Oleh: Mala Oktavia
Pelajar SMAN 1 Bojonegoro
Berjalannya sistem sekulerisme telah membangkitkan semangat berkreasi dan berekspresi berpangku pada kebebasan. Tolak ukur semu kebahagiaan yang digapai tanpa aturan. Semua demi guyonan yang meluruhkan cerminan nilai Islam.
Ketika seni disandingkan dengan kebebasan, justru tak sedikit apresiasi berdatangan. Diberikan panggung pertunjukan, demi menarik simpati pendengar. Dari televisi, sosial media, youtube, dan berbagai aplikasi lainnya menyuguhkan tempat terbuka bagi kawula muda berekspresi.
Hal tersebut terkadang diisi dengan edukasi, dakwah, dan motivasi. Tapi tak sedikit pula yang berbekal guyonan, aksi kocak, vlog, dan aksi lainnya juga turut mewarnai layar sosial media. Namun, terkadang dari guyonan itulah banyak kawula muda melewati batasan kebebasan, mencampurkan yang haq dengan yang batil. Menghalalkan yang haram.
Seperti aksi seorang youtuber (Tretan) akhir-akhir ini yang melalui unggahan videonya mencoba berkreasi masakan daging babi dengan kurma. Dilansir dari detikhot, Tretan menjelaskan kontennya bertajuk Last Hope Kitchen. Isinya dia memasak suka-suka dengan campuran bahan apapun tanpa dicicipi olehnya langsung. Nah kali ini, sang komika ingin memasak babi.
Masih dari detikhot, dalam video itu, Tretan Muslim tak sendirian. Dia mengundang rekan komika lainnya, Coki Pardede. Kemudian, Tretan Muslim dan Coki Pardede mulai memasak. Mereka merebus babi di dalam air kurma.
Dari peristiwa tersebut, kita tahu semakin banyak anak muda yang lepas dari kepribadian Islam. Semakin bangga dengan jubah kebebasan dan tak memedulikan haq dan batil. Demi mengejar materi dan popularitas, Islam menjadi bahan guyonan.
Di situlah seharusnya pemuda tahu, bahwasannya teknologi adalah media untuk mengedukasi, bukan sebagai media untuk menistai.
Allah berfirman “Dan janganlah kamu campuradukkan kebenaran dengan kebatilan dan (janganlah) kamu sembunyikan kebenaran, sedangkan kamu mengetahuinya”(Q.S. Al-Baqarah/2:42)
Oleh sebab itu, pemuda perlu bangkit. Pemuda perlu mencari jati diri yang sesungguhnya. Kepribadian yang benar yang akan menghantarkannya pada ketaatan, yaitu kepribadian Islam.
Mereka yang berkepribadian Islam akan memiliki pola pikir dan pola perilaku yang Islami sehingga setiap tindakannya tak akan mencampurkan yang halal dengan yang haram. Senantiasa mawas diri pada apa yang dilakukannya. Islam adalah satu-satunya jalan baginya untuk memilih tindakan, sedangkan keridhoan Allah adalah tolak ukur yang paling utama dalam beramal.
Tidak memisahkan aturan agama dengan kehidupan, menganggap agama itu ada tetapi hanya ditempatkan pada pojok-pojok kehidupan kita. Tak pernah menjadi aturan kita. Dipakai ketika ibadah ritual saja.
Saatnya pemuda berubah, sebab masa depan bangsa ini ada di pundak para pemuda. Saatnya pemuda itu tidak menjujung kebebasan apalagi bersikap sekuler. Sebab, justru dengan sekulerisme dunia ini tak punya masa depan. Tetapi dengan Islam semua akan terarah, jangankan urusan kecil ketika kita bertingkah, bahkan urusan masa depan bangsa pun diatur.
Kembalilah pada Islam, di sana engkau akan menemukan arti cahaya kesuksesan yang sebenarnya