Generasi Cemerlang Penghuni Syurga


Generasi Cemerlang Penghuni Surga

Oleh: Nur Hasanah, S.Kom 

(Aktivis pemerhati masalah umat)


Mengharapkan peran pemuda sebagai agen perubahan ke arah yang baik adalah menjadi harapan bangsa. Berdirinya lembaga-lembaga keterampilan, kontes ajang bakat dan lain-lain menjadi wadah untuk memfasilitasi bakat, kemampuan diri dan cita-citanya. Namun sayang keahlian mereka tidak diimbangi dengan cara berfikirnya. Sehingga kita banyak menemukan pemuda dengan keahlian dan kemampuan yang tinggi namun lemah adab dan tidak mengerti tujuan hidup.

Seperti kasus pelecehan agama yang dilakukan oleh para pemuda, yang memancing kemarahan kaum muslim saat mereka menampilkan keahliannya sebagai para pelawak pada acara stand up komedi, yang ditayangkan di salah satu stasiun televisi, seperti komika Ustaz Ambia, Uus, Ge Pamungkas, Joshua Suherman (sumsel.tribunnews.com/2018/01/07/). 

Generasi Jaman Now

Kemudian pelecehan agama Islam yang dilakukan oleh komika Coki Pardede dan Tretan Muslim di dalam video mereka. Video itu menayangkan mereka sedang memasak daging babi dicampur air kurma. Dalam video tersebut mereka berbicara “sari-sari kurmanya ketika masuk kedalam pori-pori daging babi, apakah cacing-cacing pitanya akan mualaf?” ada juga kata-kata “apakah dengan menggunakan kurma akan mengurangi kadar keharamannya (daging babi)?” (www.youtube.com).

Pemuda masa kini adalah pemuda milenial yang dibesarkan dengan fasilitas kecanggihan teknologi. Mereka lebih banyak menghabiskan waktu dengan fasilitas gadget ditangannya dibandingkan melakukan interaksi sosial bersama temannya di dunia nyata. 

Dalam interaksi sosialnya, mereka banyak menggunakan media sosial dan memiliki banyak pertemanan, dari yang mereka kenal di dunia nyata maupun hanya berkenalan di dunia maya saja. Ketika mereka melakukan interaksi di dunia maya, mereka dengan mudahnya menggunakan kata-kata yang dapat menyakiti hati lawan bicara. 

Hal itu mereka lakukan karena mereka tidak melihat bagaimana mimik lawan bicara atas respon dari ucapan mereka. Mereka bergaul hanya untuk menyaluran nalurinya sebagai manusia yang membutuhkan kehidupan sosial untuk berinteraksi kepada sesama manusia. 

Mereka jarang difahamkan bagaimana tata cara berinteraksi dengan benar karena kebanyakan orang tua pun abai, untuk memberikan contoh yang baik sebagai pendidikaan sikap dan prilaku kepada anak-anaknya. 

Liberal Menggerus Identitas Pemuda

Sikap-sikap ini adalah hasil dari pemikiran-pemikiran liberal, orang tua hanya memberikan fasilitas teknologi kepada anak-anaknya dengan tujuan agar tidak ketinggalan zaman dan bisa eksis dalam bergaul dengan teman-temannya.

Orang tua tidak memberikan pendidikan aqidah dengan benar dan tidak melakukan pengawasan dalam penggunaan fasilitas gadgetnya . Sikap itu menghasilkan prilaku pemuda yang egois. Dalam hidup mereka hanya berfikir untuk kepentingan sendiri dan cenderung tidak perduli dengan orang lain.

Mereka yang tumbuh dengan faham liberal, menghasilkan mental dengan cara berfikir yang berazas manfaat bukan maslahat. Ambisinya hanya demi mendapatkan sejumlah materi, karena dalam fikiran mereka hanya materi yang bisa membahagiakannya. 

Demi mengejar kebahagiaannya, mereka bisa melakukan apapun termasuk melakukan pelecehan agama, walaupun harus melangkahi adab dan norma-norma agama. Dengan sikap seperti ini keberadaan mereka di lingkungan masyarakat akan tersingkir dengan sendirinya. Mereka tidak akan mampu bersaing ditegah gerusan zaman karena memiliki mental yang lemah.

Peran Pemuda Dalam Islam

Dalam Islam anak adalah amanah Allah yang harus dijaga. Dalam penjagaannya tidak hanya memberikan fasilitas agar mereka bisa tumbuh sesuai usianya dan mampu menjalani hidup nyaman menghabiskan jatah sisa usianya. 

Namun kepribadian anak juga harus dipersiapkan dengan bekal ilmu islam agar memiliki kepribadian islam.  Ilmu islam yang paling dasar adalah ilmu aqidah. Aqidah Islam ditanamkan pada anak melalui proses berpikir tentang kebenaran yang muthlak dan tidak bisa ditawar-tawar, yaitu keyakinannya kepada Allah sebagai pencipta langit, bumi beserta isinya. 

“Sesugguhnya Tuhan kalian, yaitu Allah, Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam 6 hari, kemudian Dia beristiwa di atas Arsy”. (QS. al-A’raf: 54)

Dengan begitu anak akan merasa dirinya lemah, tidak sempurna, dan butuh mengagungkan keberadaan Allah untuk memenuhi Ghorizah Tadayyun dalam hidupnya. Pemahaman ini akan menguraikan jawaban yang benar dari pertanyaan tentang siapa yang menciptakannya, untuk apa dia diciptakan dimuka bumi dan akan kemana dia setelah mati. 

Bila anak telah faham tentang siapa penciptanya, untuk apa dia hidup di muka bumi dan mau kemana setelah mati, maka anak akan bersikap hati-hati dalam melakukan perbuatan karena apapun yang dilakukan akan dimintai pertanggung jawaban oleh Allah sebagai penciptanya. 

Mereka akan mampu membedakan perbuatan yang baik, buruk dan yang meragukan berdasarkan standar halal dan haram. Mereka akan mampu memilih perbuatan yang baik yang bisa mereka lakukan dengan orientasi sesuai dengan hukum syara dan meninggalkan perbuatan yang buruk dan meragukan karena tidak sesuai dengan hukum syara. 

“Tinggalkan apa yang meragukanmu kepada apa yang tidak meragukanmu”.

[HR at-Tirmidzi dan an-Nasâ`i]

Dengan pembekalan aqidah Islam sejak dini kepada anak-anak, mereka bisa memiliki kepribadian yang kuat setelah dewasa dan menjadi harapan orang tua sebagai penghuni surga.


Wallahu a’alm

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak