KETIKA GENERASI TERGERUS ARUS GLOBALISASI


                                             


Oleh : Ummu Aqeela



Jelajah dengan jarimu, mungkin itu adalah kalimat yang tepat untuk menggambarkan kecanggihan tekhnologi di era sekarang ini. Bagaimana tidak aktifitas yang dulunya harus dikerjakan diluar ,sekarang bisa dilakukan dilayar. Dulu pengetahuan yang kita hanya mendapatkannya dari buku, kini bisa kita browsing lewat barang mungil ini, itulah gadget atau handphone. Namun seiring berkembangnya tekhnologi gadget yang seolah tiada batasnya berinovasi, akan berdampak negatif untuk dunia pendidikan di kalangan remaja dan anak-anak jaman sekarang. Konten-konten yang tidak seharusnya dikonsumsi, akan dengan mudahnya didapat hanya dengan mengklik jari saja.  Kebebasan tontonan yang tidak menuntun inilah menjadi salah satu penyebab maraknya pergaulan bebas dikalangan para remaja. Kemudahan yang disalah gunakan dan disalah artikan.



Membincang pergaulan remaja di era sekarang seolah membuat kita menghela nafas panjang. Trend berpacaran, trend pergaulan bebas, sex tanpa pernikahan, trend gaya hidup sosialita sudah mulai menjamur dikalangan remaja. Jargon masa remaja adalah masa untuk kebebasan dan bersenang-senang tanpa dilarang, menjadi kalimat yang selalu dipegang untuk memuaskan kemauan mereka dalam bereksplor ke sesuatu walaupun itu sesuatu yang menyimpang. Ketika penyimpangan itu memunculkan masalah yang baru, bukan hanya mereka yang akan menanggungnya namun lingkungan keluarga juga akan terkena dampaknya. Seperti kasus yang baru-baru ini terungkap Direktur Perkumpulan Keluarga Berencana (PKBI) Lampung, Dwi Hafsah Handayani mengungkapkan temuan mengejutkan terkait sebuah SMP di Lampung. Tribun-Video.com melansir TribunLampung.co.id, Selasa (02/10/2018), Hafsah mengatakan ada kejadian dimana siswa satu SMP di Lampung ada 12 siswinya yang hamil. Siswi tersebut terdiri dari kelas VII, VIII, IX. Selain itu Hafsah pernah melakukan survei ke apotik disekitar kampus dan kos-kos an. Dari survei tersebut diketahui, ada sekitar 100 kondom terjual dalam waktu satu bulan dan itu adalah hasil survei yang sangat memprihatinkan. 



Harusnya dari kejadian diatas membuat kita sadar dan mawas, mulai mengintropeksi diri dan bertanya mengenai peranan kita dalam pendidikan keluarga dan umat. Banyak hal yang menyebabkan berbagai peristiwa yang menyesakkan itu, mulai dari lemahnya peran orang tua, cueknya lingkungan sekolah akan moral siswa/siswinya bahkan sampai mandulnya peran pemerintah dalam mengayomi seluruh rakyatnya. Ini adalah pecutan untuk semua pihak dan sudah seharusnya  berubah dan merubah untuk situasi yang semakin parah. Perubahan kearah positif hanya bisa terjadi ketika semua pilar saling bekerjasama dan memfasilitasi satu sama lain.

Antara Lain :

1. Pilar Keluarga

Sebagai tampuk pertama dalam pendidikan dasar anak-anaknya keluarga menjadi pemeran yang sangat penting. Penanaman nilai-nilai agama dan rambu-rambu antara halal haram mulai diperkenalkan sedini mungkin. Akidah Islam yang kuat haruslah ditancapkan sebagai pengendali ketika terfikir melakukan hal yang melanggar batas agama. Sharing and Caring adalah dasar dalam pendekatan orang tua kepada anaknya. Kedekatan secara emosional dan spiritual menjadi bekal yang mumpuni untuk menghadapi lingkungan luar. Peran ibu sebagai madrasah pertama terhadap anak-anaknya haruslah dikembalikan dan dterapkan secara sempurna, ibu adalah guru pertama dan utama untuk anaknya. Ketika seorang Ibu mencurahkan 100% waktu dan kasih sayangnya maka ini menjadi modal besar dalam perkembangan emosinal buah hatinya.


2. Pilar Lingkungan Sekolah

Sekolah adalah tempat kedua dimana anak-anak menghabiskan banyak waktunya selain dirumah. Sekolah menjadi tampuk kedua yang diharapkan bisa mengkontrol perkembangan secara moral dan akademisnya. Guru adalah orang tua kedua, seyogyanya ikut andil juga dalam pengawasan secara intens ketika anak-anak dalam lingkungan sekolah. Bukan hanya mencekoki dengan berbagai materi akademis, namun juga penguatan pembekalan akidah sebagai kelanjutan tangan kedua orang tuanya. Sebagai lingkungan diluar rumah sekolah berperan aktif sebagai CCTV anak-anak dalam pergaulannya.  


3. Pilar Negara atau Pemerintah

Negara menjadi pemeran yang sangat penting untuk mewujudkan kokohnya pilar-pilar diatas. Ibaratnya adalah negara sebagai lahan yang luas haruslah menjadi lahan yang subur dan sehat. Ketika bibit remaja kita sudah unggul namun ketika negara tidak menfasilitasi dengan lahan yang subur makan akan sulit juga bibit itu tumbuh dengan sempurnanya. Pengontrolan media televisi dan media sosial adalah menjadi peranan negara, karena negaralah yang mempunyai otoritas untuk masalah itu. Perhatian dan pemilihan terhadap tenaga didik yang mumpuni dan loyal tidak lepas dari kesejahteraan yang diberikan oleh negara untuk mereka. Kedua pilar keluarga dan lingkungan sekolah tidak bisa berfungsi secara maksimal ketika negara lepas tangan untuk memberikan naungannya.



Cita-cita berdiri kokohnya ketiga pilar diatas, tidak bisa terwujud jika tidak berpondasikan Islam. Islamlah sebagai pondasi kuat dalam mewujudkan kerjasama ketiga pilar itu. Ketika semua disandarkan ke syaria’atNYA, maka kesadaran bahwa setiap pilar mempunyai peran masing-masing dan mempertanggung jawabkan peran kelak kepada Allah akan memotivasi diri berbuat semaksimal mungkin. 



Wallahu’alam Bishowab







Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak