Oleh : Hardi Jofandu
(Founder dan Humas Komunitas Remaja Islam Hebat)
Akhir-akhir ini, topik Khilafah (Negara Islam) semakin menggelegar ke seluruh penjuru negeri ini. Sejak Perppu Ormas diterbitkan pemerintah, Khilafah resmi menjadi ajaran terlarang, yang dianggap berbahaya, radikal dan anti-Pancasila oleh Pemerintah. Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), yang selama ini dakwahnya selalu rapi, tertib dan sopan, kena imbas karena Perppu tersebut. HTI dibubarkan secara sepihak tanpa ada proses pengadilan, tanpa mengklarifikasi, menjawab dan membela diri.
Padahal, bila ditelisik lebih jauh, ajaran 'Khilafah', yang selama ini getol disuarakan oleh HTI, ternyata bukan ajaran HTI. Mungkin tak banyak tahu, ajaran Khilafah yang selama ini diserukan HTI ternyata ajaran Islam, yang bersumber dari Al-Qur'an dan As sunnah. Bahkan, para ulama fikih, yang empat madzab, mewajibkan adanya Khilafah.
Bila ajaran Khilafah adalah ajaran Islam, mungkin kita bertanya-tanya: Apakah Khilafah memang betul-betul berbahaya? Apa iya, agama yang selama kita anggap baik, justru mengajarkan ajaran yang berbahaya?
Untuk menjawab pertanyaan itu, saya tidak akan menjelaskan bagaimana sejarah kegemilangan Khilafah. Sebab saya tahu, bagaimanapun saya menjelaskan kebaikan negara Khilafah, tetap pendapat saya akan diabaikan dan tak di dengar. Terlebih saya juga bukan siapa-siapa yang layak untuk di dengarkan. Karena itulah untuk menjawab pertanyaan diatas, bukan pendapat saya yang saya ambil sebagai patokan, namun pendapat mereka: orang barat, yang bukan orang Islam.
Siapa saja mereka? Hem, nanti saya akan sebut namanya satu persatu beserta pendapat mereka. Pada intinya, mereka memuji kehebatan negara Khilafah. Ada yang memuji kerukunan beragamanya, kedermawanannya, kesejahteraannya dan lain-lain. Siapa saja mereka? Hem, jadi penasaran!
1. Thomas Walker Arnold (Sejarahwan Kristen)
T.W. Arnold ini adalah seorang orientalis dan sejarahwan Kristen. Meski dia beragama Kristen, ia ternyata memuji kerukunan beragama dalam negara Khilafah. Dalam bukunya, The Preaching of Islam : A History of Propagation Of The Muslim Faith, ia banyak membeberkan fakta-fakta kehidupan beragama dalam negara Khilafah. Ia berkata:
"The treatment of their Christisn subject by of Ottoman emperors--at least for two centuries after their conquest of greece--exhibits a toleration such as was at that time quite uknown in the rest of Eroupe (Perlakuan terhadap warga Kristen oleh Pemerintahan Khilafah Turki Utsmani--selama kurang lebih dua abad setelah penaklukan Yunani--telah memberikan contoh toleransi keyakinan yang sebelumnya tidak dikenal di daratan Eropa)."( The Preaching of Islam : A History of Propagation Of The Muslim Faith,1896,hlm. 134)
Dia juga berkata:
"....kaum kalvinis Hungaria dan Transilvania serta Negara Utaris (Kesatuan) yang kemudian menggantikan kedua negara tersebut juga lebih suka tunduk pada pemerintah Turki daripada berada dibawah pemerintahan Hapsburg yang fanatik: kaun protestan Silesia pun sangat menghormati pemerintah Turki dan bersedia membayar kemerdekaan mereka dengan tunduk pada hukum Islam... kaum Cossack yang merupakan penganut kepercayaan dan selalu ditindas oleh Gereja Rusia, menghirup suasana toleransi dengan kaum Kristen dibawah pemerintahan Sultan".
Orientalis Inggris ini juga berkata:
"Ketika Konstantinopel dibuka oleh keadilan Islam pada 1453, Sultan Muhammad II menyatakan dirinya pelindung gereja Yunani. Penindasan pada kaum Kristen dilarang keras dan untuk itu dikeluarkan sebuah dekrit yang memerintahkan penjagaan keamanan pada uskup Agung yang baru terpilih, Gennadios, beserta seluruh uskup dan penerusnya. Hal yang tak pernah didapatkan dari penguasa sebelumnya. Gennadios diberi staf keuskupan oleh Sultan sendiri. Sang Uskup juga berhak meminta perhatian pemerintah dan keputusan Sultan untuk menyikapi para gubernur yang tidak adil..."
2. Will Durant (Sejarahwan Barat)
Will Durant adalah seorang sejarahwan barat. Kalau T.W. Arnold tadi memuji kerukunan beragama negara Khilafah, Will Durant justru memuji kesejahteraan negara Khilafah. Dalam buku yang ia tulis bersama Istrinya Ariel Durant, Story of Civilization, ia mengatakan:
"Para Khalifah telah memberikan keamanan kepada manusia hingga batas yang luar biasa besarnya bagi kehidupan dan kerja keras mereka. Para Khalifah itu juga telah menyediakan berbagai peluang untuk siapapun yang memerlukan dan memberikan kesejahteraan selama beradab-abad dalam wilayah yang sangat luas. Fenomena seperti itu belum pernah tercatat (dalam sejarah) setelah zaman mereka"
3. Mary McAleese (Presiden ke-8 Irlandia)
Orang ketiga yang memuji negara Khilafah adalah Mary McAleese. Ia adalah Presiden ke-8 Irlandia yang menjabat dari tahun 1997 sampai 2011 . Selain Presiden, Ia juga anggota Delegasi Gereja Katolik Episkopal untuk Forum Irlandia Baru pada 1984 dan anggota delegasi Gereja Katolik ke North Commission on Contentious Parades pada 1996. Meski dia beragama kristen Katolik, namun tak disangka, ia memuji kedermawanan negara Islam (negara Khilafah).
Dalam pernyataan persnya, ia memuji bantuan Khilafah Turki Utsmani ke negaranya, Irlandia, sekitar tahun 1847. Bantuan itu dikirimkan ke Irlandia saat terkena musibah kelaparan hebat (The Great Famine), yang membuat 1 juta penduduknya meninggal dunia. Terkait bantuan itu, Mary McAleese berkata:
“Sultan Ottoman (Khilafah Utsmani) mengirimkan tiga buah kapal, yang penuh dengan bahan makanan, melalui pelabuhan-pelabuhan Irlandia di Drogheda. Bangsa Irlandia tidak pernah melupakan inisiatif kemurahan hati ini,"
Untuk mengenang jasa Khilafah tersebut, kini Irlandia menggunakan logo Khilafah Turki Utsmani (Bulan Sabit) di Club Sepak Bolanya. "Selain itu, kita melihat simbol-simbol Turki pada seragam tim sepak bola kita," katanya.
4. Karen Amstrong (Mantan Biarawati)
Tak hanya dari kalangan sejarahwan dan presiden saja yang memuji Khilafah. Namun kalangan mantan biarawati pun takjub akan Khilafah. Siapa dia? Dialah Karen Amstrong. Dia adalah mantan biarawati sekaligus penulis terkenal.
Tak beda jauh dengan T.W. Arnold, penulis Amstrong ini juga memuji kehidupan beragama yang ada dalam negara Khilafah (baca: peradaban Islam). Dalam negara Khilafah, agama selain Islam mendapatkan perlakuan yang sangat baik. Bahkan menurut Karen Amstrong, kaum Yahudi menikmati zaman keemasan di Andalusia. "Under Islam, the Jews had Enjoyed a golden age in al-Andalus" tulis Karen Amstrong.
Setelah membaca pernyataan mereka, mungkin kita akan ke heran-heranan. Mulut kita akan mengangah dibuatnya. Negara yang selama ini kita anggap bahaya, radikal, anti keberagaman, dan lain-lain ternyata mendapatkan pujian yang sedemikian indah dari orientalis, sejarahwan, presiden bahkan mantan biarawati. Hebatnya, mereka semua adalah orang non-muslim, orang yang seharusnya membenci Khilafah.
Maka dengan semua pujian mereka, masihkah kita menganggap Khilafah berbahaya, radikal, dan anti-keberagaman?
[syahid/voa-islam.com]