Antara Candaan dan Hinaan

Oleh: Japti Ardiani 

(Pemerhati Generasi dan anggota komunitas revowriter)


Stand up comedy kini menjadi fenomenal di Indonesia, apalagi semenjak program yang konon  dikatakan adalah sebuah lawakan tersebut mendapat dukungan dari beberapa media termasuk televisi. Tak ketinggalan pula salah satu televisi nasional di Indonesia pun membuat program ajang pencarian bakat bertajuk Stand up Comedy. Tetapi sayang, akhir-akhir ini dunia lawakan itu telah digegerkan oleh ulah beberapa orang yang telah menghina Islam dan dibawakan pada materi Stund Up Comedynya. Berita yang masih hangat itu terjadi pada video yang berdurasi beberapa menit yang dibawakan oleh komika Tretan Muslim dan Coki Pardede, dimana dalam lawakannya mereka menyinggung  kata “neraka” dan “cacing pita” menjadi mualaf setelah daging babi disiram dengan kurma (arrahmah.com, 20/10/2018).


Dan atas aksi di dalam videonya tersebut komika Tretan Muslim dan Coki Pardede akhirnya dipolisikan atas dugaan ujaran kebencian dan penistaan agama. Laporan polisi ini dibuat di Subdit V Siber Ditreskrimsus Polda Jawa Timur atas nama Agus Fachruddin. Dalam Surat Keterangan Penerimaan dan Pengaduan yang diterima, pelapor menekankan bahwa Tretan Muslim dan Coki Pardede menyinggung yang pada intinya mualafnya “cacing pita” yang ada dalam daging babi karena tersiram air kurma (kiblat.net,22/10/2018). Dalam surat tersebut juga dipaparkan bahwa pada tnggal 21 Oktober 2018 pengadu mengetahui dari group WhatsApp terkait dengan video di akun instagram dengan nama Tretan Muslim dan Coki Pardede yang berisi ujaran kebencian. Yang dianggap ujaran kebencian  di sini adalah video pertama berdurasi 57 detik, teradu menghina sahabat Nabi.


Dari kejadian tersebut bisa disimpulkan bahwa lawakan yang dilakukan para komika tersebut sudah berada dalam level yang “hina”. Bagaimana tidak, kejadian pelecehan agama tersebut ternyata sudah berulang kali dilakukan komika yang lainnya juga dan itu pun seolah didiamkan saja tanpa ada teguran bahkan sanksi yang diberikan kepada para komika yang sudah melecehkan Islam. Dan hal itu  semakin membuat para pelaku  melenggang kangkung secara massif lagi tanpa ada rasa takut.


Mengenal Lawakan Lebih Dekat


Stand Up Comedy  adalah bagian dari lawakan. Dan faktanya kegiatan lawakan ini hanya dilakukan oleh satu orang saja dan yang melakukan kegiatan ini disebut pelawak tunggal (bahasa Inggris : stand-up comedian), komik, atau komik berdiri (komik tunggal),dan dalam pementasannya itu dilakukan sendiri (satu orang) dan berdiri diatas panggung. Pada praktiknya, di kalangan Komika atau Stand up Comedian, umumnya para komika mengarang cerita alias berbohong agar penonton terkesima dan tertawa atas sajian pentas yang dipersembahkan. Kalau pun ada unsur kebenaran dalam cerita, maka mereka akan melebih-lebihkan atau menambahkan cerita agar lucu dan dinikmati para penonton.


Dari sini dapat kita ketahui bahwa dalam bentuk apapun dan dikemas bagaimana pun yang namanya melawak tetaplah harus pada koridor yang sopan. Akan tetapi sayangnya, pada faktanya pun kelucuan yang disajikan adalah sebuah kelucuan yang menghina dan melecehkan Islam. Tindakannya pun seolah-olah hal yang biasa, pokoknya menghibur dan penonton terhibur, apakah pertunjukannya itu mengandung pelecehan, asusila atau penghinaan itu tidak diperdulikan lagi. Melihat kejadian diatas dan selalu berulang kali tanpa ada teguran atau sanksi, itu semakin mengokohkan bagaimana Sekulerisme lewat pintu Liberalismenya semakin kuat dan mengakar pada Negeri ini. Karena di dalam Liberalisme lah perbuatan “sak enake dewe” bisa dilakukan, mereka bisa berbuat, berperilaku dan berpendapat bebas tanpa ada halangan. Sehingga hasilnya adalah perbuatan salah menjadi benar, perbuatan benar menjadi salah.


Selain  itu, tanpa terasa generasi pun terusak secara perlahan-lahan. Bagaimana tidak merusak, materi-materi yang ditampilkan adalah materi yang tidak bermutu dan malah menjerumus pada islam phobia. Kenapa Islam Phobia? Ya, didalam materi yang ditampilkan telah memuat dan menggambarkan bahwa islam itu sadis, kaku, tanpa toleransi. Misalnya saja dalam video Tretan dan Coki  ingin menggambarkan bahwa di dalam islam tidak bisa bebas semua serba diatur termasuk mau makanpun juga diatur, dan masih banyak lagi penghinaan semacam itu yang ditampilkan pada acara yang konon menghibur tersebut. Dan yang lebih parahnya lagi, dengan candaan tersebut tanpa kita sadari membuat para generasi muda semakin jauh dari Islam, karena menganggap Islam itu tidak cocok, tidak menyenangkan ditempati para anak muda dan membuat mereka terbelenggu oleh aturan Islam. Bila cara ini semakin dibiarkan dan cenderung terfasilitasi, ini akan membuat remaja dalam jurang kehancuran.


Bagaimana Islam Memandang Lawakan?


Islam tidak pernah melarang lawakan atau bercerita lucu. Rosulullah SAW pun dikenal dengan sebagai seseorang yang humoris atau suka melucu. Jadi, hukum  melawak pada dasarnya mubah (boleh). Namun, jika lawakannya berupa cerita bohong, maka hukumnya haram. Apalagi jika lawakannya atau materinya berisi pelecehan atau penghinaan terhadap Islam, jelas diharamkan dan pelakunya berdosa. Rasulullah SAW bersabda,”Celakalah orang yang berbicara kemudian berdusta agar suatu kaum tertawa karenanya. Kecelakaan untuknya. Kecelakaan untuknya.” (HR. Abu Daud no. 4990 dan Tirmidzi no. 2315).


Hadist diatas jelas menjelaskan hukum (melawak) menurut Islam adalah haram apabila isi lawakannya berupa kebohongan, cerita palsu, atau dusta; dan mubah (boleh) jika lawakannya tidak mengandung dusta dan hal lain yang melanggar syariat Islam. Dan itu juga akan berbeda pada pelawak tersebut apabila lawakannya atau materinya menghina Islam, maka hukumnya lebih keras lagi, yaitu sang pelawak dianggap kufur. Dan orang yang suka menghina atau mengolok-olok Islam adalah  kaum kafir sebagaimana dilakukan kaum kafir Quraisy.


Islam melarang umatnya untuk bermain-main atau mengolok-olok Islam. Allah Ta’ala berfirman yang artinya “Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan menjawab “sesungguhnya kami hanyalah bersendau gurau dan bermain-main saja.”Katakanlah:”Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?’Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu telah kafir sesudah beriman,”(QS. At-Taubah:65-66)


Dari Ayat tersebut sudah bisa disimpulkan dan kita ketahui bagaimana Islam itu bisa mengatur dan bisa memecahkan problematika kehidupan. Dan Islam juga secara tegas menghukum para pelaku yang jelas-jelas itu sudah berbuat salah dan melanggar aturan.  Perlu kita ketahui tidak hanya itu saja, tetap dalam islam pun diatur apakah dalam melawak ada unsur ikhtilat nya kah? Ada unsur khalwatnya juga kah?. Apabila itu terjadi, maka acara melawak tersebut pun hasilnya adalah haram dan itu jelas secara tegas. Bagaimana pun orang mengelak bahkan mengolok-olok Islam, Islam tetaplah cahaya bagi kegelapan yang ada. Islam adalah sebuah aturan yang bisa membuat dunia ini mendapatkan rahmatNya, dan dengan aturan Islam lah para pelawak pada khususnya yang jelas–jelas menyerang Islam bisa mendapatkan hukuman yang layak dan tepat. Sehingga tidak akan ada lagi para pelawak  yang akan berbuat atau mengulanginya kembali.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak