Fetih Sultan Mehmed VS Dracula


Oleh : Silpianah (Member Akademi Menulis Kreatif)


Fetih Sultan Mehmed, saya rasa nama itu sudah dikenal banyak orang. Ia lebih dikenal dengan sebutan Muhammad Al-Fatih sang penakluk. Tapi mungkin saja masih ada yang belum mengenalnya, untuk itu saya selalu bersemangat membicarakan ataupun menulis tentangnya walaupun yang saya ketahui hanya sedikit.


Fetih Sultan Mehmed adalah bukti jaya dan gemilangnya peradaban Islam. Sebuah kebanggaan yang sudah seharusnya tersemat dalam diri setiap muslim. Kebanggaan bahwa dengan mengikuti aturan-aturan Allah secara menyeluruh membawa kemenangan juga kedamaian hidup. Darinya kita belajar bahwa meskipun tampuk kekuasaan berada di tangannya, meskipun ketika itu berbagai Negeri takluk hanya dengan mengayunkan telunjuknya, bukan berarti kesombongan bisa dilakukan olehnya. Ia memahami bahwa dari awal ia tak punya apa-apa. Segalanya adalah milik Allah.


Fetih Sultan Mehmed. Seorang kesatria yang telah dijanjikan oleh Allah dan Rasul-Nya, lahir ketika sang ayah Sultan Murad II telah selesai membaca Al-Qur'an surat Al-Fath, surat yang berisi janji-janji Allah akan kemenangan kaum muslim. Beliau lahir di Edirne pada 29 maret 1432.


Fetih Sultan Mehmed, dialah ahlul bisyarah yang sepanjang hidupnya diisi dengan ketaatan akan perintah-perintah Allah. Sejak kecil, ia telah dididik oleh ulama-ulama besar pada zamannya. Ia menguasai tujuh bahasa pada usia kurang dari 17 tahun. Yang mengagumkan beliau tidak pernah meninggalkan tahajjudnya setiap malam. Beliau memahami bahwa untuk menjadi ahlul bisyarah, kedekatannya dengan Allah adalah hal terpenting baginya.


Tak hanya ahli dalam hal ibadah saja, Sultan Muhammmad Al-fatih juga mengurus permasalahan sosial, politik dan ekonomi dengan sebaik-baiknya.


Selain mengenal sosok Muhammad Al-Fatih, akan lebih baik apabila kita mengenal sosok yang berlawanan dengan beliau untuk mengambil pelajaran dari kisahnya. Dia adalah Vlad III atau lebih dikenal dengan nama Vlad Dracul atau Dracula.


Antara Muhamamad Al-Fatih dan Dracula, keduanya saling berlawanan. Berlawanan dari segi tingkah laku, tutur kata, pola pikir dan lain sebagainya.


 Dracula berarti anak drakul, sebab ayahnya Vlad II bergelar Dracul dalam penobatan sebagai anggota Ordo Naga. Ordo Naga adalah kemiliteran kristen yang didirikan oleh Sigismund yang merupakan raja Hungaria dan kaisar Romawi.


Dracul berarti "iblis" atau "setan" dalam bahasa Rumania sedangkan dalam bahasa Slavia, Dracul berarti "Naga."


Dracula, Apa yang kita pikirkan tentang nama itu? Sejenis vampir penghisap darah dengan taring yang menyeramkan? Iyah kira-kira itulah yang muncul dibenak kita apabila mendengar kata "Dracula."  Sebab seperti itulah gambaran karakter Dracula dalam novel fiksi berjudul Dracula karya Bram Stoker yang terbit pada tahun 1897.


Tak hanya dalam Novel, dalam perfilman pun kisah Dracula digambarkan oleh orang-orang barat sebagai Dracula si vampir penghisap darah. Film juga novel tentang Dracula yang mereka angkat tak lain adalah manipulasi sejarah. Dracula nyata adanya. Siapa Dracula sebenarnya? Dalam tinta sejarah Dracula adalah seorang Voivode atau pangeran di sebuah Negeri  bernama Walachia, sebuah Negeri di Eropa Timur yang terletak antara Transilvania dan Moldavia.


Dracula tak lain adalah seorang penguasa yang keji. Ia juga mendapat julukan Vlad Thepes atau Vlad si pemancang. Memancang adalah pembunuhan paling keji yang sering ia lakukan. Pembunuhan dimana manusia ditusuk dengan kayu runcing dari anus hingga tembus ke mulut atau ke kepala, kemudian kayu pancang didirikan berjajar hingga membentuk hutan pancang manusia.


Mengapa kisah Sultan Muhammad Al-Fatih disandingkan dengan kisah Dracula yang keji?  Kisah Dracula beriringan dengan kisah sang penakluk. Dracula merupakan musuh bebuyutan Sultan Muhammad Al-Fatih. Keduanya sering terlibat dalam pertempuran-pertempuran. 

Pertarungan antara haq dan bathil.  Yang satu bertarung untuk menegakkan kebenaran dan satu lainnya memperjuangkan kebathilan yg mendarah daging dalam dirinya.


Uniknya semasa kecil keduanya hidup di tempat yang sama. Mereka hidup & belajar di tempat yg sama. Dracula mengenyam pendidikan militer, pengetahuan umum dan mempelajari islam di Turki Utsmani.  Namun Dracula tumbuh dalam gelapnya kesesatan. Ia membeci Turki Utsmani  yang bahkan telah menolong dan mendidiknya dari kecil ketika kekuasaan ayahnya di Walachia digulingkan oleh orang-orang seimannya. Ia membenci Islam atas pembantaian terhadap keluarganya yang bahkan dilakukan oleh orang-orang Kristendom.


Bahkan Dracula telah memancang ribuan umat islam yang telah membantunya merebut kembali Walachia dari Klan Danesti. Ribuan umat muslim dipancang hingga menjadi pemandangan hutan pancang manusia yang mengerikan.


Kekejian dan kekejaman Dracula seakan tidak pernah habis. Klan Danesti yang merupakan para bangsawan atau tuan tanah di Walachia pun turut dimusnahkan oleh Dracula dengan dibakar hidup-hidup di sebuah ruangan.


Kisah Dracula si Vampir penghisap darah, begitulah image yang melekat  selama ini. Bukankah selama ini pula kita telah berhasil dibodohi oleh kisah-kisah epik yang disuguhkan oleh barat?


Jika orang-orang barat begitu bersemangat menutup dan memanipulasi sejarah, bukankah tugas kita untuk tetap menjaga sejarah dalam kebenaran?




Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak