Generasi Milenial, Perlu Islam

Oleh: Mulyaningsih, S.Pt

Komisi Perlindungan Anak Daerah Kabupaten Bekasi mendapatkan temuan terkait tindak asusila melalui grup aplikasi mengobrol, whatsApp (WA). Ironisnya, grup tersebut berisikan para siswa di satu sekolah menengah pertama di Cikarang Selatan.

Selain tindak asusila, digrup yang berisikan 24 siswa dan siswi itu mereka saling berbagi video porno. Dan dari video tersebut akhirnya para anggota mengajak untuk berhubungan badan. 

Grup percakapan WA “All Stars” yang beranggotakan 24 orang. Mereka adalah para siswa dan siswi kelas IX dari berbagai kelas disalah satu SMP daerah Cikarang Selatan. Obrolan yang ada di All Stars berisi percakapan tidak senonoh , terdapat video porno hingga ajakan berbuat asusila (pikiran-rakyat.com, 3/10).

Sementara itu, sebanyak 12 siswi SMP di salah satu sekolah daerah Lampung diketahui hamil. Temuan di Bumi Ruwa Jurai tersebut menjadi perhatian serius Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Lampung. Direktur PKBI Lampung, Dwi Hafsah Handayani menyebutkan 12 siswi SMP di satu sekolah Lampung diketahui hamil terdiri dari siswa kelas VII, VIII dan IX.

Ketua Komnas Perlindungan Anak Lampung, Toni Fiser mengaku prihatin atas kondisi tersebut. Ia pun kaget atas beberapa temua tersebut. Diakuinya kasus kekerasan terhadap anak, termasuk hamil di usia anak terus meningkat dari tahun ke tahunnya. “Sedih, berarti ada kurang pengawasan dari orangtuanya karena sumber masalah anak-kan dari rumah. Pada periode September 2018 sudah ada lima kasus serupa yang masuk, padahal tahun lalu hanya dua kasus. Ini butuh peran semua pihak terutama orang tua. Tapi kita jadikan ini untuk rehabilitasi bukan sebagai kasus,” kata Toni.

Sementara Dwi Hafsah Handayani membeberkan fenomena penjualan kondom dan alat tes kehamilan (testpack) di lingkungan sekitar kampus, sekolah dan kosan Ia menyebut kondom dan testpack termasuk produk yang laris manis. “Dalam satu bulan ada 100 pieces terjual (kodom dan testpack). Ini sangat memprihatinkan,” kata Hafsah (lampung.tribunnews.com, 2/10)

Lain halnya di kota dodol (Garut), dihebohkan dengan terungkapnya keberadaan grup Facebook (FB) gay siswa SMP/SMA. Screenshoot laman grup FB tersebut menyebar di berbagai grup aplikasi pesan WhatsApp. Kapolres Garut AKBP Budi Satria Wiguna ketika dimintai tanggapan soal keberadaan grup Facebook tersebut mengaku sudah menerima informasinya. Beliau akan melakukan penyelidikan untuk mencari orang yang ada di balik grup.

Ditemui pada tempat yang sama, Dandim 0611 Garut Letkol INF Asyraf Aziz mengaku tengah memantau aktivitas grup tersebut. Dandim mengaku telah melihat dan mendalami grup tersebut dengan melihat langsung postingan-postingan dari para anggotanya. Isinya, menurut Dandim sangat menjijikan.

Soni MS, Ketua Garut Education Watch mengaku prihatin atas fenomena ini. Apalagi, jumlah anggota di grup tersebut sudah mencapai 2600 orang lebih. Soni mengingatkan agar sekolah lebih meningkatkan peran guru BP agar bisa lebih aktif memantau perkembangan psikologi siswa di sekolah dan memantau apakah ada siswanya yang menjadi bagian dari grup tersebut (kompas.com, 6/10). 

Dari kejadian di atas tadi maka patutlah kita merasa marah dan geram terhadap sikap para siswa-siswa zaman milenial. Rasa malu dan takut sudah mulai pudar dari diri mereka. Begitu pula dengan keimanan serta ketaqwaan sudah luntur tersapu oleh gemerlapnya dunia gadget sekarang. Begitu pula dengan orang tua, peran merea kini hanya sebatas sebagai orang yang melahirkan, merawat dan membesarkan anak tanpa ada pembekalan khusus. Lantas mengapa dan bagaimana semua ini bisa terjadi? Itulah pertanyaan yang akhirnya muncul dalam benak kita.

Perkembangan teknologi khususnya dalam hal media digital yang berasal dari produk teknologi Barat ternyata sangat merusak generasi. Terbukti dengan adanya facebook dan whatsApp salah satunya memjadi jalan dan wasilah para pelajar untuk melakukan hal-hal yang jauh dari Islam. Chating dengan lawan jenis bahkan saling mengirimkan konten pornografi menjadi hal yang lumrah dan biasa. Tak ada lagi rasa malu dan takut dalam diri-diri mereka. Yang ada dipikiran para siswa-siswi tersebut hanya kesenangan duniawi semata. Ini adalah satu bukti nyata bahwa dengan teknologi yang semakin canggih maka menjauhkan mereka dari Islam. Barat telah berhasil memasukkan konten serta budaya-budaya mereka kepada pelajar-pelajar Muslim.

Pandangann Islam 

Islam adalah agama yang Allah SWT turunkan kepada NAbi Muhammad SAW lewat perantaraan malaikat Jibril. Dalam Islam semua ada tata cara alias aturannya. Karena memang Islam sangat lengkap serta detail. Mengatur pola hubungan manusia dengan Rabbnya, dirinya sendiri bahkan dengan orang lain. 

Terkait dengan fenomena di atas, maka sangat jauh berbeda ketika Islam sudah melekat dalam jiwa-jiwa para pemuda. Banyak karya yang mereka hasilkan pada masa mudanya. Dengan keislamannya Itu, mereka seperti mutiara yang memancarkan cahaya kemilaunya nan indah. 

Banyak sekali kisah yang dapat kita ambil hikmahnya. Yang sepatutnya bisa ditiru oleh para pemuda di zaman now. Rasa ketakutan terhadap Allah SWT menjadi hal yang utama dan pertama. Ditambah juga ketaatan yang sangat luar biasa mengkristal pada diri-diri pemuda Islam. 

Mush’ab bin ‘Umair, beliau diminta oleh Rasulullah untuk berdakwah ke Madinah. Ia menjadi duta Islam yang pertama, mau meninggalkan segala kebanggaan dunia dan menggantikannya dengan kemuliaan hakiki. Berkat kiprah dan kerja keras Mush’ab, dalam tempo kurang dari satu tahun hampir seluruh penduduk Madinah memeluk Islam.

Dari gambaran contoh nyata diatas dapat ditarik satu kesimpulan bahwa posisi seperti itulah yang semestinya harus ada pada para pemuda Muslim kita. Mereka adalah pengemban dakwah Islam yang terpercaya, duta-duta propaganda syariah Islam yang akan menjadi rahmat bagi seluruh penduduk bumi jika Islam diterapkan secara kâffah dalam bingkai sebuah negara.

Posisi dan fungsi vital pemuda inilah yang harus kita kembalikan agar sesuai dengan tuntutan Islam. Oleh karena itu harus ada sebuah gerakan penyadaran kepada para pemuda Muslim yang dilakukan oleh semua pihak.

Pentingnya pembinaan kepada para pelajar agar keimanan serta ketaqwaan membaja dalam diri mereka. Tentunya harus didukung oleh orang tua. Dikeluarga, sebagai madrasah pertama maka ibu harus punya bekal yang cukup agar mampu mendidik anak dengan baik. Tentunya pola dasar yang harus sesuai dengan Islam. Penanaman aqidah harus dilakukan sejak anak masih kecil bahkan perlu juga dari dalam kandungan.

Kemudian ada satu hal lagi yang cukup penting, yaitu peran negara. Dengan kekuasaan serta kewenangannya maka negara akan menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk pemberdayaan pemuda. Sistem pendidikan, pergaulan, sosial, sistem ekonomi dan politik yang akan diterapkan negara mendukung pemberdayaan potensial para pemuda sebagai penjaga dan pelindung Islam terpercaya. Akal dan hati mereka akan senantiasa ditambatkan pada Islam dan kejayaan umatnya. sehingga tak akan ada lagi permasalahan seperti diatas. Wallahu A’lam.[ ]

Mulyaningsih, S.Pt

Ibu Rumah Tangga

Pemerhati masalah anak, remaja dan keluarga

Anggota Akademi Menulis Kreatif (AMK Kalsel)


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak