Oleh: Widyastuti, S.Pd
Rangkaian gempa bumi mengguncang Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah, Jumat (28/9/2018). Puncaknya, gempa bermagnitudo 7,7 pada pukul 18.02 Wita. Tak hanya gempa,tsunami juga menggulung palu. Video tsunami yang meninggi masif merajai media maya.
Belum kering air mata duka lombok. Masih menyisakan lara bagi para korban. Tak ayal luka kembali menganga. Hilang harta. Hilang nyawa. Hilang sarana dan prasarana.
Ini isyarat alam yang memberi tanda. Resahnya ia pada durjana. Juga isyarat sang kholiq dalam murka. Bukan karena Ia pemarah. Tapi pengingat agar maksiat tak semakin parah. Sentilan agar segera berbenah. Memintal ketaatan selagi sempat.
Sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla :
وَمَا نُرْسِلُ بِالْآيَاتِ إِلَّا تَخْوِيفًا
“Dan tidaklah Kami memberi tanda-tanda itu melainkan untuk menakut-nakuti”.[al Israa : 59].
FirmanNya :
سَنُرِيهِمْ آيَاتِنَا فِي الْآفَاقِ وَفِي أَنفُسِهِمْ حَتَّىٰ يَتَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُ الْحَقُّ ۗ أَوَلَمْ يَكْفِ بِرَبِّكَ أَنَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ
“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa al Quran itu benar. Dan apakah Rabb-mu tidak cukup (bagi kamu), bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu”. [Fushilat : 53].
Jika bencananya harus terjadi maka terjadilah. Karena (bencana) tidak akan bisa diubah dengan apapun jika Allah telah menakdirkannya.
Allah Azza wa Jalla berfirman :
أَفَأَمِنَ أَهْلُ الْقُرَىٰ أَن يَأْتِيَهُم بَأْسُنَا بَيَاتًا وَهُمْ نَائِمُونَ أَوَأَمِنَ أَهْلُ الْقُرَىٰ أَن يَأْتِيَهُم بَأْسُنَا ضُحًى وَهُمْ يَلْعَبُونَ أَفَأَمِنُوا مَكْرَ اللَّهِ ۚ فَلَا يَأْمَنُ مَكْرَ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْخَاسِرُونَ
“Maka apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di malam hari di waktu mereka sedang tidur? Atau apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di waktu matahari sepenggalahan naik ketika mereka sedang bermain? Maka apakah mereka merasa aman dari adzab Allah (yang tidak terduga-duga)? Tiadalah yang merasa aman dari adzab Allah kecuali orang-orang yang merugi”. [al A’raaf : 97-99].
Al Allamah Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan : “Pada sebagian waktu, Allah Azza wa Jalla memberikan ijin kepada bumi untuk bernafas, lalu terjadilah gempa yang dahsyat. Dari peristiwa itu, lalu timbul rasa takut pada diri hamba-hamba Allah Azza wa Jalla, rasa taubat dan berhenti dari perbuatan maksiat, tunduk kepada Allah Azza wa Jalla dan penyesalan.”
Demikian juga dalam kitabnya al-Jawabul Kafi beliau mengisahkan tentang Aisyah isteri Nabi.
Suatu saat Anas bin Malik bersama seseorang lainnya mendatangi Aisyah. Orang yang bersama Anas itu bertanya kepada Aisyah: "Wahai Ummul Mukminin jelaskan kepadaku tentang gempa!"
Aisyah menjelaskan, “Jika mereka telah menghalalkan zina, meminum khamar dan memainkan musik. Allah azza wajalla murka di langit-Nya dan berfirman kepada bumi: "goncanglah mereka. Jika mereka taubat dan meninggalkan (dosa), atau jika tidak, Dia akan menghancurkan mereka.
Orang itu bertanya kembali: Wahai Ummul Mukminin, apakah itu adzab bagi mereka?
Aisyah menjawab, “Nasehat dan rahmat bagi mukminin. Adzab dan kemurkaan bagi kafirin.”
Anas berkata: “Tidak ada perkataan setelah perkataan Rasul yang paling mendatangkan kegembiraan bagiku melainkan perkataan ini.”
Sangat jelas penjelasan Ummul Mukminin Aisyah tentang penyebab spiritual gempa. Tiga dosa yang semuanya marak di zaman kita ini. Khusus untuk dosa yang pertama, Aisyah menggunakan kata istabahu yang artinya masyarakat telah menganggap zina itu mubah [perkara biasa]. Zina tidak hanya dilakukan, tetapi telah dianggap mubah.
Kita telah sampai pada zaman dimana mudah melihat orang loncat dari keimanan ke kekafiran. Tak peduli dia punya gelar keagamaan, orang pintar, doktor, orang terdidik, mengaji. Dengan mudah dia loncat dari kubu keimanan ke kubu kekufuran.
Diantara faktor penyelamat dari segala keburukan, yaitu pemerintah segera memegang kendali rakyat dan menyerukan agar konsisten dengan al haq, menerapkan hukum Allah Azza wa Jalla di tengah-tengah mereka, memerintahkan kepada yang ma’ruf serta mencegah kemungkaran. Sebagaimana khalifah Umar bin Abdul Aziz juga tak tinggal diam saat terjadi gempa bumi pada masa kepemimpinannya. Ia segera mengirim surat kepada seluruh wali negeri, "Amma ba'du, sesungguhnya gempa ini adalah teguran Allah kepada hamba-hamba-Nya, dan saya telah memerintahkan kepada seluruh negeri untuk keluar pada hari tertentu, maka barangsiapa yang memiliki harta hendaklah bersedekah dengannya."
Sesungguhnya hanya kepada Allah kita memohon. Agar memperbaiki kondisi kaum Muslimin. Menganugerahkan kefaqihan dalam agama. Melimpahkan kekuatan untuk istiqamah. Segera bertaubat kepada Allah Azza wa Jalla dari segala nista dan dosa. Semoga Allah memperbaiki para penguasa kaum Muslimin; semoga Allah menolong al haq melalui mereka. Menghinakan kebathilan, membimbing mereka untuk menerapkan syari’at Allah Azza wa Jalla atas para hamba. Wallahu a’alm bish-shawwab.