Oleh : Puji Ariyanti
(Pemerhati Generasi)
Hal yang paling dinanti setiap pasangan yang telah menikah adalah lahirnya buah hati. Terkadang Allah segera memberikan karunianya kepada pasangan tersebut, namun adakalanya berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun hingga uzur menjemput tidak juga kunjung hadir buah hati mereka.
Anak adalah harapan bagi orang tua ketika badan telah ringkih, mata telah rabun. Merekalah kelak yang akan menuntun ke pembaringan, memberikan apa yang kita butuhkan, yang memasukkan sebutir nasi yang tercecer di sudut mulut. Yang menemani masa-masa penantian kala menjumpai pemilik nafas.
Namun adakah yang lebih mulia, selain mempersembahkan jannah bagi kedua orang tuanya.
Tidaklah mudah memiliki anak sholih seperti yang diharapkan orang tua. Dalam mendidiknya butuh ilmu dan latihan kesabaran tanpa henti. Apalagi gempuran jahat hedonisme, permisivisme yang siap mencaploknya disetiap detiknya.
Memeluk mereka dalam balutan ketaatan pada Rabnya serta mengenalkan pada mereka sejak dini makna berjuang, adalah hal yang lebih pasti membentuk pribadi bertaqwa.
Mengenalkan setiap aksara hijaiah dan menjadikan Alquran sebagai penuntun hidupnya.
Memberikan contoh keteladan perjuangan Rasul SAW dalam memperjuangkan agamaNya, membersamainya dalam mengamalkan konsep halal-haram antara yang hak dan batil adalah suatu keniscayaan.
Mengajarkan makna berbagi dan rela berkorban yang merupakan ciri khas seorang muslim.
Bagi orang tua tidak cukup kiranya memberikan pendidikan hanya sekedar sekolah bergenre Islam, tetapi pada saat yang sama menghadirkan pengaruh sekuler dalam kehidupan sehari- hari.
Bagi anak perempuan tidak diajarkan berkerudung ketika keluar rumah, sedangkan bagi anak laki-laki tidak diajarkan wajibnya shalat di Masjid.
Satu hal yang harus dilakukan orang tua adalah menyingkirkan tokoh film kartun yang dapat memenuhi ruang fantasinya menjadi seorang putri atau seorang pahlawan versi sekuler
Menghadiahi anak gadget agar betah di rumah bukan merupakan solusi, disamping berpengaruh buruk bagi kesehatan mata, juga akan menghilangkan rasa kepekaan terhadap lingkungan.
Ciptakanlah rasa nyaman dalam rumah saling menyayangi antar anggaota keluarga, serta membersamainya dalam menghadapi setiap kesulitan yang dihadapi anak dengan penuh pengertian.
Dalam sistem yang semakin liberal, keluarga muslim harus berjuang keras dalam mewujudkan generasi berkepribadian Islam. Harus ada peran yang berkesinambungan antara individu, masyarakat serta negara dalam melindungi generasinya.
Keluarga adalah institusi terkecil, bersama masyarakat turut menjaga dalam pelaksanan syariatnya Allah,
Sedangkan negara berperan dalam perlindungan dan pendidikan. Hingga melahirkan generasi berkepribadian muslim yang tangguh guna menjaga peradaban Islam nan agung.
Sebagaimana Nabi SAW bersabda:
"Sesungguhnya Imam/Kepala negara itu adalah perisai, (orang) berperang di belakangnya dan berlindung dengannya. (HR.Bukhari)
Sejatinya anak adalah investasi akhirat bagi orang tua, jika mendidiknya sesuai standart yang diperintahkan oleh Allah SWT. Do'a sepanjang malam selalu dilantunkan agar terwujud harapan orang tua.
Sebagaimana firman Allah SWT,
Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh. (QS As-Saffat):100
Jadi memiliki anak sholih-sholihah adalah keniscayaan sebagai jembatan menuju SurgaNya.
[]WalLâhu a’lam bi ash-shawâb. []