Muhasabah dalam Duka Bencana

Oleh : Nurwulan Mayasari, S.Pd., M.M.Pd.

Duka nestapa sepertinya belum mau berhenti dari bumi pertiwi. Belum berakhir duka Lombok, kini datang duka Palu. Duka yang lebih dahsyat, bukan hanya gempa bumi tetapi juga tsunami dan likuifaksi yang menerjang Palu, Donggala dan Sigi. Hampir semua bangunan hancur luluh lantak. Lebih dari 1700 menjadi korban jiwa, bahkan masih banyak korban hilang yang belum ditemukan sehingga kemungkinan angka tersebut akan trus bertambah. Ada apa sebenarnya? Mengapa negeri ini terus-menerus terjadi bencana?

       

Memang, gempa bumi dan tsunami merupakan ketentuan atau Qodho dari Allah SWT. Yang tak mungkin dicegah atau ditolak. Maka kita harus bersikap ridho atas ketentuan tersebut. Namun, dalam kasus gempa Palu ada hal diluar qodho yang memperparah bencana. Seperti pemerintah abai, tak segera memperbaiki atau mengganti alat pendeteksi tsunami yang sudah 6 tahun tidak berfungsi. Akibatnya banyak orang tidak mengetahui akan terjadi tsunami lebih dini hingga tak sempat menyelamatkan diri. Ini adalah salah satu bentuk kezaliman penguasa yang mengabaikan nasib rakyat. 


Diantara kebijakan-kebijakan lain yang membuat menderita seperti terus naiknya harga BBM, tarif listrik, tarif tol, iuran BPJS serta biaya pendidikan dan kesehatan yang semakin mahal. 


Dengan demikian kezaliman terbesar adalah saat penguasa tidak berhukum dengan hukum Allah SWT, sebagaimana firman Allah SWT yang artinya: "Siapa saja yang tidak memerintah/berhukum dengan hukum yang telah Allah turunkan, mereka adalah para pelaku kezaliman". (TQS. Al-Maidah:5).


Maka semua bencana ini, hanyalah akibat dosa dan kemaksiatan manusia, karena mereka tidak menerapkan hukum-hukum Allah. Oleh karena itu satu-satunya cara untuk mengakhiri berbagai bencana ini tidak lain dengan segera bertobat kepada Allah SWT. 


Tobat kepada Allah SWT dibuktikan dengan memberlakukan aturan Islam secara kaffah dalam semua aspek kehidupan, baik itu politik, ekonomi, pendidikan, sosial dan sebagainya. Maka keberkahan akan melimpah ruah memenuhi bumi. Sebagaimana firman Allah SWT yang artinya: "Andai penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti kami akan membukakan untuk mereka keberkahan dari langit dan bumi. Akan tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) sehingga Kami menyiksa mereka sebagai akibat dari apa yang mereka perbuat." (TQS. Al-A'raf:96)


Wallahu'alam bish shawab.

45Zahra

Ibu, Istri, Anak, Pribadi pembelajar yang sedang suka menulis.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak