Oleh: Rut Sri Wahyuningsih
Pengasuh Grup Online BROWNIS
Entah apa yang ada dalam benak para pelajar SMP/ SMA di Garut. Mereka terlupakan dengan karunia Allah berupa keindahan alam wilayah dan kesempatan mereka bisa mereguk bangku pendidikan. Dikala remaja seusia mereka, di wilayah lain tidak mendapatkan kesempatan yang sama. Mereka membuat grup Facebook gay. Screenshot laman grup FB tersebut menyebar di berbagai grup aplikasi pesan WhatsApp beberapa hari ini. Soni MS, Ketua Garut Education Watch mengaku prihatin atas fenomena ini. Apalagi, jumlah anggota di grup tersebut sudah mencapai 2600 orang lebih.(KOMPAS.com/8/10/2018)
Fakta yang lebih meresahkan , sebanyak 12 siswi SMP di satu sekolah di Lampung diketahui hamil. Temuan di salah satu daerah di Bumi Ruwa Jurai tersebut, menjadi perhatian serius Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Lampung. Direktur PKBI Lampung, Dwi Hafsah Handayani menyebutkan, 12 siswi SMP di satu sekolah di Lampung diketahui hamil tersebut, terdiri dari siswa di kelas VII, VIII, dan IX (TRIBUNLAMPUNG.CO.ID/1/10/2018)S
Pantauan PKBI, persoalan kehamilan yang tidak diinginkan di kalangan pelajar, terjadi merata, baik sekolah-sekolah yang ada di Kota Bandar Lampung maupun di kabupaten-kabupaten. Banyak pelajar SMA yang ke lokalisasi. Bahkan, 20 persen pelanggan pekerja seks itu adalah pelajar SMA. Jadi dari 10 pelanggan seorang pekerja seks, itu 2 orang di antaranya adalah pelajar. Mereka itu awalnya ingin coba-coba, tahu dari teman, sampai ada yang langganan meski jarang-jarang. Bahkan, ada pelajar yang pacaran dengan pekerja seks.
Ketua Komnas Perlindungan Anak Lampung, Toni Fiser mengaku prihatin atas kondisi tersebut. Diakuinya, kasus kekerasan terhadap anak, termasuk hamil di usia anak terus meningkat dari tahun ke tahun. "Sedih, berarti ada kurang pengawasan dari orangtuanya karena sumber masalah anak kan dari rumah. Periode September 2018 sudah ada 5 kasus serupa yang masuk, padahal tahun lalu hanya dua kasus. Ini butuh peran semua pihak terutama orangtua. Tapi kita jadikan ini untuk rehabilitasi bukan sebagai kasus," kata Toni.
Maraknya pergaulan bebas akibat sistem sekuler telah melahirkan generasi yang rusak bagi masa sekarang dan masa yang akan datang. Generasi kapitalistik milenia, yang miskin visi dan misi. Sungguh tak layak jika kita hanya membebankan kesalahan kepada orangtua semata -mata. Banyak hal yang mempengaruhinya, pertama dari kurikulum pendidikan yang minus pembelajaran akidah yang kuat, hingga anak tidak paham apa yang seharusnya dia ketahui terkait hukum-hukum yang berkaitan dengan dirinya sendiri. Menggadaikan masa depannya demi sebuah kenikmatan sesaat. Inilah hasil dari pendidikan yang disusun hanya berdasarkan angka semata. Anak dipaksa belajar semua hal yang sebetulnya tidak terlalu dia butuhkan saat itu. Hingga lewat usianya dari mengenal dan memahami jati dirinya sebagai makluk ciptaan Allah. Yang punya kewajiban dalam hukum syara ketika dia menginjak aqil baligh.
kedua kerenggangan kepedulian dalam masyarakat tentang sebuah standar hidup yang sama, semangat nasehat menasehati dalam kebenaran dan kesabaran telah hilang berganti individualitis. Kebenaran akan sangat relatif karena diserahkan kepada akal manusia yang terbatas dan seringkali diliputi dengan nafsu. Ketiga ketidakseriusan pemerintah menjaga akidah umat . Justru penguasa lebih banyak mengabaikan dan kemudian meratifikasi UU yang sistem hukum dan sanksinya makin menyuburkan perzinahan dan berbagai kemaksiatan yang lainnya. UU pornografi dan pornoaksi di legalkan sebagai contoh.
Remaja kita hari ini tumbuh di era sains dan tehnologi yang mengalami kemajuan pesat. Apapun bisa digagas dan diakses dengan mudah. Namun sayang, tidak dibarengi dengan kemajuan pemikiran bahwa kitalah manusia yang mengendalikan bukan justru sains dan teknologi. Penguasa alih-alih memblokir situs-situs yang tidak bertanggung jawab malah semakin menyuburkan munculnya pemahaman- pemahaman sesat terkait hubungan manusia dengan manusia yang lain dengan alasan kebebasan berekspresi. Media digital sebagai produk tekhnologi Barat merupakan “madaniyah” yang sarat dengan “hadhoroh barat” terbukti sebagai mesin perusak dan penghancur generasi muslim. Mereka tak punya tujuan lain kecuali menghasilkan keuntungan secara finansial. Inilah efek ketika kita mengambil sebuah hadlarah tanpa filter akidah yang kuat. Banyaknya manusia yang terseret ke dalam kumparan yang tak berujung. Hingga kabur menentukan tujuan hidupnya.
Solusi sistem sekuler tidak akan mampu menyelesaikan masalah pergaulan bebas secara tuntas, bahkan menyimpan bom waktu masalah yang siap meledak untuk menghancurkan peradaban manusia. Bayangkan saja, dalam kasus ini kondom dan alat kontrasepsi lainnya diperjualbelikan bebas di sekitar sekolah mereka. Para penjualpun tak punya alasan untuk tidak menolak, atau setidaknya mereka membatasi pembelian hanya untuk mereka yang sudah menikah. Tak ada yang salah dengan akod jual belinya, karena itu dilandasi keridoan masing- masing. Maka yang harus dicermati adalah ide yang melandasi mengapa anak-anak remaja itu berani ambil sikap pendek. Akankah kita berharap kepada generasi kapitalistik milenia ini?
Islam memiliki solusi tuntas menyelamatkan generasi dari pergaulan bebas dan mengelola media untuk penanaman aqidah, ketaatan terhadap Islam dan pencerdasan umat tentang Islam sebagai ideologi. Dimana Islam tidak sekedar dijadikan keyakinan ketika seseorang menjalankan ibadahnya, namun juga menjadi arah pandang dan kepemimpinan berpikirnya ketika memenuhi kebutuhan hidupnya. Solusi itu adalah syariat Islam yang akan memberikan rahmatan lil a'lamin.
Wallahu a'lam bi-ashowwab.