Oleh: Sumiati (Member Akademi Menulis Kreatif)
Akhir-akhir ini negeri tercintaku dihebohkan kembali dengan kabar menyedihkan bahkan menakutkan. Di medsos ramai diperbincangkan tak lain karena bahaya dan dampak negatifnya bagi bangsa tercinta ini.
Ya, semua orang tahu tentang hal ini, tidak lain virus LGBT ( Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender ), merambah dari masyarakat biasa sampai dengan artis. Bahkan mungkin hari ini bukan hal yang tabu serta menjadi pemandangan yang biasa. Dikisahkan dari seorang teman, beliau memilik toko, ada konsumen yang berbelanja membuatnya bingung dengan hal penampilannya serta apakah sebutan yang cocok untuknya Teteh ataukah Aa?, entahlah semakin samar membuat sesak dada ini. Saat ini dijalanan dan tempat umum lainnya dengan mudah menemukan tanda-tanda mereka. Astaghfirullaahal'adziim.
Apalagi belum lama ini terdengar kabar bahwa komunitas LGBT dekat dengan domisili kami daerah sekitar Jawa Barat. Kabar di jejaring social Facebook menyebutkan bahwa mereka bahkan memviralkan grupnya, mereka sudah tidak malu mengiklankan keberadaannya. Sebut saja daerah Garut yang belum lama ini, disusul kemudian Rancaekek dan sekitarnya. Astaghfirullaah mereka tidak mengambil pelajaran atas apa yang menimpa kaum nabi Lut.
Apakah sebab akan hal ini?
Faktor utama tentu saja keluarga yang menjadi benteng nomor satu dalam penjagaan putra putri mereka telah hancur, mereka lebih senang dengan aturan hidup yang di buat manusia daripada firman Allaah. Bahkan dalam pendidikan dalam rumah pun orang tua sudah begitu melalaikan.
Orang tua membiarkan anak-mereka larut dalam kehidupan yang bebas. Pergaulan yang salah, tontonan yang salah, menghantarkan pada kehancuran keluarga, bisa jadi ada orang tua yang takut anaknya pacaran, takut hamil di luar nikah, tapi kadang orang tua tidak takut ketika anaknya main bersama sesama perempuan atau sesama laki-laki tanpa bekal ilmu, padahal dalam kondisi saat ini apapun bisa terjadi karena sistem tidak berpihak pada umat. Mereka lupa Allaah SWT telah memberikan gelar hina bagi manusia pendosa sebagaimana tercantum dalam Al quran Surat Al a'raf ayat 179.
"Dan sungguh, akan Kami isi neraka Jahanam banyak dari kalangan jin dan manusia. Mereka memiliki hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka memiliki mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengarkan (ayat-ayat Allah). Mereka seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lengah."
Na'uudzubillaahindzaalik.
Sesungguhnya LGBT ada sejak jaman dulu, jaman Nabi Lut, Allaah azab mereka dengan azab yang sangat pedih, saat mereka masih hidup di dunia.
Dan terasa di negeri tercinta ini pemandangan menjijikan tersebut sejak tahun 1994, dimana gaya hidup tidak dapat terkondisikan, semisal: pabrik-pabrik dengan pekerjanya mayoritas perempuan, tempat tinggal mereka di mess dimana satu kamar dihuni 10 orang, kamar mandi bersama tanpa malu melihat aurat sesama. Pada akhirnya penyakit warisan kaum Nabi Lutpun tumbuh subur disana, ditambah lagi pemahaman agama sangat lemah.
Miris mengirs hati, beginilah nasib Indonesiaku kini.
Bagaimana kita menyikapi semua yang terjadi?
Sebagai umat islam tentu takut dan marah dengan kondisi ini, di tambah lagi LGBT ini bukan masalah yang ringan, sudah jelas inipun merupakan propaganda musuh islam untuk menghancurkan generasi islam.
Saatnya berdakwah mengembalikan pemahaman umat terhadap islam kaffah, dibentuk dari keluarga kecil terlebih dahulu, masyarakat dan negara yang mengkondisikan umat selamat dari perilaku menyimpang seperti hewan. Dengan gencarnya dakwah ini serta penuh harap pertolongan Allaah segera datang. Agar mulut-mulut congkak, lisan kasar nan hina, perilaku menjijikan segera terhenti dengan janji Allaah, yaitu kembalinya Khilafah kedua yang mengikuti tuntunan Nabi Insya Allaah.
Dimanapun islam sangat cocok untuk di terapkan, bukan hanya di negeri arab terdahulu dimasa Nabi dan Khulafaurrosyidiin saja, namun saat inipun syari'at islam tetap cocok untuk di terapkan, hingga akhir zaman.
Mereka kaum nyinyir yang mengatakan bahwa sistem islam itu sudah final, karena hanya berlaku dimasa lalu saja, suatu hari mereka akan melihat islam jaya kembali, mengembalikan fitrahnya sebagai agama yang diridhoi, yang menjadi syarat seseorang masuk surgaNya.
Lalu siapa yang harus memperjuangkannya? Ulama, Ustadz, ataukah kaum intelektual?
Tentu saja tidak hanya mereka jawabnya, karena kewajiban dakwah merupakan kewajiban seluruh umat yang berislam dan beriman, yang ingin surga, ingin berjumpa dengan Allaah, karena itu merupakan puncak kenikmatan.
"Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa," (Q.S.3:133)
Wallaahu a'lam bishawwab.