Oleh : Pipit Agustin
(Akademi Menulis Kreatif Regional Jatim
Komunitas Ibu Profesional Kediri Raya)
Cerita tentang pergaulan bebas, hamil diluar nikah bahkan sering disertai aborsi pada remaja kian popular. Tindak asusila atau lebih tepatnya zina kini go publik. Menjadi menu harian media. Sejak belasan tahun yang lalu saja, kasus aborsi remaja sudah mencapai ribuan lebih per hari. Padahal sekolah dan rumah dipastikan tidak pernah mengajarkan materi perzinahan. Orang tua dan guru tentu tak menginginkan anak-anaknya menjadi pezina. Lantas siapa 'guru' yang telah 'sukses' menghipnotis mereka menjadi remaja rusak?
Kehidupan remaja di zaman ini teramat kacau. Beberapa judul berita berikut ini semoga mampu membuka mata fisik dan mata batin kita tentang kacaunya kehidupan di era liberalis kapitalistik saat ini. Semoga kita semua menjadi waspada dengan ancaman terhadap buah hati kita tercinta.
1. Prostitusi online di Blitar ternyata sudah merambah whatsapp. Ini kata sosiolog.
2. Dua kali razia 51 pelajar bolos di Blitar terciduk.
3. Astaga! Dua pasang pelajar tepergok dalam satu kamar kos di Blitar.
4. Kaum lgbt sumbangsih tingginya HIV/AIDS di Kota Blitar, komunitasnya sulit dicari.
5. Hamil di luar nikah 27 anak di Blitar jalani pernikahan dini.
6. Joget erotis di kelas, sepuluh siswa ini dipanggil polres Blitar.
7. Hari pertama sekolah 16 pelajar di Blitar pesta miras.
8. 12 siswi SMP di satu sekolah hamil, pkbi: 20% pelanggan psk adalah pelajar SMA.
9. Mengkhawatirkan, aktivitas asusila siswa SMP di grup whatsapp all stars
10. Grup fb gay siswa SMP-SMA hebohkan warga garut.
Sepuluh judul berita di atas hanyalah irisan tipis dari tebalnya potret kerusakan kehidupan remaja. Lebih dari itu, merupakan potret kegagalan tata kelola peradaban umat manusia secara luas. Ada problem sosial serius yang melanda generasi dan keluarga secara sistematis. Kerusakan ini mengancam siapa saja yang terlahir ke dunia, termasuk buah hati kita. Sungguh ini melebihi bencana fisik tsunami dan gempa dalam sejarah kehidupan anak manusia.
Patut kita sadari secepatnya bahwa kacaunya kehidupan remaja hari ini dikarenakan jauh dari agama. Agama tidak menjadi tiang pegangan kehidupan. Agama bukan sebagai mesin penggerak dan pengontrol kehidupan publik manusia. Agama tak nampak di pelupuk mata dalam konteks pengaturan kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Agama hanya beroperasi di wilayah peribadatan ritual.
Di era lliberalis kapitalistik ini religiusitas sirna dalam kehidupan. Kehidupan menjadi kering dan tandus. Selanjutnya, paham ini memangkas hakekat manusia sebatas makhluk ekonomi. Manusia berbondong-bondong mencari harta dengan mengesampingkan agama. Kapitalisme nan liberal ini telah menjadi atmosfer baru bagi kehidupan. Di era ini ilmu pengetahuan berlimpah, tetapi kebanyakan manusia justru tak merasa bahagia. Broken home, remaja rusak, dan aneka krisis kian variatif. Krisis ekonomi, krisis politik, krisis sosial, termasuk krisia remaja dan generasi sebagaimana tergambar dalam sepuluh judul berita di atas.
Krisis ini tak boleh dibiarkan lebih lama lagi. Setidaknya ada tiga atmosfer yang turut bertanggung jawab terhadap pembentukan pribadi remaja kita. Pertama, keluarga. Keluarga adalah orang terdekat yang secara intens berinteraksi dengan remaja. Keluarga beserta kebiasaan hidup keseharian adalah kekuatan pertama yang mempengaruhi pribadi para remaja. Kedua adalah masyarakat termasuk didalamnya komunitas, sekolah, organisasi dan lain-lain. Komunitas menjadi tempat bergaul dan berinteraksi. Ia mempengaruhi pikiran, perasaan, dan tingkah laku remaja. Ketiga adalah negara, termasuk di sana peradaban yang dianut. Kekuatan atmosfer negara terletak pada kebijakan yang diberlakukan. Kekuatan pengaruh atmosfer negara ini mampu menembus jutaan remaja. Berbeda dengan atmosfer keluarga atau komunitas yang hanya mampu mempengaruhi beberapa atau beberapa puluh jiwa remaja saja. Negara dengan kekuatan Undang-undang mampu menyuguhkan tayangan televisi sesuai ideologi yang dianut. Ajaran yang dikandung dalam tayangan televisi itulah yang merangsek masuk ke dalam pribadi remaja kita. Di era liberalis kapitaliatik ini, kebebasan pers menjadi senjata ampuh untuk menayangkan acara-acara bernafas liberal dan hedonis. Pemilik media hanya berhaluan materi. Yang penting untung dan rating tinggi. Tidak peduli apakah sinetron, film, dan acara-acara yang ditayangkan berdampak negatif pada remaja.
Oleh sebab itu, menyadari banyaknya kekuatan yang berpengaruh pada pembentukan pribadi remaja kita, kita harus mampu memyediakan atmosfer terbaik dan terkuat bagi remaja. Sebagai orang tua, kita harus menjadi pengaruh terkuat diantara kuatnya pengaruh atmosfer kehidupan yang lain. Selain itu, orang tua juga harus mampu mengaktifkan kekuatan antibodi pada remaja. Yaitu self-control, yaitu kemampuan membentengi diri dari paparan buruk dari luar. Kita harus yakin, bahwa manusia makhluk sempurna yang memiliki akal untuk memilah dalam hidupnya. Aqidah harus lurus dan kuat. Agar menjadi kuat, ia harus hadir dalam kehidupan nyata dan mewarnai kehidupan mereka sejak belia. Orang tua harus memahamkan sejak dini bahwa tujuan hidup di dunia adalah beribadah kepada Allah swt dengan menaati segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangannya. Dalam hal ini termasuk menjauhi dan meninggalkan paham liberal kapitalistik dari kehidupan mereka menuju kehidupan bertahta kemuliaan di atas landasan agama.