Oleh: Ana Ummu Al Fatih
(Aktivis Dakwah)
Ada sebuah kampanye global yang diluncurkan oleh Divisi Muslimah di Kantor Media Pusat Hizbut Tahrir dengan tajuk “Keluarga: Tantangan & Solusi Islami” pada Rabu (3/10/2018). Ini adalah sebuah agenda yang diluncurkan dalam mengejawantahkan kepedulian dan keprihatinan atas kondisi keluarga muslim di seluruh dunia yang kian mengalami kehancuran dan perpecahan.
Sebuah aksi kepedulian yang perlu diapresiasi dan perlu didukung penuh oleh semua fihak. Dengan mata jeli, seluruh penyebab rusaknya sendi sendi keluarga akan diungkap. Bagaimana tantangan keluarga muslim di era sekarang dan solusi islam yang akan menuntaskan permasalahan keluarga di seluruh dunia, akan dikupas tuntas dalam kampanye ini. Pada penutup kampanye, akan diselenggarakan Konverensi Perempuan Internasional yang akan dihadiri perwakilan perempuan dari seluruh dunia.
Mengapa keluarga menjadi masalah krusial yang perlu diangkat? Menelisik permasalahan dalam negeri saja, di Indonesia. Negeri yang mayoritas penduduknya adalah muslim, kini tengah mengalami permasalahan disintegrasi keluarga yang kronis. Tercatat dilansir oleh okezon.com/27/02, tiap jam ada 40 pasangam bercerai di Indonesia. Artinya, Indonesia bisa dibilang darurat perceraian ibarat bom waktu yang siap meledak kapan saja. Masih dari sumber yang sama, bahwa dari 2 juta pasangan yang menikah, 15%-20%-nya mengalami perceraian atau 40 perceraian dalam setiap jam di Indonesia. Motifnya beragam, pertengkaran, perselingkuhan, motif ekonomi, tak sepaham dll. Sungguh sebuah ironi, bukannya kita berada di negeri muslim yang harusnya tabu urusan perceraian. Karena perceraian adalah perbuatan yang sangat dibenci oleh Allah Swt. Rupanya negeri muslim lainnya juga hampir mengalami masalah yang sama, bahkan dunia Barat. (Muslimahtimes.com)
Di Indonesia kerusakan sendi kehidupan keluarga, ternyata berbanding lurus dengan tingginya perilaku menyimpang remaja, pelajar dan bahkan mahasiswa. Mulai dari tawuran, miras, narkoba, free sex hingga hamil diluar nikah kerap menyelimuti cerita remaja. Baru baru ini terdengar kabar seperti dilansir oleh TribunLampung.co.id bahwa 12 Siswi SMP di satu sekolah hamil dengan pacarnya. PKBI juga menyatakan 20% Pelanggan PSK adalah pelajar.
Bukan hanya dilampung, aksi remaja bebas juga terjadi di Jawa Barat, dengan temuan sebuah Group WA (whatsup) allstars yang 24 orang anggota groupnya adalah pelajar yang saling tukar video porno dan tanpa malu saling mengajak untuk berbuat mesum. Seolah hal tersebut adalah perilaku yang wajar. Komisioner KPAD menyampaikan dengan terang bahwa tren anak berbuat asusila meningkat. Saat ini, anak-anak tidak lagi sekedar menonton video porno namun berusaha mempraktekannya. Mengerikan, itu semua adalah contoh kecil dari perilaku remaja yang semakin menggila. Tak segan bahkan pelajar membeli kondom dan alat tes kehamilan di area sekolah mereka. Terbukti ada peningkatan penjualan kondom setiap tahunnya.
Dua fakta ini memiliki korelasi yang kuat. Pecahnya keluarga berimbas pula terhadap rusaknya generasi muda. Karena keluarga adalah institusi terkecil sebagai penjaga, dan pendidik bagi anak-anak dan remaja. Keluarga harusnya menjadi tempat yang hangat ketika anak dilanda masalah, tapi semua telah berubah. Sang Ayah sibuk dengan pekerjaannya, bahkan sang Ibu juga tak mau kehilangan kesempatan mengejar karier nya. Dalih demi untuk memberi uang jajan yang cukup, fasilitas gadged, hp android, laptop dan fasilitas lainnya dianggap cukup menggantikan peran keibuan dan pendidikan putra putrinya. Anak - anakpun tumbuh tanpa kontrol jauh dari pengawasan orang tua, dan tiba-tiba saja mereka kaget ketika buah hatinya yang polos terseret berbagai pergaulan bebas diluar sana.
Lantas apa yang membuat keluarga itu telah kehilangan vitalitasnya. Tidak lain akibat diterapkannya sistem Kapitalis sekuler. Penerapan ideologi Kapitalis tentu tidak terlepas dari ide dasarnya yakni sekulerisme. Upaya mengaruskan ide yang lahir dari ideologi Barat terus diluncurkan, ide kesetaraan gender, feminisme, hedonisme, materialisme, pluralisme, individualis, hedonis, liberalisme dan aneka kebijakan liberal terus diproduksi. Ide sekuler dengan produk hedonisme telah mengubah bentuk kehidupan manusia menjadi amat bebas. Peraturan agama diterjang, bahkan dituduh menjadi penghalang kemajuan. Sayangnya kitapun tertipu dengan racun Barat ini, terbuai dengan nya hingga lupa peran dan tanggung jawab sebagai orang tua. Hal ini diperparah dengan derasnya propaganda ide sekuler liberal melalui media dan perkembangan teknologi turut menjadi jembatannya. Doktrin - doktrin dan kebijakan ala kapitalis berhasil menghancurkan sendi keluarga. Keluarga muslim bahkan telah kabur dengan konsep keluarga yang islami dan kehilangan fungsi utamanya. Robohnya benteng keimanan yang menjadikan semua makin parah dan hancur tak bersisa.
Semua permasalahan tadi hanya mampu diselesaikan dengan penerapan syari’at Islam secara sempurna. Islam dengan aturannya yang paripurna akan mengatur permasalahan ekonomi, pendidikan, pergaulan, sosial, bahkan keluarga. Tentu peraturan yang sesuai fitrah yang akan mampu kembali memanusiakan manusia. Bahkan termasuk mengembalikan keluarga pada fungsi aslinya, sebagimana ketetapan Allah SWT. Dengan diterapkannya syariat Islam Anak - anak akan mendapatkan perlindungan, pendidikan dan kasih sayang yang cukup dari keluarganya. Negara akan berperan strategis mengatur pergaulan masyarakat sesuai dengan syariat. Media juga akan diarahkan untuk dakwah nilai-nilai islami yang bernuansa edukasi. Tidak seperti sekarang, justru banyak menyalahi titah ilahi dan cenderung kepada promosi ide liberalisme. Lantas apalagi, bukankah Islam adalah jawaban yang pas untuk permasalahan yang menimpa negeri-negeri di dunia. Maka jangan ragu untuk mulai mengarahkan keluarga kepada konsep keluarga muslim yang sesungguhnya. Kemudian mengajak seluruh keluarga dan tetangga untuk juga mempropagandakan ide islam agar mampu segera diterpkan di tengah-tengah masyarakat. Maka sungguh kesejahteraan dan keselamatan akan mampu kita raih di dunia dan akhirat. Wallahua'lam