Bahaya Komunisme dan Peran Ulama

Oleh: Sri Roesmiani 

(Member Akademi Menulis Kreatif)


          Tanggal 30 September adalah hari yang bersejarah bagi bangsa Indonesia. Dimana pada hari itu bangsa Indonesia diingatkan kembali dengan peristiwa Gerakan 30 September/Partai Komunis Indonesia (G 30 S/PKI). Pada saat itu gerakan tersebut berhasil membunuh sejumlah jenderal yang dituduh sebagai dewan jenderal yang akan mengkudeta pimpinan negeri ini. Namun pada akhirnya gerakan tersebut berhasil dibinasakan.

          Komunisme adalah ideologi yang berbahaya. Karena ideologi ini tidak mengakui adanya Tuhan. Sering bertindak kejam, sadis, tidak berperikemanusiaan dan menyengsarakan umat manusia.  Selain itu ada juga ideologi Kapitalisme yang memisahkan agama dari kehidupan ( sekularisme).  Keberadaan Tuhan hanya diakui sebagai Pencipta bukan Pengatur.  Akhirnya lahir aturan sosial, politik, ekonomi, hukum dsb, yang berasal dari akal dan hawa nafsu manusia, dimana terbukti menghasilkan banyak bencana dan kerusakan. Sistem ekonomi ribawi menjadi biang kerusakan ekonomi di negeri ini, utang luar negeri yang terus menumpuk, sistem demokrasi yang melahirkan banyak koruptor, sistem sosial yang permissif melahirkan ragam kemaksiatan dan tindakan moral. 

      Melihat kerusakan yang terjadi akibat ideologi Sosialis-Komunis serta Kapitalis tentu harus ada upaya dari kaum Muslimin untuk merubah kondisi ini terutama dari kalangan para ulama.    Rasulullah Saw. menyebut ulama sebagai para pewaris nabi (waratsat al-anbiya). Hal ini menunjukkan betapa dekat hubungan mereka dengan para nabi, yakni sedekat hubungan nasab.

          Rasulullah saw. bersabda: "Seseorang itu diberi cobaan menurut agamanya. Jika agamanya kuat maka cobaannya pun akan besar. Jika agamanya lemah maka cobaannya akan menyesuaikan."

          Ulama juga tidak luput dari cobaan sebagaimana manusia lainnya. Bisa jadi cobaan mereka lebih berat dan lebih menggiurkan baik berupa godaan keduniaan, tipu daya dan bahkan lebih berat lagi jika berupa kesempitan hidup. Abu Sa'id al-Khudri ra. dalam riwayat  al-Hakim pernah bertanya: Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang paling berat cobaannya? Dijawab, "Para Nabi". Ia bertanya lagi, "Lalu siapa?" Dijawab, "Para Ulama". Ia bertanya lagi, "Lalu siapa lagi?" Dijawab, "Orang-orang yang shalih."

           Yang paling berbahaya dari segala cobaan terhadap mereka adalah cobaan atau fitnah yang mengakibatkan rusaknya agama mereka. Hal itu akan menyebabkan malapetaka bagi umat manusia.

          Bahkan dalam riwayat umum ad-Darimi disebutkan, "Ketergelinciran seorang alim berarti ketergelinciran seluruh manusia." Itu berarti Ketergelinciran mereka akan menyebabkan kesesatan manusia lantaran mereka akan mengikuti ulama yang tergelincir tersebut dengan mengira sebagai kebenaran.

          Berdakwah menyampaikan kebenaran dihadapan penguasa zalim memang beresiko. Bisa jadi di penjara, disiksa maupun dibunuh. Namun Rasulullah saw. memberikan kabar gembira yaitu mati syahid bagi para da'i yang tegas menyampaikan kebenaran dihadapan penguasa zalim. Begitulah seharusnya sikap para ulama. Harus berani menanggung resiko apapun dalam mengatakan kebenaran didepan penguasa zalim.

             Ilmu adalah amanah. Dengan menghianati  amanah seorang alim akan di azab terlebih dahulu daripada penyembah berhala, sebagaimana perkataan Imam Ibnu Ruslan, "Seorang alim yang tidak mengamalkan  ilmunya kelak akan di azab mendahului para penyembah berhala."

          Para ulama adalah pewaris para nabi, termasuk Rasulullah saw. Tugas utamanya adalah untuk menegakkan tauhid dan hukum-hukum Allah SWT (syariah Islam). Seharusnya hal yang sama juga menjadi tugas para ulama saat ini dalam rangka membangkitkan umat menuju tegaknya kembali 'izzul Islam wal Muslimin.

          Islam ada di dunia ini adalah sebagai wujud kasih sayang Allah terhadap makhluk-Nya. Islam mengatur seluruh aspek kehidupan. Maka disinilah pentingnya umat Islam menegakkan sistem pemerintahan Islam. Karena hanya dengan sistem pemerintahan Islam hukum-hukum Allah bisa dilaksanakan dengan sempurna. 

WalLahu a'lam bi ash-shawab

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak