Oleh : Rut Sri Wahyuningsih
Pengasuh Grup Online BROWNIS
Suatu saat Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam mendengar muadzin mengucapkan ’Asyhadu alla ilaha illallah’. Lalu beliau mengatakan pada muadzin tadi, ”Engkau terbebas dari neraka.” (HR. Muslim no. 873)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,
”Barangsiapa yang akhir perkataannya sebelum meninggal dunia adalah ‘lailaha illallah’, maka dia akan masuk surga” (HR. Abu Daud. Dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani dalam Misykatul Mashobih no. 1621)
Abu Dzar berkata, ”Katakanlah padaku wahai Rasulullah, ajarilah aku amalan yang dapat mendekatkanku pada surga dan menjauhkanku dari neraka.” Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,”Apabila engkau melakukan kejelekan (dosa), maka lakukanlah kebaikan karena dengan melakukan kebaikan itu engkau akan mendapatkan sepuluh yang semisal.” Lalu Abu Dzar berkata lagi,”Wahai Rasulullah, apakah ’laa ilaha illallah’ merupakan kebaikan?” Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,”Kalimat itu (laa ilaha illallah, pen) merupakan kebaikan yang paling utama. Kalimat itu dapat menghapuskan berbagai dosa dan kesalahan.” (Dinilai hasan oleh Syaikh Al Albani dalam tahqiq beliau terhadap Kalimatul Ikhlas, 55)
Sungguh miris, ketika Rasulullah swt suri tauladan umat manusia telah memberitahukan betapa kalimat tauhid itu ringan diucapkan namun berat timbangannya di akhirat. Dia bisa menjadi harga yang akan dibayar surga. Dan sebaik-baiknya keutamaan untuk dijadikan sebagai landasan dalam beriman dan beramal. Namun manusia justru mempermalukan dirinya sendiri.
Kaum muslim sendiri belum semua paham akan serangan yang dilancarkan para pembenci Islam dan ajarannya. Terbukti ada sebuah peristiwa yang ironi. Yaitu pembakaran bendera tauhid. Patut diwaspadai ini bisa saja merupakan agenda asing yang menginginkan Islam bercerai berai, saling memusuhi saudara seakidah dan berlenggang dengan makin hancurnya kaum mukmin.
Menunjukkan kebodohan yang luar biasa, karena mereka mengaku islam namun terhadap bendera kaum muslimin saja tak kenal bahkan mengkriminalisasikannya. Sekalipun lafadz itu sudah melekat dalam bentuk bendera hitam( ar royya) dan yang putih (al liwa) ia tetap menjadi simbol ketinggian Islam dan unggulnya syariat Allah atas . Maka kita harus membela dan memperjuangkannya. Hal inilah yang membuat generasi muda terpahamkan. Bahwa semangat membela agama adalah perintah Allah. Kalimat tauhid itulah yang para sahabat telah iklas hidup dan mati karena membelanya di perang Mu' tah. Sebut saja Zaid bin Haritsah memanggul rayah Nabi swt maju ke medan perang, ketika beliau syahid kemudian digantikan oleh Ja' far bin Abi Thalib, ketika mereka telah mati syahid Rayah langsung disambar Abdullah bin Ruwaha. Ketika ia terbunuh Ar Roya dibawa Tsabit bin Aqram, Khalid bin Walid dan yang lainnya.
Artinya bendera tauhid bagi kaum muslimin tak sekedar kain tanpa makna. Namun ia adalah lambang kejayaan sebuah peradaban mulia. Yang dibangun diatas landasan akidah Islam. Pantang Al Liwa dan Ar aroya turun kebumi. Karena itu berarti kehinaan. Dimana kedaulatan adalah milik Allah swt, maka pantaskah kini kita yang mengaku muslim namun justru menghilangkan dan memusnahkannya ? Wallahu A' lam biashowab.