Oleh: Anggraini Arifiyah (Komunitas Muslimah Pembelajar Islam Kaffah)
Dalam pertemuan tahunan (Annual Meeting) International Monetary Fund (IMF) dan Word Bank dimana salah satu acaranya adalah seminar bertajuk Empowering women in the workplace, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjelaskan perempuan sangat berperan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi sebuah negara (9/10/2018). Menurutnya, yang harus ditingkatkan sebuah negara adalah partisipasi tenaga kerja perempuan, baik untuk perekonomian, untuk perempuan, dan untuk keluarganya.
Dengan terjun aktif dalam bidang perekonomian taraf hidup perempuan akan meningkat. Perempuan tidak harus bergantung pada laki-laki untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Bahkan dengan bekerja, dapat membantu mencukupi kebutuhan keluarga. Lebih jauh lagi, perempuan diharapkan ikut aktif dalam menggerakkan roda perekonomian negara.
Perempuan telah menjadi sasaran kapitalisme. Namun sayangnya mereka menerima dengan senang hati. Mereka rela mengorbankan keluarganya demi mendapatkan pekerjaan. Merelakan dirinya menjadi tumbal kapitalis yang menyengsarakan. Meninggalkan anak-anaknya dalam pengasuhan orang lain dan tanpa pengawasan. Mandiri telah menjadi cita-cita hidupnya. Akibatnya, negara kehilangan generasi berkualitas karena anak-anak ditinggalkan oleh ibunya. Mereka tumbuh dan berkembang dengan lingkungan bebas tanpa bimbingan orang tua, terutama ibu.
Islam menempatkan posisi perempuan sejajar dengan laki-laki. Bukan di bawah sebagai pihak nomor dua. Keberadaan perempuan untuk bersama laki-laki dalam mengarungi biduk rumah tangga supaya menjadi keluarga yang sakinah mawaddah warohmah. Tentunya hal ini sesuai dengan perannya masing-masing. laki-laki sebagai pencari nafkah bagi dirinya dan keluarga. Sementara perempuan (istri) sebagai pendamping suami sekaligus pendidik anak-anak. Perempuan telah diciptakan Allah dengan segala fitrah dan tanggung jawabnya. Menjadi ummu warabbatulbayt adalah tugas pokok perempuan. Dengan menempatkan perempuan pada posisi alaminya, maka negara tidak akan kehilangan generasi penerus.
Islam memuliakan perempuan di tengah penghinaan terhadap perempuan. Islam memerintahkan manusia untuk menghormati ibu (perempuan) tiga kali lebih dulu dibandingkan ayah. Melalui lisan Rasulullah Saw, diterangkan bahwa perempuan yang taat kepada suami, pahalanya menyamai orang yang berjihad di jalan Allah. Ketaatan ini bukanlah ketaatan "buta", tapi dengan dilandasi menaati perintah Allah dan keyakinan dalam memenuhi perintah Allah pasti ada jaminan kebaikan dan pahala dari Allah SWT. Dalam riwayat yang lain disampaikan, barang siapa yang diamanati oleh Allah seorang putri, dan dididik secara baik, maka ia mendapat jaminan surga. Islam pun memuji perempuan sholehah sebagai sebaik-baiknya perhiasan dunia.
Peran perempuan di keluarga, masyarakat, bahkan bernegara sangat besar dan berpengaruh. Terutama dalam mendidik anak yang merupakan jembatan masa depan, penentu masa depan dunia. Peran perempuan, terutama ibu sangat menentukan kualitas generasi selanjutnya.Islam tidak mewajibkan perempuan untuk bekerja, dan tidak pula ada larangan dalam Islam bagi perempuan untuk bekerja. Hanya saja, kini perempuan yang bekerja identik sebagai "alat komoditi" yang justru menguntungkan pihak kapitalis.Mencukupi kebutuhan keluarga di dalam Islam adalah tanggung jawab laki-laki. Hal ini bukanlah halistimewa yang harus dicemburui oleh kaum Hawa. Dan apabila suami tidak mampu memenuhi kebutuhan istri dan keluarganya, maka tanggung jawab ini juga berlaku bagi kerabatnya. Sehingga perempuan tidak perlu disibukkan dengan urusan ekonomi yang akan melalaikan tanggung jawabnya
Semua telah diatur oleh islam. Penerapan hukum Islam secara kaffah hanya bisa tegakkan oleh Khilafah Islamiyah yang akan memberantas kemiskinan dan menciptakan kesejahteraan ekonomi, dan memastikan pemenuhan jaminan keuangan bagi kaum perempuan. Dan uang jelas Khilafah Islamiyah telah terbukti berhasil menaungi manusia dengan kesejahteraan termasuk perempuan.
Wallahu’alam Bi Shawwab