Oleh: Asma Ummu mujahid
(Akademi Menulis Kreatif)
Laa ilaaha illallah Muhammad Rasulullah....begitu lafaz yang tertera di atas hamparan kain yang berwarna putih dan berwarna hitam.
Menurut hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, At-tirmidzi dan Thabrani dari Abu Hurairah diterangkan " Rayah Nabi Muhammad berwarna hitam dan Liwa'-nya berwana putih.” Ibnu Abbas menambahkan, " Tertulis padanya kalimat laa ilaha illallah Muhammad Rasulullah.”
Dalam banyak sejarah dikisahkan bagaimana Nabiyullah Muhammad SAW dan para Sahabat ra. menjaga dan memuliakan panji-panji itu melalui pertumpahan darah, sekalipun harus kehilangan nyawa.
Salah satu kisah heroik dari sahabat yang kemudian diabadikan dengan tinta sejarah yang tidak akan pernah usang sepanjang masa. Simak bagaimana kegigihan Mush'ab Bin Umair ketika mengomandoi pasukan sekaligus panglima dalam peperangan di Uhud. Sahabat yang dipercaya dan diamanahkan untuk memegang bendera Al-liwa' yang Agung.
Di tengah perang berkecamuk datanglah Abu Qaimah, dengan mengendarai kuda, menyabetkan pedangnya hingga tangan kanan Mush'ab Bin Umair terputus.
Dengan kondisi seperti itu ia tetap sigap dengan cepat meraih bendera tauhid itu ke tangan kirinya, kemudian tertebas lagi.
Mush'ab bin Umair tetap bertahan dan tetap berusaha menjaga sekuat tenaga eksistensi Al-liwa. Memeluk dengan dadanya agar tidak jatuh dan bersyair dengan lantang : “Muhammad itu tidak lain hanya seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul.” (TQS Ali-Imran[3]:144).
Hingga datanglah serangan ke 3 akhirnya Mush'ab bin Umair menemui syahid, tombaknya patah. Mush'ab tersungkur ke tanah. Benderanya pun jatuh kemudian diambil oleh Abu A-aruum bin Harmalah. Tatkala kaum muslimin kembali ke Madinah bendera itu terus ia pegang.
Allahu Akbar! Cukuplah salah satu kisah di atas dari salah seorang sahabat menjadi bukti kecintaan mereka, penghormatan mereka terhadap bendera tauhid yang mulia.
Masih banyak lagi kisah - kisah luar biasa yang tercatat dalam sejarah emas yang mungkin sulit kita jumpai lagi di kehidupan hari ini.
Kokohnya iman membuat semua menjadi tak bernilai sama sekali, hingga para sahabat rela mengorbankan nyawa yang dimiliki satu satunya demi meraih syahid sebagai bukti perceraian atas dunia dan isinya yang tidak berharga ketimbang kekalnya akhirat. Tak dipungkiri ridho Allah SWT semata yang jadi tujuan tertinggi.
Kisah Mush'ab dan panji Rasulullah saw cukup menunjukkan pada kita kedudukan kedudukan panji tersebut di mata para sahabat.
Pertama, sebagai simbol aqidah islam, kalimat pembeda antara keimanan dan kekufuran. Kedua, sebagai pemersatu umat yang persaudaraannya digambarkan dengan perumpamaan yang begitu indah. Ibarat satu tubuh yang jika ada bagian yang sakit maka bagian tubuh yang lain akan ikut merasakan. Ketiga, sebagai simbol keberanian. Jika tauhid yang telah dilecehkan maka manusia yang berakidah Laa ilaaha illallah Muhammad Rosulullah di belahan bumi mana pun akan bergetar hatinya. Merasakan kehinaan yang luar biasa. Marah karena Allah yang terpancar dari keimanan yang hakiki.
Seperti yang terjadi pada peristiwa pembakaran bendera tauhid belakangan inini.Wajar bila umat resah. Para pelaku berdalih ingin menyelamatkan nilai bendera tauhid itu yang katanya ditunggangi oleh salah satu ormas yang kini bermasalah di Indonesia.
Dalam videonya yang viral terlihat mereka sengaja membakar bendera tauhid yang bertuliskan lafaz Laa ilaaha illallah Muhammad Rasulullah sambil bertepuk tangan dan bernyanyi bangga.
Aksi ini pun mengundang sejumlah reaksi dari tokoh Ormas maupun tokoh Agama dan pesantren- pesantren di sejumlah wilayah. Mereka marah dan mengutuk keras atas kejadian yang sengaja dilakukan oleh Banser.
Namun alih alih meminta maaf pelaku malah bersikap membenarkan atas tindakan yang dilakukan oleh mereka dengan alasan bahwa mereka tidak sedang membakar bendera tauhid yang bertuliskan kalimat Laa illaha illallah Muhammad Rasulullah. Namun mereka sedang mengamankan bendera tersebut yang katanya sengaja dimanfaatkan oleh ormas Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Sementara pada bendera dan pengikat kepala berwarna hitam yang dibakar tidak ada sama sekali tulisan HTI yang tertera.
Akhirnya kita semua tentu berharap pada penguasa sebagai penjaga agama dan para aparat untuk segera mengambil tindakan pada oknum tersebut dan memberikan sanksi tegas agar kejadian tersebut menjadi pelajaran berharga bagi siapa saja yang dengan sengaja merendahkan hingga membakar simbol atau lambang agama mana pun.
Sudah saatnya pula umat muslim di seluruh belahan dunia mulai merapatkan barisan dan mengambil peran sebagai penolong agama Allah agar menjadi hujjah di akhirat kelak.
Wallaahu 'alam.