Musibah Diantara Pesona Wisata Indonesia

Oleh : Iin Susiyanti, Sp

Sulawesi Tengah. Salah satu  wilayah yang dikembangkan untuk obyek wisata. Ini merupakan tahun kedua festival lamoni dilaksanakan. 


Festival ini dibarengi dengan ritual penyembuhan Baliya Jinja di Kampung Kaili, Pantai Talise, Kota Palu. Ritual ini bertujuan untuk menyembuhkan orang yang mengalami sakit parah dan mendambakan kesembuhan. Dukun yang memutuskan, karena dukun akan melihat penyakit ini disebabkan oleh masuknya roh jahat. 


Disiapkan pula sesajen sebagai persembahan. Diantaranya  dengan beras berwarna-warni dihias sebutir telur ayam di atas tampah, gambir, pinang, kapur sirih dan tembakau bersama setandan pisang. Ada tujuh macam kue tradisional yakni roko-roko, cicuru, batu bengga, epu-epu, belira, lemo-lemo dan onde-onde. Disiapkan untuk dilarung ke laut keesokan paginya bersama replika perahu bercadik. Sebagian  dibuang ke gunung. Disiapkan pula kambing dan ayam untuk dikorbankan. Kambing ini akan ditombak kakinya dan dipenggal kepalanya untuk ikut dilarungkan ke laut.


Jum'at (28/9), saat pembukaan festival lamoni ll. Ketika itu ribuan warga  berkumpul. Termasuk pelajar yang akan ikut mengisi acara festival yang berlangsung di pinggir pantai anjungan Nusantara, Kota Palu. Tiba-tiba terjadi stunami, tidak lama disusul dengan gempa  yang lebih besar pada skala 7,4 SR. (m.republika.co.id/29/9/2018).


Pemerintah  sengaja menghidupkan kembali budaya lokal  untuk menarik minat para wisatawan. Karena secara nominal dianggap mampu memberikan keuntungan pada sektor ekonomi. Padahal budaya tersebut mengandung ajaran animisme-dinamisme.


Dinamisme adalah kepercayaan kepada kekuatan ghoib yang misterius. Tujuannya  untuk mengumpulkan kekuatan ghoib sebanyak mungkin. Animisme adalah agama yang mengajarkan pada tiap-tiap benda. Baik yang bernyawa ataupun tidak bernyawa maupun roh. Tujuannya   mengadakan hubungan baik dengan roh-roh yang ditakuti dan dihormati dengan senatiasa menyenangkan hati mereka. 


Ritual dengan memakai sesajen  adalah bagian dari ritual jahiliyyah. Karena dipakai sebagai perantara untuk memanggil para ruh.  Ini  termasuk perbuatan syirik atau menyekutukan Allah. Firman Allah  dalam Qs. An-Nisa' : 48  menegaskan : 

“Sesungguhnya, Allah tidak akan mengampuni (dosa) perbuatan syirik (menyekutukan-Nya), dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang sangat besar.” (Qs an-Nisaa’: 48).


Sudah jelas dengan alasan memiliki "daya jual" terbukti menuai bencana. Ini bentuk ujian dan peringatan Allah atas kerusakan  dan kemungkaran yang merajalela akibat ulah manusia. Jadi semua musibah yang menimpa manusia baik pada diri, harta maupun anak-anak mereka, serta pada apa yang mereka sukai, tidak lain  disebabkan perbuatan-perbuatan buruk (maksiat) yang pernah mereka lakukan. Sebagaimana  dalam firman Allah,  Qs. Ar-Rum : 41 

"Telah nampak kerusakan di darat dan di lautan akibat perbuatan tangan (maksiat) manusia, supaya Allâh merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)" (Ar-Rûm: 41)


Berbeda dengan pemikiran sosialisme-komunisme. Mereka memandang  bencana alam sebatas peristiwa alam yang terjadi dengan sendiri. Tidak ada hubungannya dengan perbuatan manusia yang merusak. Sesungguhnya dibalik alam semesta, hanya Allah Swt yang Maha Kuasa atas kehendakNya.  Untuk mengubah keteraturan alam menjadi tidak teratur. 


Tujuan Islam dalam Pengelolaan Pariwisata


Pertama Obyek yang dijadikan tempat wisata, bisa berupa potensi keindahan alam, yang nota bene bersifat natural dan anugerah dari Allah Swt. Seperti keindahan pantai. Alam pegunungan. Air terjun dan sebagainya. Obyek wisata dijadikan  sarana untuk menanamkan pemahaman Islam kepada wisatawan yang mengunjungi tempat-tempat wisata.

Kedua Islam memandang bahwa keindahan alam untuk memahami akan kebesaran Allah, dzat yang menciptakannya. Menikmati keindahan alam adalah bentuk taqqorub kepada Allah.

Ketiga Peninggalan sejarah (bentuk-bentuk madaniyah) dari peradapan Islam digunakan untuk mempertebal keyakinan para wisatawan untuk melihat keagungan Islam.

Keempat  Obyek wisata untuk mengokohkan keimanan seorang muslim kepada Allah, Islam dan peradapannya. Untuk non muslim sebagai sarana menanamkan keyakinan atas kebesaran Allah. Dan menunjukkan atas keagungan dan kemuliaan umat Islam dan peradapannya.

Kelima Obyek wisata tidak dijadikan sumber devisa atau sumber perekonomian. Namun dijadikan sarana dakwah. Sehingga tidak untuk dieksploitasi demi kepentingan ekonomi dan bisnis. Islam jelas melarang suburnya kemaksiatan dan kemungkaran.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak