Oleh: Renci Sari
(Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Buton)
Mahasiswa adalah" agen of change", letak harapan bangsa ada pada pundak mahasiswa. Mahasiswa menjadi tolak ukur peradaban dunia yang dengannya suara inspirasi rakyat bisa tersampaikan.
Namun tahu kah kita, akhir-akhir ini Kata “radikalisme” seakan menjadi momok menyedihkan untuk mahasiswa dalam menyampaikan ispirasi ummat. menyebarnya isu radikalisme menjadi pembatas mahasiswa dengan identitasnya, khususnya kalangan mahasiswa. Isu itu seakan menyasar para intelektual kampus yang dianggap sebagai sarangnya gerakan radikalisme. Isu paham radikalisme ini juga bukan hanya menyasar mahasiswa baru namun juga dengan pihak pegawai kampus tanpa terkecuali karna minimnya pengawasan dari pimpinan kampus yaitu rektor yang bertanggung jawab atas penyeragaman.
Sebagaimana yang terlansir dari berita detikNews. Jakarta- Menteri dalam negeri (Mendagri) Tjahjo kumolo mengatakan penentuan pemimpin di perguruan tinggi negeri atau rektor kini diharuskan dipilih presiden. Menurutnya hal ini dilatarbelakangi oleh tanggung jawab rektor dalam proses penyeragaman.
“penentuan rektor selama ini oleh Dikti, hasil komunikasi kami dengan mensesneg dengan bapak presiden, pak Mendiktim saya kira terakhir (penentuannya) harus dari bapak presiden,” kata Tjahjo di kantor kemendagri, jalan Medan merdeka Utara Gambir, Jakarta Pusat, Kamis (1/6/2017).
Sementara itu Salatiga- Kementrian Riset, Teknologi dan pendidikan Tinggi, akan segera mengeluarkan peratuan tentang larangan kampus tidak boleh mengikuti kegiatan politik praktis. Dikeluarkan peraturan ini karena sebentar lagi akan dilangsungkannya kampanye pilpres.
“kampus adalah pendidikan tinggi untuk memajukan pendidikan. Tidak boleh semua perguruan tinggi negri maupun swasta, sebentar lagi akan keluar peraturan ini kampus tidak boleh untuk berpolitik praktis,” kata Kemristekdikti Mohamad Nasir usai memberikan kuliah umum dengan tema “Mahasiswa sebagai SDM unggul mendukung peningkatan daya saing bangsa di Era Industri 4.0” di kampus UKSW, Salatiga, Sabtu (15/9/2018) detiknews.
seharusnya, kampus menjadi tempat berkembangnya keilmuan, ladang mahasiswa untuk berdiskusi dan berargumen, guna membangun suatu pemikiran cemerlang untuk menjadikan negeri lebih baik. Ditangan para intelektual, lahir dan melekat suatu pemikiran dan idealisme yang tinggi. Mereka bisa membakar semangat perjuangan menuju peradaban yang gemilang.
Namun kita lihat realita saat ini, mahasiswa kehilangan identitasnya. Suara mahasiswa justru dibungkam atas dasar radikalimse dan anehnya kata radikal dikait-kaitkan dengan Islam, sementara dakwah Islam tidak lain hanya mendakwahkan agar kembalinya manusia pada Din yang sebenarnya yaitu menerima syariat Islam secara kaffah dalam kehidupannya. ketika mereka berteriak tentang kebenaran, berpolitik serta mengkritik penguasa atas kebijakannya yang salah, justru mereka dianggap melawan bahkan radikal. Seakan suara mahasiswa tidak boleh masuk dalam lini politik. Lantas, apa peran mahasiswa?
Radikalisme menjadi alat penghalang perjuangan Islam. Kata radikalisme terus disuarakan untuk membungkam para pejuang syariah Islam. Kata radikal yang seharsunya bermakna nertal antara yang mengandung arti positif ataupun negatif dalam pengertian kata radikalisme itu sendiri.
Dalam sejarah peradaban bangsa, generasi muda adalah aset yang mahal dan tak ternilai harganya. Kemajuan dan keburukan suatu bangsa sangat bergantung pada pemuda, yang menjadi tokoh utama penerapannya dalam melakukan sesuatu perubahan. Kaum muda memiliki potensi yang bisa diharapkan. Mereka memiliki semangat yang sulit dipadamkan. Terlebih jika semangat bercampur dengan pengetahuan dan diimplementasikan melalui tindakan. Maka akan terciptalah suatu
perubahan besar.
Generasi muda adalah penentu perjalanan bangsa di masa berikutnya. Generasi muda, mempunyai kelebihan dalam pemikiran yang ilmiah, selain semangat mudanya, sifat kritisnya. Pemuda adalah motor penggerak utama perubahan. Pemuda diakui perannya sebagai kekuatan pendobrak benteng kejumudan masyarakat.
Sehingga kita menyadari bahwa masa depan Islam terletak di atas pundak para pemudanya. Merekalah yang memegang kendali bahtera Islam.
Oleh karenanya, mahasiswa tidak seharusnya hanya duduk diam di kampus, namun mereka harus menyadari potensi besar dalam diri mereka sebagai kaum intelektual penopang bangsa, kamulah bibit-bibit penerus bangsa yang mampu memahami dan membaca keadaan yang sedang terjadi pada negeri tercinta Indonesia. Jangan sampai istila radikalisme menjadi alat untuk membukam gairah keislaman.
Dalam Islam, pernah melahirkan tokoh-tokoh inspiratif yang berpengaruh terhadap kemajuan Islam sehingga bisa menjadi pemimpin dunia. Sebagian dari para tokoh penting kemajuan Islam adalah para pemuda yang bukan hanya mempunyai semangat juang tinggi, namun mempunyai pemahaman Islam yang kuat sehingga mempunyai aqidah mantap. Beberapa diantaranya adalah Ali bin Abi Thalib, Muhammad Al-Fatih, dan Usamah bin Zaid. Ali bin Abi Thalib adalah pemuda pertama yang masuk Islam. Dialah orang yang senantiasa mendampingi dan melindungi Rasulullah.
Islam menempatkan pemuda dalam posisi yang amat penting. Hal ini bisa kita cermati dari kisah pemuda dalam Al-Qur’an, kisah para sahabat Rasulullah, serta pengakuan dari ulama besar Islam. Banyak ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang pemuda. Dari berbagai kisah dan penjelasan tersebut, dapatlah kita pahami bahwa Al-Qur’an selalu menempatkan pemuda pada makna yang positif. Misalkan apa yang difirmankan Allah dalam surat Yunus berikut,
Allah berfirman :
"Maka tidak ada yang beriman kepada Musa, melainkan pemuda-pemuda dari kaumnya (Musa) dalam Keadaan takut bahwa Fir'aun dan pemuka-pemuka kaumnya akan menyiksa mereka. Sesungguhnya Fir'aun itu berbuat sewenang-wenang di muka bumi. dan Sesungguhnya Dia Termasuk orang-orang yang melampaui batas. " (Q.S.Yunus :83)
Kemudian dalam mengisah ashhabul kahfi Allah berfirman :
"Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk. "( Q.S.Al Kahfi :13).
kembalikanlah identitasmu sebagai mahasiswa yang peka dengan keadaan ummat serta jadikan Islam kaffah sebagai landasan atas segala perbuatanmu.
Wallahu a’lam bish-shawab