Oleh: Ega Marlina
Indonesia kembali berduka. Gempa bumi di Lombok belum berakhir. Kini hadir duka Palu. Lebih dahsyat. Ada tiga peristiwa. Gempa bumi, tsunami, dan likuifaksi. Banyak berjatuhan korban, bahkan adapula korban yang belum ditemukan. Inilah duka nestapa yang tak mau beranjak di bumi khatulistiwa.
Gempa yang diprediksi terus berlanjut. Menjadikan bahan renungan bagi kita sebagai manusia. Mengapa? Ada apa? Sebab, pola kehidupan di bumi yang jauh dari Islam. Semesta ikut menjadi saksi, bahwa manusia semakin merajalela berbuat kerusakan di bumi. Hal ini terbukti salah satunya sikap manusia yang berlabel penguasa telah bertindak-tindak semena-mena serta dzalim terhadap rakyatnya.
Penguasa alias pemerintahan cenderung lalai dan abai. Misalnya, tak segera memperbaiki alat pendeteksi tsunami yang konon sejak tahun 2012 tidak berfungsi. Pencabutan dini tsunami oleh BMKG pun terburu-buru.
Faktanya tsunami terjadi sesaat setelah gempa Palu. Akibatnya, rakyat tak sempat menyelamatkan diri dari terjangan tsunami yang puas menelan korban bertubi-tubi.
Penanganan upaya tanggap darurat yang lamban. Para korban ditimpa kelaparan, tidak mendapat bantuan obat-obatan, dan logistik yang diperlukan. Lantas, memperparah keadaan.
Sebetulnya, kezaliman penguasa bukan dalam ranah nasib rakyat yang tertimpa bencana saja. Rakyat juga telah dililit beberapa kebijakan yang mencengkram kelangsungan kehidupannya.
Yakni, penguasa dengan kebijakannya telah berhasil menaikan harga BBM, tarif listrik, iuran BPJS, tarif jalan tol dan lainnya. Di sisi lain, sumber daya alam milik rakyat dibiarkan dikuasai pihak asing.
Terjadilah, bencana seperti kemiskinan, pengangguran, mahalnya biaya kesehatan, pendidikan dan sebagainya.
Allah dalam firman-Nya menyatakan, "Telah tampak kerusakan di daratan dan di lautan akibat perbuatan tangan (kemaksiatan) manusia supaya Allah menimpakan kepada mereka sebagian akibat perbuatan (kemaksiatan) mereka itu agar mereka kembali (ke jalan-Nya). (QS. Ar-Ruum ayat 41)
Demikianlah, bencana kali ini. Peringatan keras terutama peringatan bagi penguasa. Agar mengelola, mengayomi, memerintah dengan hak yang adil dan tidak berlaku zalim. Jika tindak kezaliman makin merajalela. Maka bisa saja Allah murka dan menimpakan bencana yang lebih dahsyat lagi.
Sebagaimana firman-Nya, Apakah kalian merasa aman dari (azab) Allah yang (berkuasa) di langit saat Dia menjungkir-balikan bumi bersama kalian. Lalu dengan itu tiba-tiba bumi berguncang? Ataukah kalian merasa aman dari (azab) Allah Yang (berkuasa) di langit. Saat Dia mengirimkan angin disertai debu dan kerikil. Lalu kelak kalian akan tahu bagaimana akibat (mendustakan) peringatan-Ku? (QS. Al-Mulk ayat 16-17)
Karena itu musibah yang terjadi ini. Haruslah menumbuhkan kesadaran meluruskan segala hal yang salah. Perbaikan atas berbagai kerusakan yang ada serta mengakhiri aturan buatan manusia. Lalu, menggantinya dengan aturan-Nya. Apa? Aturan Islam. Islam yang bukan sekadar agama ritual, tetapi meliputi aturan-aturan untuk menuntun manusia dalam hidupnya. Bahkan Allah sendiri menjanjikan.
"Dan, sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi... (QS. Al-Araf ayat 96)
Wallahu a'lam bi ash-shawab