Oleh: Vio Ani Suwarni, S.Pd
(Guru Sejarah Indonesia dan Sejarah Peminatan SMAN 1 Rengasdengklok)
jpnn.com, KARAWANG - Gerakan penolakan atas rekrutmen CPNS 2018 makin gencar dilakukan honorer kategori dua (K2) di berbagai daerah. Di Karawang, Jawa Barat, para guru honorer memutuskan tidak mengajar pada hari Senin (17/9).
Koordinator Daerah (Korda) Forum Honorer K2 Indonesia (FHK2I) Karawang Ahmad Gojali mengungkapkan, hari ini sekitar 4.000 koleganya melakukan aksi mogok mengajar sebagai bentuk protes atas Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (MenPAN-RB) tentang Kriteria Penetapan Kebutuhan PNS dan Pelaksanaan Seleksi CPNS 2018. Selanjutnya, mereka berkumpul di gedung PGRI Karawang untuk menggelar aksi.
"Kami mogok kerja sebagai bentuk penolakan CPNS 2018 dan PermenPAN-RB 36/2018,” ujar Gojali kepada JPNN.
Aktivis yang akrab disapa dengan panggilan Kang Ajo itu menegaskan, para honorer akan menyerukan ajakan untuk menolak Joko Widodo (Jokowi) agar tak terpilih lagi. “Aksi dilanjutkan besok lewat aksi lebih besar lagi menolak Jokowi dua periode," tegasnya.
Gojali menuturkan, hingga pukul 09.00 WIB tadi proses belajar mengajar tidak berjalan. Ribuan siswa hanya bermain di halaman sekolah.
"Anak-anak tahu kalau gurunya lagi demo makanya mereka enggak bisa belajar. Mereka tetap masuk sekolah karena tidak ada instruksi sekolah diliburkan," tandasnya.(esy/jpnn)
Guru sebagai fondasi utama membentuk peradaban bangsa, seharusnya mendapatkan kesejahteraan yang memadai. Alih-alih mendapatkan kesejahteraan pahlawan tanpa tanda jasa justru kebingungan untuk memenuhi kebutuhan kehidupannya.
Guru hanya difungsikan sebagai komponen ekonomi, yakni sebagai bagian pencetak mesin industri bukan pembangun peradaban sehingga kental dengan hitungan untung rugi. Ketika seseorang lulus dari sekolah atau universitas yang menjadi fokus utamanya adalah bisa kerja di tempat yang bagus dan mendapatkan penghasilan yang bagus pula.
Keadaan tersebut berbanding terbalik dengan pandangan Islam terhadap pendidikan dan para pendidik. Islam menjadikan pendidikan sebagai pilar peradaban mulia, dan menempatkan para guru sebagai salah satu arsiteknya.
Tentu saja sebagai seorang arsitek, negara harus memenuhi segala kebutuhannya. Sehingga guru bisa berkonsentrasi untuk membentuk peradaban mulia yang tidak hanya mengedepankan materi saja. Akan tetapi, mampu menjadikan peserta didik sebagai generasi emas yang dapat membangun peradaban bangsa.
Wallahu a'lam Bishowab