IMF Dipuja, Rakyat Terlunta-lunta

Oleh: Susi Maryam Mulyasari., S. Pd. I

(Komunitas Muslimah Pembelajar Islam Kaffah)


Bencana yang baru-baru ini terjadi di negeri Indonesia menyimpan pilu yang mendalam, betapa tidak jarak antara satu bencan ke bencana lain nyaris berdempatan, belum selesai masalah gempa Lombok, di susul gempa palu dan donggala.

Ribuan orang menjadi korban, kerusakan lingkungan, keruksakan infrastruktur tak tertahankan, bahkan jauh dari itu gempa palu yang menimpa negeri mayoritas muslim ini mengisyaratkan banyak pertanyaan, tidak sedikit yang berpandangan bahwa gempa yang menimpa negeri ini disebabkan karena “kekurang ajaran”  kepada Allah SWT. Salah satu yang melatar belakangi pandangan ini adalah dari penampakan bencana yang terjadi di palu dan sekitarnya, kita bisa saksikan, tanah , bebatuan menjadi lembek menelan rumah, pepohonan dan seluruh yang ada dipermukaanya. Kalau kita flash back, hal ini sama seperti menimpa kaum Nabi Luth yang habis ditelan oleh bumi, karena kaum sodomnya.

Tentu kita sebagai manusia yang beragama, yang memiliki fitrah sebagai makhluk takut akan murka Allah swt, yang akan menimpa siapapun yang sudah “kurang ajar” meninggalkan syariatnya. Bagi orang yang beriman setiap fenomena apapun yang menimpa termasuk di dalamnya bencana, akan menjadi faktor pendorong untuk selalu merasa kecil dan rendah akan keagungan dari sang pencipta, karena kita yakin bahwa setiap ujian dan cobaan adalah wasilah yang diperuntukan untuk meningkatkan derajat kita.

Namun yang menjadi masalah adalah sikap pengusaha yang acuh dan cenderung mengabaikan dampak dari bencana yang terjadi.  Mereka seakan-akan ‘buta dan tuli” melihat penderitaan rakyatnya, korban yang berjatuhan sangat memerlukan bantuan baik materil maupun moril. Trauma yang menimpa korban harus segera diatas dengan upaya yang serius dari pemerintah, namun faktanya sangat mengkhawatirkan.  Para penguasa dan elite politik sibuk dengan agenda “pencitraan” terlebih menghadapi pesta demokrasi pilpres dan pileg, ditambah agenda tahunan IMF yang tahun ini Indonesia menjadi tuan rumahnya.  Persiapan yang melebihi normalnya sebuah negera yang sedang mengalami bencana alam di perhelatan tahunan IMF, dan sekitar 800 milyar rupiah di gelontorkan dengan mudahnya hanya untuk ingin dianggap Negara yang sudah mulai maju di mata Negara lain, beberapa alasan mulai dilontarlkan tatkala ada sebagian dari pihak lawan politik (oposisi) mempertanyakan dana yang besar untuk agenda tahunan ini, salah satu diantara alasan yang dikeluarkan adalah anggara untuk penyelenggaraan acara ini sudah dirancang jauh-jauh hari, bahkan dari dana yang kita keluarkan masih bisa di tekan menjadi jauh lebih ekonomis, mungkin argumentasi ini bisa dijadikan alasan untuk membenarkan sikap yang tak proposional yang sudah dilakukan penguasa negeri ini, namun yang jadi masalah coba kita bandingkan dengan sikap acuh penguasa ini terhadap korban bencana yang menimpa palu, Lombok dan daerah yang lainnya.

Apa yang sudah didapat oleh negeri ini dari perhelatan IMF ? 

Jawabannya, negeri ini mendapatkan bantuan dan pinjaman dari Bank dunia sebesar 15,2 triliun untuk memperbaiki infrastruktur yang rusak akibat bencana, mungkin sekilas kita menganggap ini sebuah prestasi karena dengan adanya kegiatan IMF ini, tetapi justru dengan adanya pinjaman uang ini, mengambarkan negeri Indonesia ini telah menjadi santapan para kapitalis dunia dibawah IMF dan Bank dunia, di era kapitalisme sekarang utang adalah salah satu intrumen yang paling ampuh untuk menaklukan sebuah Negara, dengan utang kedaulatan sebuah Negara bisa tergadaikan, bahkan tanpa sedikitpun memiliki kekuatan dalam menentukan sikap politik, semuanya akan dikendalikan oleh para pemilik modal.  Coba kita perhatikan kasus penguasaan saham PT Freeport, kita sangat susah menguasai seutuhnya tambang emas di papua ini, padahal papua adalah bagian dari Negara Indonesia, seharusnya berada di dalam kedaulan NKRI, namun faktanya tidak demikian.  Kita sepenuhnya dikendalikan oleh para kapitalis yang berkolaborasi dengan penguasa dengan senjata utang yang diberikan. 

Oleh karena itu, diawal sudah disampaikan bahwa bencana dan phenomena kehidupan di negeri ini boleh jadi akibat ketidak taatan kita terhadap Allah swt. Dengan demikian, kita harus kembali kepada aturan yang telah ditetapkaNya, yaitu aturan Islam.

Wallahu’alam Bi shawwab






Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak