Balada Hoax dan 'Perang' Di Tengah Duka

Oleh : Irwansyah


Dramatis banget ya judulnya? Tapi, tidak Sedramatis perpolitikan di negara kita. 

Yang Terkadang mengaduk-ngaduk emosi. Tak jarang bikin naik tensi. 😁


Sulawesi masih berurai air mata. Indonesia masih berduka. Namun, Di tengah-tengah semua itu, justru ada perang yang menyala. 


Bukan perang angkat senjata. Bukan pula perang angkat pedang. Melainkan perang sosial media. Pelakunya, sebut saja mereka Kubu A dan Kubu B. 


Bermula dari pihak kubu B, yang mengakui bahwa tragedi penganiayaan yang menimpa dirinya adalah hoax semata. Bohong. Tidak benar. Rekayasa. 


Setelah itu, tanpa berpikir panjang, sebagian dari kubu A langsung menyerang kubu B, dengan cacian. Umpatan. Kutukan. Sindiran mengejek. Semua dimuntahkan ke arah muka kubu B. 


Kubu B menjadi bulan-bulanan. Kubu A merasa menang dan puas. Serasa lupa kalau di kubu mereka juga banyak hoax. Semut di seberang lautan terlihat, namun gajah dipelupuk mata tidak nampak. Hehe, itulah yang terjadi. 😁


Blunder. Kini produsen hoax nyerang tukang hoax 😁. Bedanya, kubu B secara 'jantan' mengakui kesalahannya di depan  media dan publik. Sedangkan kubu A ketika melakukan hoax, dan mulai terendus oleh publik, boro-boro ngakuin yang ada ngeles. Malah dulu, kalangan mereka bilang, "boleh hoax asal hoax yang membangun". Miris! 😬


Terlepas dari kejadian tersebut. Hoax atau membuat dan menyebar berita bohong tidak dibenarkan dalam Islam. 


Rasulullah SAW bersabda:

"Sesungguhnya Allah membenci tiga hal untuk kalian: menyebar berita burung (baca: hoax), menyiakan-nyiakan harta, dan banyak bertanya (HR Bukhari Muslim). 


Bahkan, di zaman nabi para pembuat hoax boleh perangi. Firman Allah SWT:

"Jika orang-orangnya munafik, orang-orang yang berpenyakit dalam hatinya, dan orang-orang yang menyebar kabarim bohong di Madinah tidak berhenti (dari menyakitimu), niscaya kami perintahkan kamu (untuk memerangi) mereka... 

" (TQS Al-Ahzab: 60). 


Hoax merupakan salah satu dosa besar, karena bisa merugikan banyak orang. Gak mau kan kita dilempar ke neraka gara-gara semasa hidup suka nge-hoax? 


Alhasil, tulisan ini juga untuk menasehati diri sendiri. Mari stop hoax. Sebelum menyebarkan suatu berita cek dulu, cek lagi kevalidan beritanya. 


Untuk kubu A dan kubu B yang saat ini masih 'berperang' di sosial media, hentikan saja! Gak ada faedahnya. Malah, silaturahmi makin renggang. Bukankah kita mengharapkan persatuan.  Ambil pelajaran dari kejadian hari ini. Agar kita bisa menjadi generasi cerdas. Generasi tanpa hoax. 


Air mata saudara-saudara kita yang di Sulawesi Tengah masih berderai. Duka mereka bukan hoax, bukan drama. Benar adanya. Ulurkan tangan kita. Jika tidak bisa membantu mereka dengan materi, mari berdoa untuk mereka.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak