Kado Pahit Di Hari Santri

Oleh: Rina Tresna Sari S, Pd.I (Praktisi Pendidikan tinggal di Kabupaten Bandung)

Di Indonesia hari santri diperingati setiap tahunnya pada tanggal 22 oktober. Tak terkecuali 22 oktober 2018 tahun ini pun Hari Santri Nasional kembali diperingati dengan tema Bersama Santri Damailah Negeri. 

Mengenai penetapan Hari Santri Nasional pada tanggal 22 oktober sendiri disahkan oleh Presiden Joko Widodo pada tahun 2015 lalu melalui Kepres no 22 tahun 2015. Penetapan tersebut merupakan bentuk apresiasi pemerintah mengenai peran serta santri dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. (Tribun.com 21 oktober 2018).

Diberbagai kota di Indonesia Yang penduduknya mayoritas muslim Hari Santri ini dirayakan dengan meriah salah satunya di Kota Garut. Namun, sayang sekali peringatan hari santri tahun ini di kota garut menuai kemarahan kaum muslimin, acara yang seharusnya penuh ketaatan dan ketawadu’an harus dinodai dengan peristiwa yang seharusnya tidak dilakukan Oknum ormas Terbesar di indonesia yang mengaku berlandaskan Islam.

Menurut CNN Indonesia 22 oktober 2018, Belasan anggota Barisan Anshor Serbaguna ( Banser ), Nahdatul Ulama (NU) Garut  membakar bendera Tauhid yang dianggap mereka sebagai bendera Ormas Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Berdasarkan video yang berdurasi 2 menit dan sudah tersebar di youtube terlihat belasan anggota Banser membakar bendera tauhid yang mereka yakini sebagai bendera HTI sambil menyanyikan mars NU.

Sungguh di sayangkan, peristiwa yang memalukan ini tidak semestinya terjadi apalagi di hari besar yang diklaim sebagai hari santri nasional. Apa yang sebenarnya ada di benak mereka sehingga ketakutan yang berlebihan terhadap simbol-simbol keislaman. Bendera berlafadz tauhid yang notabene itu adalah bagian dari ajaran agama yang mereka yakini saat ini. Perbuatan yang mereka lakukan sudah mencoreng keislaman mereka sendiri dan menyulut kemarahan umat Muslim sedunia,karena yang mereka bakar adalah panji Rasulullah saw.

Sadarkan bahwa mereka bukan hanya membakar bendera tauhid tapi juga membakar kemarahan umat Islam. Dan tanpa sadar kaum kufar akan tertawa lebar melihat muslim membenci simbol kemuslimannya sendiri. Itu sebagai tanda kemenangan dan keberhasilan bagi mereka.

Mengenal bendera/Panji Rasullulah saw :

"Bendera Rasululah saw, baik Al Liwa’ ( bendera putih ) dan Ar Royah ( bendera hitam ) bukanlah sembarang bendera yang hanya berfungsi sebagai simbol semata. Keduanya mengekspresikan makna yang begitu mendalam yang lahir dari ajaran Islam. Pada keduanya tertulis kalimat syahadat, kalimat inilah yang membedakan antara Islam dan kekufuran, kalimat yang akan menjadi penyelamat di dunia dan akhirat jika kita berpegang teguh dan menyakininya."

Dalam hadist-hadist shahih yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Thirmidzi, Thabrani dari Buraidah diterangkan bawah Rayah Nabi Muhammad berwarna hitam dan Liwa’ nya berwarna putih. Panji ini juga berfungsi sebagai pemersatukan umat Islam sebagai satu kesatuan tanpa melihat lagi keanekaragaman bahasa, warna kulit, bangsa, ataupun madzabnya. Setelah runtuhnya kekhilafan Turki 1924 negeri-negeri Islam terpecah belah dengan konsep Nasionalisme yang berkiblat dengan gaya hidup barat.

Implementasinya masing-masing negara memiliki bendera masing-masing dengan banyak warna dan berbagai macam corak, mulai dari situlah lambat laun hingga saat ini Al Liwa’ dan Ar Royah mulai tenggelam dan menjadi sesuatu yang asing bahkan oleh kaum muslim sendiri. Kondisi inilah yang sampai saat ini memunculkan rasa takut dan curiga terhadap panji Islam bertuliskan kalimat tauhid tersebut. Dan panji yang pernah dicontohkan oleh Rosullulah saw sendiri pun sering dianggap dan dihubungkan dengan terorisme dan radikalisme. Pandangan tersebut muncul dari kebodohan yang nyata atas ajaran Islam itu sendiri.

Sebagai seorang muslim sudah seharus nya Kita  membuka mata bahwa sudah sejak lama kita dijauhkan dengan ajaran agama kita. Dan Sudah bukan saatnya lagi kita saling mencurigai sesama muslim, mulai berbenah mempersatukan visi dan misi untuk menegakkan syariat NYA. Mau berdiri untuk memperjuangkan atau menghalanginya itu menjadi pilihan kita masing-masing, yang akan kita pertanggung jawabkan kelak di akhirat.

Wallahu'alam bi showab

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak