong para politisi yang duduk manis dalam mobil. Ketika mobil itu sudah dapat hidup, mereka meninggalkan sembari melambaikan tangan. Sementara rakyat hanya terkena asapnya.
Berbagai janji manis mereka ucapkan. Mirisnya, setelah tujuan tercapai semua janji-janji yang pernah terucap di masa kampanye, hanya tinggal bekasnya. Bahkan sampai saat ini, tak sedikit politisi belum bisa merealisasikan janji-janjinya.
Kalau begitu, bukankah itu hanya pencitraan saja? Bukankah itu hanya pencitraan semu yang menipu saja?
Solusi Islam
Fenomena artis nyaleg sejatinya hanya pencitraan semu yang menipu. Padahal tidak semudah itu bila kita hendak memilih seorang pemimpin.
Islam sebagai agama yang sempurna, mengatur semua hal yang berkaitan dengan kehidupan. Begitu pula dengan karakter pemimpin. Seorang pemimpin harus berkepribadian kuat, bertakwa, memiliki sifat welas asih, penuh perhatian kepada rakyat, istiqomah memerintah dengan syariah.
Seorang pemimpin harus mempunyai karakter tersebut agar senantiasa menyadari dan takut kepada Allah SWT dari sikap sewenang-wenang.
Rasulullah saw pernah bersabda," Siapa saja yang memimpin pemerintahan kaum muslim, lalu dia tidak serius mengurus mereka, dan tidak memberikan nasihat yang tulus kepada mereka, maka dia tidak akan mencium harumnya aroma surga." (HR Muslim).
Kita bisa ambil contoh pada masa kepemimpinan Umar Bin Khathab. Beliau tak pernah mengobral janji-janji manis, namun beliau turun langsung untuk menyelesaikan problematika umat. Bahkan ketika Sang Khalifah melihat seorang janda dan anaknya sedang menangis karena kelaparan, sang Khalifah bergegas mengambil bahan makanan. Memanggul sendiri sekarung gandum di pundaknya, kemudian memasaknya, beliau memastikan rakyatnya itu makan. Sebab beliau takut akan pertanggung jawabannya di hadapan Allah SWT kelak.
Ketika jabatan itu diraih hanya untuk kepentingan semata, maka wajar banyak politisi yang hanya mengumbar janji. Tanpa peduli terhadap nasib rakyat miskin.
Sementara Islam datang sebagai problem solving. Seorang pemimpin di pilih oleh rakyat dan bekerja untuk menerapkan syariat secara kaffah. Maka wajar jika rakyatnya sejahtera. Karena landasan untuk menjadi seorang pemimpin hanya takwa kepada Allah Ta'ala dan bukan untuk kepentingan pribadi semata.
Wallahu a'lam bishshowwab